42 - Reuni

105 20 1
                                    

Meski di hari libur, ia tidak mendapatkan hari liburnya sama sekali. Saat ini di meja kerjanya bukan hanya ada berkas-berkas, tetapi juga ada bantal leher, air mineral 1500 ml, dan penutup mata. Di lehernya sudah tertempel koyo yang membantunya tetap terjaga dan menghempaskan rasa pegal.

Clairy memakai headphone miliknya, mendengarkan rapat koordinasi virtual sembari mengerjakan hal lain. Saat-saat seperti ini ia dituntut untuk multitasking. Emosinya naik turun sejak kemarin, ditambah ia sedang datang bulan.

"Bu, hari ini ada agenda dengan divisi SDM untuk mengunjungi lapas."

Clairy mengembuskan napas pelan, kakinya sudah tidak sanggup lagi berjalan. Di kedua betisnya pun tak luput dari koyo yang menempel sejak semalam.

"Bu, saya nanti izin untuk tidak menginap ya. Ibu saya sakit. Tapi besok saya berangkat pagi deh, janji."

Clairy hanya mengangguk dan beberapa kali memeriksa waktu yang ada di bawa layar komputernya. Ia juga ada janji untuk makan malam dengan keluarga Juan. Sebenarnya ia sudah menolak karena takut jika ia akan datang terlambat dan terkesan tidak menghargai dan menghormati acara makan malam itu. Tapi Juan tidak menerima penolakan, katanya ini adalah pertemuan pertama setelah sekian lama Clairy tidak menemui kedua orang tua Juan. Katanya, ini akan jadi sebuah kejutan yang Juan persiapkan bagi mereka.

Clairy sudah beberapa hari ini selalu mandi di kantor, ia bahkan membawa alat mandi lengkap. Lihat saja wajahnya sudah seperti zombie dengan kantung mata yang menghitam, badannya remuk karena tidur dengan posisi duduk, dan make up di wajahnya yang semakin hari semakin tidak tampak.

Pipinya semakin tembam karena ia akan mencomot apapun makanan yang ada demi tetap hidup dan tidak mengantuk.

Ditengah kesibukan Clairy, Juan tidak mengambil langkah terlalu jauh untuk mendekatinya. Ia sadar bahwa Clairy saat ini sedang memprioritaskan pekerjaannya di atas apapun dan siapapun. Karena itu, Juan memutuskan untuk ke Surabaya beberapa hari ini dan mereka rencana akan bertemu di rumah kedua orang tua Juan nanti malam.

Clairy tidak sempat pulang untuk mengambil baju. Ia memilih berbelanja online dari gerai butik langganannya dan nanti akan langsung diantar ke kantor tempat ia bekerja.

"Hah, kenapa hari ini gerah sekali, sih!"

Tangannya terampil memutar tutup botol air mineralnya sebelum kemudian ia meneguknya beberapa kali.

"Multivitamin, jangan lupa."

Rekan kerjanya meletakkan satu strip multivitamin ke atas meja kerja Clairy. Jika tidak diingatkan ia selalu lupa untuk mengonsumsinya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Juan tidak akan menjemputnya karena ia juga baru akan sampai pukul delapan. Clairy menyelesaikan semua tugasnya atau setidaknya ia menanggungjawabkan pada seseorang agar tidak ada yang terlewat.

Dengan langkah terburu-buru Clairy berlari menuju ke lobi kantornya, karena taksi yang ia pesan sudah datang.

"Aku sudah di dalam taksi," gumam Clairy saat mengetikkan pesan pada Juan.

°°°

Berdasar alamat yang Juan berikan, Clairy tahu bahwa itu bukanlah alamat rumah Juan yang dulu sering ia kunjungi. Benar saja, sesampainya di sana ia sangat asing dengan bangunan yang ada di hadapannya. Bangunan ini jauh lebih megah dari yang dahulu. Tidak ada lagi bunga-bunga anggrek yang menggantung di depan rumah, tidak ada lagi burung-burung yang disangkar yang senantiasa membuat musik merdu.

Clairy gugup. Ini kali pertama setelah bertahun-tahun lamanya ia tidak menemui kedua orangtua Juan. Di genggamannya sudah ada kue yang ia beli di perjalanan menuju ke rumah itu. Clairy menatap kakinya, bimbang antara masuk terlebih dahulu atau menunggu kedatangan Juan.

TIGA BULAN. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang