Ketika keduanya sampai di rumah, Juan mendorong kursi roda Clairy agar keduanya bisa masuk dengan mudah. Kunci ia tekan untuk kemudian terbuka dan saat ia memasuki ruang tamu, orang pertama yang menyadari kehadiran mereka adalah Alesha.
Ia mengerutkan dahinya.
"Kalian dari mana pagi-pagi sekali? Dan Oh Gosh! Clairy what happened to you?!"
Clairy ingin meluruskan dugaan yang ada di dalam pikiran Alesha tetapi satu orang lagi ikut bergabung dari lantai atas.
Ketiga orang itu akhirnya duduk mendengar penjelasan Clairy.
"I was drunk or maybe just a little bit of tipsy karena acara makan malam itu. Something happen dan membuatku akhirnya terjatuh dari tangga. Aku diantar oleh rekanku ke rumah sakit lalu aku tidak ingat apapun. Ketika aku bangun Juan ada di sana, kurasa rekanku yang meneleponnya karena panggilan terakhirku ada pada Juan ketika aku meminjam mobilnya sore kemarin."
"Tapi kamu baik-baik saja, kan?" Melvin bertanya khawatir.
"Tulang keringku hanya retak tapi Juan berlebihan."
Juan mengedikkan bahunya acuh, ia tidak merasa melalukan kesalahan.
"Dia juga tidak akan bisa tidur di lantai atas. Alesha, bagaimana kalau kau sementara pindah ke lantai atas?"
Alesha menaikkan satu alisnya.
"Kenapa hanya aku? Kenapa tidak kita berdua yang naik ke atas dan Melvin maupun Clairy turun ke bawah?"
"Melvin sehat, Alesha. Bisakah kamu sedikit mengalah?"
"Aku tetap ingin bersamamu. Jika memang Clairy harus di lantai bawah, kamu dan aku naik ke atas. Titik."
"Alesha jangan bersikap kekanakan!"
Melvin tidak mau mendengar keributan ini ketika Clairy baru saja mengalami musibah pada dirinya sendiri.
"Cukup, jangan bertengkar di hadapan kami. Clairy akan tetap di lantai atas dan aku yang akan mengurusnya." potong Melvin memberikan solusi.
"Maaf aku merepotkan kalian. Atau mungkin aku akan mencari kontrakan di sekitar kantorku selama beberapa minggu agar aku—"
"TIDAK!"
Juan dan Melvin menolaknya secara bersamaan.
"Baiklah. Aku akan tetap di atas dan kau Melvin, kau benar-benar ingin aku repotkan?"
"Ya."
°°°
Selesai makan siang, Melvin dan Clairy masih berbincang di ruang makan. Keduanya saling melempar candaan yang membuat Clairy tak hentinya tertawa.
"Apa kalian sudah selesai makan? Clair, kau mau naik ke atas?"
Baik Clairy maupun Melvin mengangguk untuk pertanyaan bahwa mereka telah selesai makan, tetapi Melvin segera memberikan jawaban lain.
"Sesuai janjiku, biar aku yang mengurus Clairy. Lagi pula, Alesha tidak akan suka kalau kamu memberikan perhatian pada perempuan lain. Bukan begitu, Clairy?"
"Benar. Aku tidak mau Alesha berpikir bahwa aku merebutmu atau semacamnya. Hidupku sudah cukup melelahkan."
Alesha yang seakan tahu sedang dibicarakan pun keluar dari kamarnya. Membuat Clairy maupun Melvin saling adu pandang, seakan mereka tidak mau ikut campur urusan keduanya.
"Hop on, Clair." Melvin berjongkok, siap menerima beban tubuh Clairy di punggungnya.
"Ini akan sangat aneh. Tapi maaf Melvin, aku tidak punya pilihan lain."
Clairy mengikuti perintah Melvin dan naik ke atas punggung laki-laki itu. Juan menatap tajam aksi heroik Melvin yang membuat perasaannya kembali kacau. Tidak seharusnya ia bersikap seperti ini, apa lagi ada Alesha di dekatnya.
"Aku akan bawakan kursi rodanya ke atas." gumam Juan ingin mengikuti mereka.
Tapi sebuah tangan mencekalnya, Alesha memberikan tatapan tajam dan mengisyaratkan bahwa ia tidak mau Juan terlibat.
"Just let them, Juan."
Di lantai atas, Melvin mendudukkan Clairy dan setelah ia membawa kursi rodanya ke atas ia duduk di tepi ranjang yang sama dengan perempuan itu.
"Apa sangat sakit?" tanya Melvin lembut.
"Sedikit, tapi tidak apa-apa. Aku jadi bisa mengambil cuti untuk beberapa hari."
Melvin terkekeh mendengar jawaban Clairy yang bahkan masih mengingat tentang pekerjaannya.
"Obat anti nyeri harus diminum setelah makan, aku ambilkan minum sebentar."
Melvin bersiap untuk keluar tetapi pintu kamar Clairy telah kembali terbuka.Juan membawa segelas air putih dengan nampan dari dapur. Melvin mengurungkan niatnya dan kembali duduk di tempatnya.
"Melvin, bisakah kau keluar sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan dengannya." pinta Juan.
"Apa itu?"
"Tagihan rumah sakit."
Melvin tahu itu hanya alasan saja, tapi ia juga tidak mau tampak menjadi orang jahat diantara keduanya dan iapun keluar dari kamar Clairy.
Selepas kepergian Melvin dari kamar itu, Juan berdiri di samping meja kerja milik Clairy dan ia tampak sibuk melakukan sesuatu.
"Apa yang kau ingin katakan? Jelas aku membayar tagihan dengan asuransi." tanya Clairy masih di tempatnya.
"Kamu belum berterima kasih padaku."
"I did!"
"Kapan?"
"In the car!"
Juan tidak lagi mendebat Clairy karena alasannya untuk ke kamar Clairy memang bukan itu.
"Kau sedang apa?"
Clairy tidak dapat melihat aktivitas yang tengah dilkaukan Juan karena punggung pria itu menutupinya.
"Aku sedang menggerus obatmu."
Clairy berdeham, menyembunyikan ekspresi terkejutnya karena Juan masih saja ingat bahwa ia tidak bisa meminum obat secara langsung. Terdengar lemah, tapi memang ia akan tersedak jika meminumnya dalam wujud asli.
"Aku tahu kamu tidak mau terlihat seperti anak kecil yang tidak bisa minum obat di hadapan Melvin. Itulah kenapa aku memintanya untuk keluar. Aku sangat baik, bukan?"
Clairy menerima uluran sendok yang telah berisi gerusan obat dan Juan campur dengan air putih. Juan menggeleng ketika Clairy hendak meminta sendok itu dari tangannya.
"Buka saja mulutmu,"
Clairy tidak menolak, ia membuka mulutnya dan langsung meneguk obat yang terasa pahit itu. Sebelum sendok ditarik kembali oleh Juan, pintu kamar Clairy kembali terbuka namun kini bukan Melvin yang mereka lihat.
"Apa yang kalian lakukan?"
°°°
![](https://img.wattpad.com/cover/360424079-288-k217611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...