Sejauh apapun ia pergi, tempatnya kembali hanyalah rumah. Dalam perjalanan, Clairy mendapatkan kursi di sisi jendela sehingga ia bisa bersandar sembari membaca beberapa bahan meetingnya untuk besok pagi.
Materi mengenai kerja sama yang akan ditawarkannya telah dikirimkan oleh rekan kantornya sore tadi. Jika biasanya Clairy hanya perlu menjadi pelengkap, kali ini Clairy sendiri yang harus menjadi ujung tombak gagal atau berhasilnya diskusi yang akan terlaksana. Sedikit gugup, namun ia begitu bersemangat. Beban kerja yang akan ia hadapi pasti akan jauh lebih sulit di depan mata, tapi tiga bulan waktu yang ia habiskan sudah lebih dari cukup untuknya belajar, atau setidaknya ia memiliki bekal sebelum dia dipromosikan.
Langit malam perlahan percaya diri menampakkan terangnya. Meski laju keretanya cepat, ia masih dapat dengan jelas melihat mentari seolah mengucapkan selamat pagi padanya. Jam tangan di pergelangan menunjukkan bahwa sebentar lagi ia sampai di tujuannya. Kotanya.
Clairy mengirim pesan pada Melvin, sesuai perintah pria itu semalam.
°°°
Setibanya di kantor polisi, tubuh Alesha gemetar. Ia telah melakukan sebuah kesalahan yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Dengan tetap menundukkan pandangannya, Alesha berdiri di belakang tubuh Juan.
"Gara-gara kamu anak saya harus terbaring di rumah sakit!" tuduh seorang pria paruh baya mencengkeram lengan Alesha dengan kuat.
Juan dengan tubuh yang tak kalah lelah, dengan sigap memisahkan keduanya dan membawa Alesha ke sisinya.
"Salah apa anak saya? Dia hanya sedang bersepeda!" teriaknya lagi kini menunjuk ke arah Alesha penuh amarah.
"Bapak, mohon tenang dulu. Kita selesaikan baik-baik." jeda Juan tetap tenang.
"Kamu pacarnya? Didik pacar kamu! Jangan hanya bisa membela kesalahannya!" kini pria paruh baya itu menyerang Juan.
"Saya tidak pernah membela ataupun membenarkan apa yang telah rekan saya lakukan. Mari kita selesaikan dengan kepala dingin." Juan kembali menjawab.
"Maafkan saya," kata Alesha menunduk menahan tangis.
Beruntunglah sebelum amarah pria itu semakin memuncak, seorang polisi datang menghampiri, duduk di sebuah meja dengan peralatan komputer di atasnya.
Alesha harus memberikan keterangannya. Juan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, tapi melalui potongan-potongan yang ia dapatkan sepertinya ia paham.
"Bapak, apakah ingin diselesaikan secara kekeluargaan atau?" Setelah Alesha memberikan keterangannya, pertanyaan itu digantung, sengaja memberi ayah korban kesempatan.
Juan tidak tinggal diam. Dia tidak bisa membiarkan Alesha berada di ruang persidangan jika ayah korban ingin membawa persoalan ini ke ranah hukum.
"Saya yang akan tanggung jawab. Saya akan mengganti kerugian yang disebabkan dari kecelakaan ini." kata Juan.
Alesha menoleh ke arah Juan, menggelengkan kepalanya kuat. Tidak, ia tidak mau siapapun bertanggung jawab atas kesalahan yang ia perbuat. Terlebih orang itu adalah Juan. Pria itu tidak menoleh ke arah Alesha, ia hanya mengelus punggung tangannya, seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.
"Bagaimana, Bapak? Saudari Alesha sudah mengaku bersalah, atas keterangannya ia memang tidak fokus dalam berkendara dan tidak membenarkan sedikitpun perbuatannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...