24 - I'll drive you home.

127 21 0
                                    

Rasanya seperti terlahir kembali ketika dapat merasakan kedua kakinya berpijak di atas tanah tanpa harus merasakan pegalnya berdiri dengan satu kaki. Meskipun gerakannya masih sedikit kaku dan kakinya masih tampak bengkak tapi Clairy sangat bersyukur kakinya bisa pulih.

Terhitung mulai hari ini, ia akan sering lembur untuk menebus ketertinggalannya selama ini. Bukan perintah melainkan inisiatifnya sendiri karena ia merasa kurang mengambil pelajaran penting selama kakinya sakit.

Ia duduk di kabinet kerjanya dengan layar monitor komputernya yang melengkung.

"Clairy, kamu ikut dengan saya siang ini selepas makan siang." kata atasannya menepuk pundak bagian kiri Clairy.

Clairy menoleh mendapati atasannya berdiri di sampingnya membawa sebuah berkas yang hendak diberikan padanya.

"Kemana Pak?" tanya Clairy.

"Dinas Kesehatan. Kita harus koordinasi terkait bantuan multivitamin untuk petugas di wilayah."

Clairy mengangguk paham dan segera melirik ke arah jam di tangannya. Masih ada waktu satu jam sebelum makan siang. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu jika begitu.

Karena Clairy masih memiliki pekerjaan di kota asalnya, ia harus tetap menghadiri rapat meski jarak jauh.

"Ajeng, tolong kalau ada yang mencariku aku di ruang rapat ya. Aku harus menghadiri virtual meeting."

Rekan kerjanya mengangguk paham seraya mengacungkan jempol ke udara. Clairy berjalan menuju ruangan yang ia maksud sembari memeluk laptopnya di depan dada.

Membuka pintu kaca dengan tubuhnya, Clairy memasuki ruangan sepi itu sendirian. Ia menarik salah satu kursi yang berada di sana, kemudian laptopnya ia letakkan di atas meja sebelum ia mendudukkan diri.

Ketika ia membuka layar laptopnya, ada sebuah sticky notes berwarna hijau yang tertempel di sana dengan tulisan :

I'll drive you home.

-Juan

Clairy memutar bola matanya malas. Juan kembali menampakkan taringnya sebagai buaya dan Clairy sudah hapal dengan itu. Ia tidak lagi terkejut dan hal yang harus ia lakukan adalah mengabaikannya.

Waktu berjalan hingga akhirnya Clairy pulang bersama atasannya dari dinas kesehatan seperti yang dijanjikan.

Keluar dari mobil bersama atasannya, Clairy menjinjing tasnya yang cukup berat karena berisikan laptop dan beberapa berkas penting.

"Terima kasih, kamu boleh langsung pulang saja Clairy." kata atasannya.

"Oh? Sama-sama Pak, baik saya akan membereskan beberapa barang saya di dalam." balas Clairy yang masih jalan beriringan.

Saat pandangannya tidak sengaja melihat sebuah mobil silver yang ia tahu betul milik siapa, Clairy mencoba menyembunyikan wajahnya dengan tas besar miliknya.

"Ada apa Clairy?" tanya atasannya bingung.

"Ti-tidak Pak, mataharinya sangat panas."

Memang benar, kantornya ini menghadap ke arah barat sehingga selalu panas di sore hari. Tapi hal ini semakin memperjelas keberadaannya yang tersorot sinar matahari sore.

Ponselnya berdering. Clairy seketika menurunkan tas dari depan wajahnya dan bernapas pasrah. Ia ketahuan, batinnya.

Clairy kemudian menoleh dengan lirikan tajam ke arah mobil Juan, berbarengan dengan pria itu yang membuka kaca mobilnya perlahan menampakkan wajah tampannya.

"Aku tunggu di sini." isyaratnya.

Clairy tidak menjawab, tapi ketika ia kembali menoleh ke arah berlawanan tampak wajah atasannya yang sedang tertawa geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Clairy tidak menjawab, tapi ketika ia kembali menoleh ke arah berlawanan tampak wajah atasannya yang sedang tertawa geli.

"Pacar kamu?" godanya.

"B-bukan! Hanya teman saja."

"Ooh. Cepat berkemas kalau begitu, sudah ditunggu." balasnya lagi dengan masih tertawa geli.

Clairy menaiki lift menuju ke lantai dimana kantor divisinya berada. Tampak beberapa rekannya masih setia duduk di depan monitor masing-masing.

"Apa masih banyak yang harus diselesaikan?" tanya Clairy.

Mereka mengangguk bersama sebelum satu-persatu memutar kursi ke arah Clairy dengan wajah memelas.

"Apa ada yang bisa ku bantu?"

"Kata Pak Erwin kamu tidak boleh lembur dan harus langsung pulang."

"Hah? Benarkah?" Clairy merasa semakin malu ketika atasannya justru melancarkan renjana Juan dengan baik.

"Ya, Beliau mengumumkannya di grup."




TIGA BULAN. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang