"Kenapa tidak langsung mengatakan kalau kamu membawa kue untukku?" tanya Juan dengan tatapan mengintimidasi meski jemarinya mengelus lembut jemari Clairy.
"Aku melihat kalian bersenang-senang, jadi aku mengurungkan niatku." jelas Clairy dengan tertunduk.
Juan tidak tahan untuk tidak tersenyum melihat bagaimana Clairy menahan suaranya agar tidak terdengar bahwa ia sedang malu.
"Kamu tahu? Kamu terlihat menggemaskan dengan bathrobemu. Lihatlah pipimu, mereka sangat merah."
Clairy memandang ke arah lain, mencoba mengalihkan arah pembicaraan Juan.
"Apa kamu tidak mau memakan kue yang kubeli?" tanya Clairy berdiri dan berjalan ke arah kue itu diletakkan.
"Well, aku sudah mencicipinya dan itu manis." goda Juan yang kemudian mendapat sasaran empuk dari Clairy berupa sandal bebek yang ia kenakan.
"Aku serius!"
Kemudian Clairy kembali duduk di tepi ranjangnya bersebelahan dengan Juan. Kali ini, kue yang sudah ia makan meski hanya dua suap dengan tidak ada rasa malu ia berikan ke Juan.
"Happy birthday." ucap Clairy tulus.
Juan memandang ke arah kue itu. Biru, warna kesukaan mereka berdua.
"Terima kasih." balas Juan kemudian menyendokkan kue itu ke mulutnya.
Mata minimalisnya terbuka lebih lebar ketika kue yang ia makan memberikan cita rasa yang ia gemari. Tidak terlalu manis.
"Enak." kata Juan berkomentar.
Clairy tersenyum puas mendengar penilaian atas kue yang ia beli. Meskipun bukan buatannya, tapi setidaknya usaha yang ia keluarkan untuk membawa pulang kue itu dengan selamat tidak sia-sia.
"Alesha tadi datang pukul berapa?" tanya Clairy.
"Tidak tahu. Ketika aku kembali, dia sudah ada di sini dengan Melvin yang tampak sangat terpaksa menuruti ide kekanakannya."
Clairy mengangguk paham. "Alesha sangat peduli padamu."
Juan menggantikan kue yang ada di genggaman Clairy dengan kedua tangannya. Ia menatap lekat netra perempuan di hadapannya lalu berkata, "Kalau kamu menginginkan sesuatu, kejar. Tidak usah pedulikan orang lain. Jangan sampai orang lain menempati posisi yang seharusnya menjadi milikmu."
Clairy mengerutkan keningnya, ia paham namun ingin pura-pura tidak paham.
"Maksudmu?"
"Rahasia. Sudah, kamu harus berganti baju dan mengeringkan rambutmu sebelum tidur. Aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam, Jelek!" Juan mencubit pipi Clairy gemas.
"Juan!" Teriak Clairy kemudian mengusap pipinya yang akan sedikit merah setelah ini.
°°°
Ketika hendak mengunci pintu kamarnya, Melvin lebih dulu mengetuk pintu kamar Clairy dengan cepat. Clairy mengurungkan niatnya dan membuka kembali pintu yang sudah tertutup. Matanya terbelalak melihat Melvin yang mengenakan hoodie abu-abu dengan kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam saku celana trainingnya.
"Cari nasi goreng, yuk?" ajaknya dengan senyum lebar.
Clairy menoleh ke dalam kamarnya guna melihat ke arah jam dindingnya.
"T-tapi aku besok harus bekerja. Lagi pula, bukankah kalian tadi sudah makan di bawah?"
"Aku tidak makan. Alesha membawa semua kue dan camilan berperisa stroberi. Dia bahkan membawa tiga kotak besar susu stroberi. Dia tahu aku tidak akan menyentuhnya sehingga Juan bisa menikmatinya sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomantizmRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...