"Apa aku bisa duduk di sana?" tanya Clairy menunjuk ke salah satu balkoni di lantai dua.
"Sure, aku akan mandi dan menyusulmu sebentar lagi."
Melvin beranjak menuju kamarnya. Dan saat Clairy sedang membersihkan bean bag yang tampak ada beberapa daun kering di atasnya, seseorang membuka pintu balkoni dan mendekat padanya.
Juan membawa segelas air putih di tangannya dan duduk di bean bag lain di samping Clairy.
"Ini tidak masuk akal." gumamnya kemudian menyeruput air dalam gelasnya.
Clairy terkekeh menatap kosong pemandangan di depannya.
"Aku tidak menguntitmu, jika itu yang kamu ingin tanyakan." balas Clairy.
Juan menggeser tubuhnya, mencoba melihat Clairy lebih jelas.
"Bisakah kita bersikap seolah tidak pernah kenal sebelumnya? Alesha, kami sedang dekat. Aku tidak akan nyaman jika kehadiranmu merusak semuanya."
Clairy hampir menyemburkan susu moka yang sedang ia minum. Bagaimana bisa Juan berbicara sekasar itu padanya?
"Bahkan akupun merencanakan hal yang sama, jadi kamu tenang saja."
Clairy melemparkan senyum palsunya, entah tiba-tiba ia merasakan kebencian setelah Juan mengatakan kalimat yang menyinggung harga dirinya.
"Kau akan disini berapa lama?"
"Tiga bulan."
"Selama itu, aku harap kita tidak sering berpapasan."
"Kenapa kamu mengaturku? Aku bahkan membayar sewa untuk dapat melakukan apapun di rumah ini."
"Terserahmu saja,"
Pintu terdengar dibuka kembali. Kali ini Melvin datang dengan handuk yang masih melingkar di lehernya. Rambutnya yang setengah masah membuatnya tampak berkali lipat lebih segar.
"Kamu benar-benar mandi?" tanya Clairy mendongak karena Melvin berdiri di hadapannya.
Melvin mengangguk, kemudian menatap ke arah Juan yang juga sedang duduk di sana.
"Duduklah, aku harus ke toilet."
Juan beranjak dari posisi duduknya dan membiarkan Melvin menggantikan posisinya duduk di samping Clairy.
Melvin menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Sebenarnya ia juga sangat suka untuk sekadar duduk melamun di balkoni rumahnya. Terlebih ketika ia belum memiliki tetangga di lantai dua. Juan dan Alesha sangat jarang berada di lantai dua karena di lantai satupun rumah ini memiliki halaman belakang yang cukup rindang dengan pepohonan di sana.
"Kalian membicarakan apa? Juan bahkan tidak pernah naik ke lantai dua."
"Hanya berkenalan, kami belum sempat berkenalan tadi." balas Clairy dengan santai.
Sungguh hatinya sedang bergemuruh. Kalimat yang Juan katakan mengusik pikirannya. Ia tahu bahwa mereka akan pura-pura saling tidak mengenal, tapi perlukah Juan merendahkannya seperti tadi? Bukankah itu sangat keterlaluan? Tanpa dimintapun ia akan dengan senang hati menjauhinya.
"Apa kegiatanmu hari ini?" tanya Melvin.
"Mungkin aku hanya akan di rumah, membereskan barang-barangku dan istirahat."
°°°
Di lantai satu, Juan mengetuk pintu kamar Alesha yang tidak ditutup sempurna.
"Juan?" tanya Alesha memastikan.
"Hm," balasnya kemudian masuk dan menemukan Alesha sedang mengeringkan rambutnya selepas mandi.
Juan duduk di tepian ranjang milik Alesha, memandang punggung perempuan itu dan pantulan wajahnya di cermin.
"Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya Alesha menatap Juan dari cermin.
"Can I hug you?"
Alesha terpaksa membalikkan tubuhnya, alisnya bertaut ketika tiba-tiba Juan meminta sebuah pelukan darinya.
Perempuan itu menghela napas, kemudian berdiri mendekati Juan. Mereka berdua kemudian memberikan pelukan satu sama lain disusul dengan helaan napas dari Juan.
Lelaki itu memejamkan matanya, bersemnunyi di balik ceruk leher milik Alesha. Entah kenapa suasana hatinya menjadi buruk sejak ia bertemu Clairy pagi tadi. Ia sangat benci pada perempuan itu.
Juan melepas pelukannya setelah ia merasa cukup tenang meskipun tidak sepenuhnya.
"Apa kegiatanmu hari ini?" tanya Juan memainkan rambut Alesha yang panjang.
"Mungkin aku hanya akan pergi menemui teman-temanku."
Juan mengangguk paham. Usia Juan dan Alesha terpaut tujuh tahun. Alesha seorang mahasiswa yang cantik dan ceria, membuat Juan nyaman berada di sekitarnya.
"Akan aku antar, tapi jangan pulang larut malam, okay?"
Jika Clairy perempuan yang mandiri, maka Alesha adalah perempuan yang membuat Juan merasa dibutuhkan. Ia rela jika harus mengantar dan menjemput kemanapun Alesha pergi. Juan suka ketika Alesha memintanya menemani kemanapun ia akan pergi. Alesha berbeda dengan Clairy. Keduanya sangat berbeda.
Tapi kenapa Juan harus membandingkan keduanya? Apa ia masih memiliki perasaan pada Clairy? Jelas tidak, pikirnya. Ia tidak akan kembali pada perempuan itu lagi. Tidak untuk sekalipun.
-CLAIRY-
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...