"Sebelah sini." Melvin membukakan pintu kamar di lantai dua.
Begitu pintu terbuka, pandangan Clairy beredar ke seluruh penjuru ruangan. Ia mengamati dinding yang bercat putih tulang dan tampak menenangkan dengan tidak banyaknya perabotan selain meja kerja, meja rias, almari, nakas kecil, dan tempat tidur.
"Maafkan aku tapi kamu harus berseberangan dengan kamarku."
Clairy membalikkan tubuhnya menatap Melvin.
"Karena si perempuan dan si laki-laki itu, mmm bagaimana mengatakannya? Mereka seperti pasangan? Jadi mereka meminta di lantai yang sama. Tapi jangan khawatir, jika kau keberatan kita bisa membahasnya nanti ketika mereka kembali."
Clairy menggelengkan kepalanya, membuat poninya ikut bergoyang menggemaskan.
"Tidak perlu. Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan kamar ini. Bukankah pemandangan dari lantai dua juga indah?"
Melvin mengedikkan bahunya,
"Baiklah jika itu keputusanmu. Sekarang kamu akan membereskan barang-barangmu?"
Clairy mengangguk.
"Kalau begitu, take your time. Semoga kau nyaman di kamar barumu. Aku akan kembali ke kamarku."
"Terima kasih, Melvin!"
Melvin berjalan menuju pintu dan mencoba menutup pintu itu perlahan. Tapi sebelum pintu tertutup dengan benar, kepalanya kembali muncul dari sela pintu.
"Apa kau sudah makan?" tanyanya.
Clairy mendongakkan kepalanya, melihat betapa lucunya Melvin menyembulkan kepalanya di balik pintu seperti itu.
"Seingatku belum."
"Baiklah, jika sudah selesai kau bisa turun ke lantai satu."
Clairy mengangkat jempolnya pertanda ia akan mengabulkan perkataan Melvin.
•••
Setelah mengeluarkan isi dari dua kopernya, Clairy rasa ia tidak akan sanggup jika harus membereskan koper ketiganya. Ia akan turun untuk memenuhi janjinya pada Melvin terlebih dahulu.
Saat tangga terakhir ia turuni, aroma masakan tercium oleh hidungnya. Clairy semakin bersemangat untuk segera mendekat ke sumber aroma itu tercipta.
"Wahh, kamu memasak?!" seru Clairy tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Melvin memakai celemek dan sedang fokus pada aktivitasnya yang membuat Clairy tidak bisa beralih.
"Duduklah, aku akan selesai sebentar lagi." balas Melvin melirik sebentar ke arah Clairy.
Clairy kembali mengikuti perintahnya. Ia duduk dengan segera di salah satu kursi yang ada di kitchen island. Matanya terlalu fokus untuk melihat betapa Melvin sangat pandai memasak. Ini pemandangan yang sangat langka baginya.
"Kedengarannya enak." gumam Clairy yang ternyata dapat didengar oleh Melvin.
"Kedengarannya? Kamu serius?"
"Itu karena aku belum mencicipi masakanmu sama sekali."
"Baiklah. Bisa kau ambilkan piring untuk kita?"
"Bisa,"
Kemudian setelah hidangan tumis brokoli dengan udang saus tiram yang dibuat oleh Melvin siap untuk disantap, Melvin duduk di sebelah Clairy.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...