43- Card holder

115 20 3
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Juan dan Clairy diam tak bersuara. Tangis Clairy pecah saat Ayah memberinya kebebasan untuk meninggalkan Juan selamanya, atau merengkuhnya dan tak membiarkan siapapun merebut kembali apa yang telah menjadi miliknya.

Juan mendengar semua yang terjadi. Ia sedikit memiliki rasa kecewa terhadap ayahnya yang tidak mendukung dirinya, tapi ia berpikir lagi bahwa mungkin Clairy memang pantas untuk tidak bersamanya.

"Maaf tadi—" keduanya berbicara bersamaan.

"Kamu dulu," potong Juan.

"Tidak, kamu dulu. Apa yang aku akan katakan bukan hal penting." balas Clairy.

"Baiklah. Maaf tadi Bibiku melontarkan pertanyaan yang membuatmu tidak nyaman. Maaf juga aku tadi menguping pembicaraan kalian di belakang, aku sangat penasaran." Juan mengetukkan jemarinya pada kemudi.

"Mendengar pembicaraan orang lain bukan hal yang baik, Ju. Hilangkan sifat burukmu itu. Perkara Bibimu, aku tidak masalah. Lagi pula aku diundang bukan sebagai menantu atau kekasihmu, aku diundang sebagai diriku, sebagai Clairy." komentar Clairy.

Juan menghela napasnya. "Apa kamu belum bisa membuka sedikit saja pintu itu untukku?"

"Katamu kamu mau menungguku, kenapa jadi tidak sabaran begini?"

"Bukan aku tidak sabar, tapi kamu terkesan seperti menepis semua usahaku dengan dalih kamu adalah dirimu yang tidak berhubungan apapun denganku."

"Aku memang tidak ada hubungannya denganmu,"

"Bisakah kamu menjawab 'setidaknya belum'?"

"Ya, atau setidaknya belum. Tidak ada yang tahu."

Lalu keduanya kembali diam. Juan tidak mau mempertipis kesabarannya dan membiarkan amarahnya memuncak karena ia tahu baik Clairy maupun dirinya sedang dalam keadaan sama-sama lelah saat ini. Mobilnya melaju seakan seisi kota membiarkan keduanya melintas tanpa halangan hingga dapat sampai dengan waktu yang lebih cepat dari biasanya.

Clairy menekan tombol lift menuju lantai dimana tempat tinggal mereka berada. Juan telah mengambil alih barang bawaan Clairy seperti biasa, ditambah oleh-oleh yang diberikan orang tua Juan untuk mereka seperti menu sarapan dan beberapa camilan serta abon sapi buatan ibunda Juan.

Bunyi pintu lift terbuka menyegerakan mereka untuk beranjak dan keluar dari sana. Juan mengekori tubuh Clairy yang berjalan mendahuluinya, tampak perempuan itu mencari-cari sesuatu dari dalam kantung celananya.

"Cari apa?" tanya Juan.

"Tidak, aku hanya mengecek kunci mobilku. Oh iya, besok aku akan berangkat naik ojek dan membawa pulang mobilku." kata Clairy

"Aku masih bisa mengantarmu,"

Clairy belum menjawab. Perempuan itu sibuk menekan kata sandi agar ia bisa segera masuk ke rumahnya. Ketika pintu terbuka, tangannya terulur untuk menerima barangnya yang masih berada pada Juan. Tangan Juan menghindar, seakan ia tidak mau memberikan hak Clairy sebelum ia masuk.

"Kamu tidak memintaku masuk?" tanya Juan.

"Untuk apa? Kamu kan tinggal di sebelah, lagi pula aku dan kamu sama-sama lelah hari ini."

Juan menghela napas tampak kecewa. Tangannya satu persatu melepas kantung dan tas milik Clairy kemudian ia serahkan pada sang pemilik dan diterima dengan baik oleh Clairy.

"Clair, aku masih sanggup mengantarmu." Juan masih berusaha.

"Juan, istirahat. Aku besok berangkat pukul enam, meskipun kamu tidak pernah terlambat bangun tapi aku tidak mau merepotkanmu. Lagi pula aku tahu perjalananmu hari ini cukup membuatmu lelah. Lihat, matamu selalu bengkak saat kurang tidur."

TIGA BULAN. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang