Hari berikutnya, penghuni rumah itu hanya bersisa Alesha dan Melvin. Keduanya kini sedang duduk di ruang tengah menonton debat calon presiden negaranya dengan ditemani secangkir teh hangat mereka masing-masing.
"Siapa pilihanmu?" tanya Alesha.
"Presiden?"
"Hm"
"Entah, aku belum menemukan titik keistimewaan yang membuat mereka di mataku menang secara mutlak."
"Ya kalau seperti itu sulit, mereka memiliki keistimewaan dan kelemahan yang hampir sebanding."
Alesha memeriksa ponselnya lagi, sudah hampir empat kali ia memeriksa ponselnya memastikan bahwa Juan tidak mengiriminya pesan.
Melvin menyadari hal itu kemudian bertanya, "Berharap Juan memberimu kabar?"
"Itu kewajibannya! Bukan harapanku belaka." balas Alesha kesal.
"Betul, mustahil jika ia tidak bisa memberi kabar. Ia memiliki 24 jam sedangkan waktu yang ia butuhkan untuk mengirim pesan tak lebih dari 30 detik. Benar?"
"Benar. Kamu selalu bisa mengerti perasaan perempuan, bahkan kamu pernah mengajariku segala bahaya yang bisa mengancam perempuan. Kenapa tidak cari pacar saja?"
Melvin menggemaskan tawanya di ruang itu. Ia juga sebenarnya tidak tahu kenapa ia mengerti mengenai perempuan.
Jika dikilas balik, Melvin memang tidak pernah memiliki pacar. Ia lebih senang hidup tidak dihantui dengan hal-hal mengenai cinta. Ia memiliki banyak teman perempuan yang merasa bahwa Melvin memberi harapan pada mereka padahal yang terjadi adalah Melvin memang memiliki pesona itu tanpa ia harus berusaha.
"Aku tidak tertarik untuk menjalin hubungan, atau setidaknya belum." balas Melvin.
"Bagaimana dengan Clairy? Bukankah dia cantik?"
"Kenapa tiba-tiba menawarkan Clairy? Apa kamu benar-benar cemburu padanya?"
Alesha tidak menjawab. Ia bangkit dari duduknya untuk mengambil camilan lain dari lemari pendingin. Melvin tertawa melihat Alesha yang tampak menyembunyikan perasaannya.
"Kau benar-benar cemburu padanya?! Hahaha, akhirnya ratu rumah ini memiliki saingan!"
"Diam Melvin!"
°°°
Hari kembali berganti. Alesha baru saja kembali dari kampus setelah ia mencoba menghubungi Juan untuk menjemputnya tetapi lelaki itu sama sekali tidak membalas pesannya.
Ia terpaksa memesan taksi karena hujan yang deras dan kini is tetap basah hanya karena berlari dari pintu taksi menuju rumah kontrakannya.
Tidak ada yang lebih menyebalkan baginya selain Juan yang tidak kunjung memberinya kabar ketika ia tahu sepatu lelaki itu sudah ada di jajaran sepatu penghuni lain.
Mobilnya tidak ada. Itu artinya Juan sedang pergi entah kemana tetapi yang jelas ia sudah kembali ke ibu kota. Tanpa sekalipun memberi kabar.
Alesha menghentakkan kakinya masuk, ada rasa kesal yang menyelimuti hatinya ketika ia harus terus memikirkan Juan sedangkan laki-laki itu sama sekali tak memikirkannya.
"Awas saja nanti dia kembali." gumamnya seraya berjalan menuju kamar.
Di dalam kamar ia menyibukkan dirinya dengan berbagai macam hal, tapi ia tetap khawatir pada kekasihnya. Sebenarnya apa kesalahan Alesha hingga ia tidak mau memberinya kabar?
Karena frustasi, Alesha memutuskan untuk meruntuhkan egonya dan menghubungi Juan via telepon.
Tidak ada balasan. Alesha tidak pantang mundur. Jika saja kali ini Juan tetap menolaknya maka ia akan mengancamnya.
Kali ini panggilan suaranya diterima. Suara yang sudah berhari-hari tak terdengar itu tidak menyapa seperti biasa.
Juan mengatakan bahwa ia sedang sibuk, bahkan sebelum Alesha sempat menyuarakan permintaannya.
"Sialan! Memangnya dia siapa sampai membuatku mati penasaran seperti ini?! Bahkan aku ditolak sebelum berbicara."
Alesha tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Oleh siapapun ia adalah ratu yang tidak pernah diabaikan. Permintaannya selalu terpenuhi. Semua mantan kekasihnya selalu memberikan apa yang Alesha butuhkan tanpa harus ia meminta. Juan juga seperti itu, sebelum satu nama muncul ke dalam hubungan mereka.
Bagi Alesha, Juan sosok laki-laki sempurna jika bersanding dengannya. Tapi, Clairy juga tak bisa dianggap enteng. Perempuan itu berbeda dari banyaknya mantan kekasih Juan yang Alesha ketahui. Clairy jelas memiliki kesan spesial bagi Juan.
"Apa dia benar-benar masih menyukai Clairy? Cih, yang benar saja."
°°°
Bagaimana libur kalian gais? Salam dariku yang tidak libur. HAHA. Maafkan aku kalau bab ini agak aneh, ku sedang tidak bisa berpikir. Sudah tiga kali bab ini aku hapus dan tulis lagi dan hapus lagi hingga akhirnya rilis. Semoga kalian sehat, doakan juga agar aku tetap sehat! 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...