"Hai!" Melvin datang membawakan sebuah buket bunga di tangannya dan saat itu juga langsung ia berikan pada perempuan di hadapannya.
Clairy menghidu aroma bunga-bunga di genggamannya sambil tersenyum riang. "Terima kasih!" katanya penuh semangat tak lupa menampakkan sederetan giginya.
Puncak kepalanya ditepuk pelan oleh Melvin, laki-laki itu juga melihat bagaimana kedua kaki Clairy sudah dapat digunakan untuk berdiri sempurna saat ini.
"Juan sedang ke kamar mandi. Apa kita jadi pergi jalan-jalan?" tanya Clairy.
"Tentu saja. Aku sudah berjanji padamu. Kamu mau kemana hari ini?"
Clairy tampak berpikir sejenak, menyipitkan matanya membuat Melvin semakin gemas dibuatnya.
"Aku ingin potong rambut, kemudian aku ingin mengunjungi kafemu."
Sejenak Melvin menahan napasnya. Dari banyaknya kemungkinan dimana Clairy akan mengajaknya hari ini, ia tidak pernah terpikir bahwa Clairy ingin mengunjungi tempat kerjanya.
"Rencana keduamu, mungkin akan membosankan." kata Melvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Clairy tertawa melihat reaksi Melvin. Ia sudah membayangkan bagaimana pria itu akan bereaksi ketika ia mengatakan bahwa ingin mengunjungi kafe miliknya.
Beberapa meter dari tempat mereka bertemu, Juan sudah selesai dengan panggilan alamnya. Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat Clairy sedang tertawa riang memegang rangkaian bunga yang terlalu besar untuk tangannya yang kecil. Pandangan Juan lurus ke depan. Ia mengenal baik siapa pemilik punggung yang kini membelakanginya.
Juan menghela napasnya panjang. Memegang dadanya berusaha menghilangkan gelenyar aneh yang bersarang di sana. Tidak, ini tidak benar. Tapi bagian mana yang tidak benar?
Tepat saat itu, Clairy menyadari keberadaannya. Perempuan itu melambaikan tangannya sebelum kemudian mengisyaratkan dirinya agar segera mendekat.
Juan berdeham pelan sebelum mengangguk dan melangkah mendekat pada dua insan itu.
"Sorry sudah merepotkanmu hari ini, Clairy akan pulang denganku." kata Melvin menepuk pundak Juan.
Juan melirik ke arah Clairy yang sedang mengangguk tampak setuju dengan kalimat yang Melvin ucapkan.
"Bukankah kita akan pulang?" tanya Juan.
"Tidak. Aku akan pergi bersama Melvin. Kamu tidak apa-apa, kan? By the way, terima kasih sudah menemaniku hari ini. Nanti akan kubawakan oleh-oleh ketika pulang."
Juan berdecih sembari membuang mukanya ke arah lain. Ia tidak percaya bantuannya hari ini hanya akan mendapat ucapan terima kasih dari Clairy. Bukankah ia pantas mendapatkan makan malam?
Keduanya kemudian keluar dari gedung rumah sakit yang tampak lenggang hari ini. Juan berjalan di belakang, sedang Clairy dan Melvin mendahuluinya dengan obrolan mereka yang sepertinya sangat mengasyikkan.
Setibanya di depan pintu utama, Melvin tampak merubah posisi berdirinya menjadi ke arah Clairy.
"Kamu tunggu di sini, aku akan ambil mobilku dulu."
Meski Juan masih berusaha mencapai posisi yang sama dengan mereka, tapi Juan dapat mendengar ucapan Melvin dan ia juga dapat melihat anggukan yang diberikan Clairy sebagai balasan.
Setelah Melvin pergi dari tempatnya, Juan sampai juga di sebelah Clairy. Pria itu melirik ke arah jaket yang hanya bertengger di lengan perempuan itu. Dengan tiba-tiba Juan menarik jaket itu dan mengibaskannya di udara sebelum ia mengenakannya pada tubuh Clairy.
"You'll get cold. Kakimu sudah bebas, tapi bukan berarti tubuhmu pantas untuk mendapat rasa sakit yang lain. Jangan pulang larut malam, katakan pada Melvin kalau kamu belun makan. Katakan juga padanya jika kamu mulai mengantuk, atau jika obrolan kalian mulai membosankan dan kamu ingin pulang."
Clairy hampir saja menganga mendengar ucapan Juan yang sangat panjang. Memangnya Clairy anak kecil?
Clairy berdeham membenarkan jaket yang Juan pakaikan.
"Aku bukan anak kecil. Lagi pula, ini urusanku. Aku saja tidak pernah memberimu komentar saat kamu berkencan dengan Alesha. Kenapa kamu sekarang cerewet sekali?"
Juan tidak menjawab, karena ia juga tidak tahu apa yang membuatnya menjadi begitu khawatir pada Clairy.
"Melvin sudah tiba. Jangan lupa bawakan aku oleh-oleh." katanya sebelum meninggalkan Clairy sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...