Hari-hari berlalu setelah Clairy tidak melihat rumah kontrakannya karena ia harus diasingkan dengan alasan pekerjaan. Ia turun dari taksi dibantu sang supir yang dengan baik hati mengeluarkan koper milik Clairy karena pasti dirinya terlalu menyedihkan dengan kruk yang akhir-akhir ini selalu menempel dengan ketiaknya.
"Terima kasih, Pak." ucapnya dengan seulas senyum.
Tubuhnya sudah sangat lelah ketika dengan sedikit kesusahan ia membuka pintu utama rumah besar itu. Setelah kakinya berhasil menginjak lantai marmer yang dingin, bukan ucapan selamat datang yang ia dapatkan tetapi ia mendengar Alesha sedang marah-marah dengan sesekali menyebut namanya.
Clairy mengerutkan keningnya. Ada apa? Mengapa namanya disebut? Tanpa ingin semua orang tahu kedatangannya di situasi yang tidak tepat itu, Clairy memilih menyandarkan tubuhnya di dinding sembari menunggu keduanya—Alesha dan Juan selesai beradu argumen.
"Kamu pasti lelah, kita bicara kembali nanti." kata Juan meninggalkan Alesha di meja makan.
"Aku memang sudah lelah. Kamu masih memiliki perasaan pada Clairy, kan?"
"Apa maksudmu?"
"Tidak perlu berpura-pura! Siapapun dapat melihatnya dengan jelas, Juan!"
Apa yang dilakukan Alesha diluar kendali dirinya. Tiba-tiba saja kalimat itu ia ucapkan tanpa adanya rencana sebelumnya. Ia ingin berpisah dengan Juan? Apa ia sudah gila hanya karena perasaan cemburunya pada Clairy?
Alesha yang sudah berniat untuk pergi segera beranjak menuju pintu keluar tetapi netranya menangkap Clairy yang sedang bersandar di dinding dengan kakinya yang terangkat satu.
"Clairy," gumam Alesha ketika ia memastikan bahwa yang ia lihat adalah orang yang sedang ia sebutkan namanya saat ini.
Clairy yang sebelumnya menunduk mau tak mau mendongakkan kepala menatap ke arah Alesha.
"Sejak kapan kamu berdiri di situ?" tanya Alesha.
"Baru saja. Apa kalian sudah selesai bicara? Kakiku sudah pegal."
Clairy kembali menegakkan kruknya melangkah meninggalkan Alesha yang masih mematung di tempatnya. Tidak peduli dengan koper yang masih ia tinggalkan.
Ketika ia harus memperlihatkan dirinya di hadapan Juan, ia sama sekali tidak ingin menatap pria itu. Satu yang harus ia lakukan adalah menaiki anak tangga sialan dengan satu kaki.
Baru sampai tangga ketiga, tubuhnya diambil alih oleh sepasang lengan yang akan membawanya sampai kamar. Clairy panik mengedarkan pandangannya memastikan tidak ada yang melihat mereka.
"Turunkan aku, Juan!" gertak Clairy lirih.
Juan tidak ambil pusing. Dia tetap menaiki tangga itu tanpa memedulikan Clairy yang sudah dengan sekuat tenaganya ingin melepaskan diri dari Juan.
"Berhentilah bergerak, sekarang buka pintunya." perintah Juan pada Clairy yang menuruti ucapannya.
Setelah pintu terbuka, Juan berjalan kembali dan memastikan Clairy terduduk di atas ranjangnya. Setelah perempuan itu sudah terduduk, Juan kembali menutup pintu kamar Clairy.
"Apa kau gila?! Aku mendengar pertengkaran kalian. Kenapa kalian menyebut namaku? Aku bahkan tidak melakukan apapun!"
Juan menarik kursi dan mendekat pada Clairy.
"Kamu sudah tidak memakai kursi roda? Apa kakimu sudah lebih baik?"
Mendengar ucapan Juan, rasanya kepala Clairy ingin meledak. Pria itu dengan kurang ajarnya mengalihkan pembicaraan.
"Berhenti membicarakan hal lain. Aku sama sekali tidak peduli dengan hubungan kalian. Aku tidak peduli denganmu lagi, aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang."
"Karena kamu tidak peduli, karena kamu tidak melakukan apapun, dan karena kamu mengabaikanku. Itu mengusikku." Juan menundukkan kepalanya.
Clairy menyisir rambutnya dengan jemari. "Bukankah kamu yang memintaku untuk tidak lagi peduli padamu? Kamu yang memintaku pergi bertahun-tahun lalu. Kamu yang membuangku ketika aku memohon padamu untuk tetap tinggal. Aku malas membicarakan hal ini tapi aku masih harus mengingatkanmu ternyata."
Juan menghela napasnya berat. Ia juga marah pada dirinya yang goyah. Tidak biasanya ia seperti ini. Juan selalu teguh pada ucapannya tapi tidak ketika itu menyangkut tentang Clairy. Sekuat apapun ia mencoba untuk mengabaikan perempuan itu, tapi hatinya seperti tersayat ketika melihatnya menangis kala kakinya terluka, perasaan tidak suka muncul ketika pria lain mencoba mendekatinya dan membuatnya tertawa. Tanpa Juan sadari, orang lain menyadari bahwa Juan masih memiliki perasaan pada Clairy.
"Aku tidak mau terlihat jahat ketika aku bahkan tidak melakukan apapun. Aku akan pindah setelah membicarakan kontrakku dengan Melvin. Sekarang kamu bisa keluar dari kamarku."
"Tidak ada yang akan keluar dari rumah ini. Tidak aku, tidak juga kamu."
"Kenapa kamu masih saja egois? Aku sudah selesai denganmu. Kamu sekarang milik Alesha, dia perempuan baik. Kenapa kamu tidak juga menyadari itu? Kenapa kamu tidak juga belajar dari masa lalu?"
"Maksudmu?"
"Kamu selalu menghindar setiap ada masalah, kamu selalu menghilang. Aku pastikan Alesha tidak akan sanggup dengan sisi dirimu yang buruk itu. Sekarang aku tanya padamu, apa benar kamu masih menyukaiku?"
°°°
Halo yorobun, subaklovesme is totally back! Maaf sempat menghilang hampir dua pekan karena aku sedang banting tulang ㅋㅋㅋㅋ . Selamat membaca. Berikan komentar, pendapat, saran, dan masukanmu untuk cerita ini di kolom komentar! Jangan lupa votenya! Terima kasih✨
![](https://img.wattpad.com/cover/360424079-288-k217611.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...