Mahen datang seperti biasa tidak dengan tangan kosong. Ia membawa camilan yang sebenarnya ia persiapkan untuk dirinya sendiri supaya tidak bosan ketika menemani Juan semalaman.
Clairy melarangnya mengajak Juan untuk bermain game ataupun membuatnya tidur terlalu larut. Hal ini membuat Mahen juga harus mempersiapkan amunisi untuk dirinya sendiri karena semenjak bekerja, ia menjadi sulit untuk tidur awal karena tuntutan profesinya.
Pasien yang merupakan rekannya sendiri itu kini sedang mendapatkan perawatan dari seorang suster. Tampak cairan infusnya diganti karena yang sebelumnya telah habis. Mahen duduk memperhatikan kegiatan membosankan di hadapannya, sembari sesekali membalas pesan Clairy yang tidak henti-hentinya memastikan keadaan Juan.
"Mari, Pak." perawat itu berlalu sembari menyapa Mahen yang duduk tak jauh dari pintu.
Mahen berdiri dari tempatnya, menghampiri Juan yang kini juga sedang memainkan ponselnya.
"Kau mau dibawakan apa? Clairy bertanya barusan." kata Mahen.
"Kenapa dia tidak bertanya langsung padaku?"
"Mana ku tahu,"
Mahen kemudian meraih remote televisi untuk mengganti kanal yang sebelummya dipilih oleh Juan. Sembari tatapannya masih fokus pada televisi, tubuhnya menumpu pada salah satu sisi ujung ranjang Juan.
"Clairy sangat khawatir. Kau sangat tidak pantas mendapatkan perhatian darinya."
Juan menatap ke arah yang sama dengan Mahen, namun kali ini pikirannya jauh entah ke mana.
"Apa menurutmu aku bisa mendapatkannya lagi? Kesempatan itu?"
"Kau bertanya padaku?" tanya Mahen melirik ke arah Juan sebelum ia melanjutkan kalimatnya,
"Cih, itu semua tergantung bagaimana dirimu menahan hasrat buayamu."
Juan menyisir rambutnya dengan jemari, untung saja ia sedang terbaring dan tidak bisa adu kekuatan dengan Mahen yang mulutnya sangat pedas.
"Aku sudah tidak menginginkan perempuan lain selain Clairy. Aku sudah terang-terangan mengatakan itu padanya."
"Lalu apa jawabannya?"
Juan menghela napas beratnya,
"Aku harus menunggu."
Mahen hampir tersedak susu moka yang baru saja ia tenggak, ketika mendengar betapa pasrahnya Juan mengatakan tiga kata itu. Baru kali ini selama mereka berteman, seorang Juan harus menunggu. Biasanya Juan hanya harus mengungkapkan perasaannya dan perempuan yang ia incar akan langsung berkata "ya" atau bahkan beberapa kali Juan tidak perlu bersusah payah karena para perempuan yang lebih dulu menyukainya. Mahen pikir, Clairy satu-satunya yang berbeda dan mungkin Clairy sedang memberi Juan pelajaran hidup yang selama ini belum sempat ia dapatkan dari manapun.
"Wah, tidak sia-sia aku menjadi temannya selama ini. Clairy tahu apa yang harus dia lakukan padamu." Mahen masih tidak habis pikir dengan apa yang ia dengar barusan.
"Diam, aku harus banyak beristirahat. Bangunkan aku kalau Clairy datang."
Mahen seakan tidak mau mendengarkan apa yang Juan katakan, ia justru mengganggu Juan dengan kata-katanya yang lain.
"Clairy sebenarnya sayang padamu. Karena pada dasarnya dia bisa sangat mudah menyayangi seseorang. Hanya saja, sepertinya kali ini dia tidak mau salah mengambil keputusan. Ia tidak mau egois terhadap perasaannya yang menggebu."
Juan masih tidak berkutik, matanya pura-pura terpejam padahal telinganya dengan jelas mendengar.
"Apa lagi aku dengar dia tidak ingin menjalin hubungan romantis selain pernikahan. Memangnya kamu sudah siap untuk menikahinya? Well, aku tahu finansialmu mungkin sudah stabil tapi apa pribadimu sudah berubah? Jelas Clairy yang sekarang berbeda dengan yang dulu. Clairy yang sekarang akan berpikir lebih lama untuk sesuatu yang memiliki potensi buruk dalam hidupnya."
Juan membelalakkan matanya, menoleh pada Mahen dengan segera.
"Maksudmu aku berpotensi buruk pada hidup Clairy? Ayolah, kenapa semua orang tidak bisa melihat ketulusanku? Aku serius dengannya."
"Hanya orang yang tidak mengenalmu yang akan dengan mudah percaya bahwa kau tulus padanya."
"Apa aku mengajaknya menikah saja ya Hen?"
"Heh bodoh! Menikah bukan hal yang mudah! Kau pasti baru saja kepikirkan, kan?!" bentak Mahen dengan kesal.
Juan hanya memamerkan deretan giginya tanpa rasa bersalah, kemudian mengelus tengkuknya karena ia juga sangat frustasi dengan Clairy yang masih saja menggantungnya hingga kini.
"Kalian membicarakan apa?"
Seperti datang lewat pintu doraemon, Clairy sudah berada di ruangan yang sama dengan Juan dan Mahen yang kini mematung di tempatnya karena bingung kenapa perempuan itu bisa masuk tanpa menimbulkan suara apapun.
"Kamu bawa apa, Clair?"
"Aku? Aku bawakan bakso malang untuk kita bertiga."
Senyum Juan mengembang, Clairy sangat pandai memilih menu makan malam hari ini. Dengan segera Mahen mengambil alih bungkusan dari tangan Clairy dan membawanya ke meja yang ada di sana.
"Aku bagaimana?" Juan tampak seperti anak tiri di atas ranjang, sedangkan Mahen dan Clairy sudah duduk di sofa dengan peralatan makan di hadapan mereka.
"Kau nikmati saja makan malam hambarmu itu. Ini jatah untuk orang sehat."
°°°
💚subaklovesme💚
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...