23- Gas

152 21 14
                                    

Juan tidak bisa tidur ketika menyadari bahwa Clairy dan Melvin belum juga kembali. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam tapi entah kemana Melvin membawa Clairy pergi.

Ingin sekali Juan menelepon dan memastikan bahwa Clairy baik-baik saja tapi gengsinya terlalu tinggi untuk melakukan hal itu.

"Ck, pergi kemana sebenarnya mereka?" gumam Juan bangkit dari ranjangnya.

Pria itu keluar kamar dan pergi ke dapur. Perutnya kelaparan dan mungkin makan dapat membuang rasa khawatirnya.

Sebungkus mie instan sudah ada di genggamannya. Tidak lupa ia mengambil sebutir telur dan beberapa helai pakcoy dari dalam lemari pendingin.

Ketika ia siap dengan segala bahan yang dibutuhkan, api tidak muncul saat kompor ia nyalakan. Bukannya kesal, hal itu justru membuat Juan menjentikkan jarinya.

Pria itu berlari menuju kamarnya untuk menemukan benda pipih yang kemudian ia pakai untuk menekan kontak seseorang yang ia khawatirkan sedari tadi.

"Halo. Ada apa?"

"Cepat pulang. Ada sesuatu yang harus kau lakukan."

"Hah? Aku? Apa itu?"

"Aku sangat lapar tapi gas di rumah habis. Aku tidak bisa menggantinya."

"Ya Tuhan, Juan! Kamu bisa memesan makanan online! Tidak perlu meneleponku hanya untuk menyuruhku memasang gas! Kau mengganggu saja."

"Tidak. Aku tidak mau pesan online. Lagi pula ini sudah terlalu larut, kamu dimana, sih?! Cepat pulang!"

"Berisik. Aku sedang makan dengan Melvin. Berhentilah bersikap seolah kamu peduli padaku, itu menyebalkan."

Panggilan terputus secara sepihak dengan lebih tepatnya Clairy yang mengakhirinya. Wajar saja dia merasa kesal dengan sikap Juan yang menyebalkan dan tampak seperti selalu ingin mengganggu acara pribadi Clairy.

Melvin terkekeh di hadapan Clairy. Ia mendengar percakapan sepasang mantan pacar itu.

"Kalian seperti kucing dan anjing. Orang tidak akan percaya jika kalian mengaku mantan pacar." komentar Melvin.

Clairy berdecak sebal meletakkan ponselnya kembali di atas meja. Juan memang mantan kekasihnya, tapi ia juga mantan teman baiknya. Tapi sekarang dia  adalah musuh bebuyutannya. Clairy sangat tidak suka pada sikap Juan yang terkadang berlebihan.

"Kalau aku berpendapat bahwa dia menyukaimu, apa aku salah?" lanjut Melvin kembali memandang Clairy lekat.

Mendengar hal itu Clairy tersedak makanannya sendiri. "Apa?! Wah, tidak mungkin. Dia yang mencampakkanku terlebih dahulu."

"Tapi perasaanmu bagaimana?"

"Aku? Aku sudah move on."

"Benarkah?"

"Ya. Itu sebabnya aku mengajakmu hari ini, bukan Juan."

Melvin mengulum senyumnya setelah mendengar pernyataan Clairy yang gamblang.

"Kenapa?" tanya Clairy bingung.

"Aku pria baik."

Kini Clairy yang tampak menahan tawanya. Melvin mengatakan hal konyol lainnya.

TIGA BULAN. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang