Clairy mengembuskan napasnya lega setelah ketiga kopernya kini sepenuhnya kosong dan barang-barangnya sudah tertata rapi di tempatnya. Clairy rasa kamar ini memang belum pernah ada yang menempati. Hal itu dapat terlihat dari perabotan yang masih bagus dan tercium seperti perabotan baru.
Kamar mandi yang berada di dalam kamar juga tampak bersih. Tidak mungkin sebersih itu jika sebelumnya pernah ditempati.
Ia keluar kamarnya berencana untuk mengambil camilan yang ia beli beberapa hari lalu. Di rumah ini, mereka akan masak untuk bersama-sama di malam hari dan sarapan di pagi harinya. Akan ada iuran dapur untuk memenuhi kebutuhan mereka bersama dan pembagian lemari pendingin untuk mereka. Berhubung ada dua lemari pendingin, Clairy akan bergabung dengan milik Melvin.
Lelaki itu tidak banyak menyimpan makanan ringan. Hanya ada air putih dan susu rendah lemak yang ia simpan di dalam sana. Selebihnya, ruang yang ada dapat Clairy gunakan.
"Kamu membutuhkan sesuatu?" suara itu muncul dari arah belakang.
Alesha tampak sudah bersiap dengan penampilannya yang sangat cantik. Tidak hanya wajahnya, bahkan baju yang ia kenakan juga sangat cocok dengan kepribadiannya.
"Tidak, aku hanya butuh minum."
Juan menyusul masih dengan jaket yang sama. Ia tidak menatap ke arah Clairy sama sekali. Ia hanya menantap punggung Alesha yang sedang berbicara pada Clairy.
"Aku akan keluar, kamu mungkin perlu sesuatu untuk kubelikan?" tanya Alesha dengan tulus.
"Benarkah? Kalau begitu, bolehkah aku menitip buah? Apapun, karena aku belum memakan buah selama di sini."
"Baiklah, nanti akan aku belikan. Sedih sekali kita belum sempat berkenalan dengan baik. Nanti malam aku harap kita bisa saling mengenal. Aku pergi dulu!"
Alesha melambaikan tangannya sebelum ia menggunakan tangan yang sama untuk menggandeng lengan Juan.
Clairy tersenyum. Mereka tampak serasi. Juan akan sangat suka dengan sikap Alesha yang menggantungkan hidupnya pada Juan. Sialnya ia masih ingat tentang mantan kekasihnya itu.
Melvin turun dari tangga dan menemukan kebaradaan Clairy ketika ia hendak menuju pintu. Dengan balutan jaket jeans, Melvin sepertinya akan pergi juga.
"Kau mau pergi?" tanya Clairy.
"Aku harus bekerja. Kamu mau ikut?"
"Huh? Tidak. Aku akan mempersiapkan kebutuhanku untuk besok."
"Baiklah, jaga rumahku baik-baik. Ini salah satu asetku yang berharga."
Clairy tertawa mendengar kesombongan Melvin yang seharusnya membuat dirinya terlihat angkuh namun ia terlihat lucu sekali.
"Siap! Aku akan jaga sampai kamu kembali."
"Good girl. Aku pergi dulu, semoga harimu menyenangkan!"
°°°
Di dalam mobil milik Juan, Alesha sedang memastikan penampilannya sempurna. Meskipun semua orang tahu Alesha tidak pernah tidak sempurna tetapi gadis itu selalu saja khawatir ia akan terlihat jelek.
Juan mengelus rambut Alesha lembut,
"Apa kita bisa berangkat sekarang? Aku takut merusak riasanmu jika mobilnya berjalan."Alesha terkekeh mendengar ucapan konyol Juan.
"Oh iya. Bagaimana jika kita pergi ke toko buah terlebih dahulu? Kita belikan buah untuk Clairy supaya bisa kamu bawa ketika pulang."
Juan mengangkat alisnya.
"Kenapa kamu peduli pada gadis baru itu?"
"Apa maksudmu? Kita belum sempat menyambutnya sebagai tetangga baru. Lagi pula, kita juga tahu bagaimana rasanya sendirian di kota orang. Setidaknya kita harus membuatnya nyaman."
Alesha selalu ramah pada semua orang. Meskipun terkadang bagi sebagian orang yang tidak mengenalnya ia terkesan seperti gadis sombong dan pemilih, tapi Alesha jauh dari itu. Ia gadis periang dan baik hati.
Juan tidak mau mendebat niat baik perempuan di sampingnya. Untuk gadis seusianya, pemikiran Alesha terkadang lebih dewasa dibanding Juan. Ketika Juan sedang tantrum, Alesha yang akan membuatnya luluh hanya dengan pelukan ataupun perhatian-perhatian kecil darinya.
Mereka sampai di sebuah toko buah yang tak jauh dari rumah. Selain menjual buah lokal, di toko itu juga menjual buah impor yang memang tidak bisa tumbuh di negara ini.
"Kira-kira dia suka buah apa, ya?" gumam Alesha sembari memilih buah-buahan yang tampak segar.
"Dia suka semuanya."
Alesha melirik dengan senyum jahil, "Bagaimana kamu tahu?"
Juan menaikkan sebelah alisnya. "Bukankah tadi dia berkata 'apapun' dan itu artinya dia suka semua buah?"
Setelah berkeliling dan menimbang-nimbang buah apa yang cocok untuk Clairy, keduanya memutuskan unruk membeli melon, apel, dan beberapa macam beri sebelum akhirnya membayar apa yang mereka beli.
Juan mengantarkan Alesha di salon yang telah dijanjikan gadis itu untuk dapat bertemu dengan rekan-rekannya. Gadis itu turun dari mobilnya dan melambaikan tangan pada Juan. Juan tersenyum membalas lambaian tangannya.
Dalam perjalanan pulang, Juan terus berpikir tentang bagaimana bisa Clairy dan dirinya kembali bertemu di situasi saat ini. Meskipun hubungan mereka sudah lama berakhir, tapi amarah masih menyelimuti tiap ia melihat wajahnya.
Terutama pagi tadi, perempuan itu membuat harinya menjadi seakan buruk dengan kehadirannya walaupun ia tahu Clairy juga tidak tahu akan berada di rumah yang sama dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...