05-Shut Up!

183 24 0
                                    

Juan mengenakan slipper dan berjalan menuju lantai dua. Ia pikir Clairy akan berada di kamarnya tapi ternyata tidak. Perempuan itu sedang duduk di balkoni dengan laptop yang menyala.

Setelah berpisah mereka tidak pernah tahu kegiatan satu sama lain. Terutama Juan, ia tidak tahu dimana Clairy bekerja saat ini.

Juan mengetuk pintu kaca dan Clairy menoleh begitu saja. Tanpa membuka suara, Juan memberikan kantung plastik yang berisikan buah titipan Clairy.

"Terima kasih. Wow! Bagaimana bisa Alesha membelikan yoghurt ketika dia juga membelikan beri?"

"Aku tahu kamu tidak bisa makan beri tanpa yoghurt." balas Juan membuang muka.

"Begitukah?" balasnya dengan senyum jahil.

Juan tak lagi membalas ucapan Clairy dan hendak meninggalkan ruangan itu.

"Juan, tunggu sebentar." panggil Clairy lagi, "bisakah kamu bersikap biasa saja? Kita tidak perlu saling diam, berbicaralah seakan aku orang baru dan setidaknya kita mencoba beramah-tamah."

Juan tidak bergerak dari tempatnya, bahkan tangannya sudah memegang gagang pintu dan berdiri membelakangi Clairy.

"Kenapa kau mengaturku? Aku bahkan membayar uang sewa untuk melakukan apapun di rumah ini."

"Aish, pergi sana!" seru Clairy tidak ingin membuat keributan dengan Juan.

°°°

Bagaimanapun, niatannya dimutasi ke kantor pusat adalah untuk uji coba apakah dia akan layak dengan jabatan yang ditawarkan di kantor cabangnya yang jelas jabatan itu lebih tinggi dari jabatannya sekarang.

Clairy juga tidak paham mengapa ada mutasi dengan sistem seperti ini. Ketika dia mendapat informasi bahwa ia akan dimutasi, ia pikir karena ia mendapat sanksi. Ah, tapi berada di rumah yang sama dengan Juan mungkin merupakan sanksi pribadi baginya.

Konon katanya ia akan dijadikan kepala sub bagian SDM di tempatnya bekerja, sehingga ia harus belajar banyak di kantor pusat. Ini benar-benar gila. Clairy tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya kelak jika harus naik jabatan. Senang itu pasti, bersyukur apalagi. Tapi ia akan banyak menghabiskan umurnya untuk bekerja. Sedih sekali.

Sebuah panggilan masuk. Itu adalah kepala sub bagian SDM yang akan ia temui besok. Ada apa? Kenapa tiba-tiba ia ditelepon? Dengan gugup Clairy menerima panggilan itu.

"Halo selamat sore,"

"Selamat sore Ibu Clairy, maaf saya menelepon Anda di waktu yang tidak tepat."

"Tidak, tidak. Tidak masalah. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Saya dan staf akan mengadakan makan malam bersama. Bisakah ibu hadir? Mungkin sekalian perkenalan?"

"Bisa. Saya akan hadir, terima kasih sudah mengundang saya. Bisakah saya tahu alamatnya?"

"Akan saya kirimkan sebentar lagi. Baik, kami tunggu bu Clairy. Selamat sore."

"Terima kasih, selamat sore."

Bagaimana ini? Kenapa semua orang tampak peduli padanya? Wah, apakah Clairy akan menghabiskan tiga bulannya dengan tenang? Clairy tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya ia bangkit dan segera menuju kamarnya.

Di dalam almarinya ada beberapa baju yang lusuh karena ia belum sempat menyetrikanya kembali. Terlebih ia juga belum membeli setrika karena ia berencana akan membelinya ketika pulang dari bekerja besok.

TIGA BULAN. (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang