Rambutnya yang semula tergerai kini sudah dicepol asal dengan lengan kemeja yang ia gulung hingga sebatas siku. Tangan kanannya menggenggam pena berwarna biru menelusuri tumpukan cetakan regulasi yang harus ia pahami.
Pintu ruangannya diketuk dua kali, kemudian muncul sedikit celah dan kepala seorang perempuan dengan raut wajah ragu menyapa.
"Bu Clairy, permisi. Saya diminta Pak Hazel untuk menghadap Ibu meminta persetujuan design."
Clairy mengangguk kemudian mempersilakan seorang yang ia tahu sebagai karyawan magang untuk masuk ke dalam ruangannya.
"Masuk saja. Silakan."
Perempuan berambut coklat itu tampak membuka layar kunci tabletnya. Ada beberapa desain yang akan dicetak dan sudah seharusnya melalui penilaian dan persetujuan Clairy terlebih dahulu sebelum disampaikan ke atasan lain.
"Hmm, ini ada kesalahan tulis. Tolong jangan sampai ada yang salah karena ini sangat krusial." Clairy tampak membentuk sebuah lingkaran mengoreksi letak kesalahan yang ia temukan.
"Kemudian ini, warnanya terlalu terang. Kita sudah ada regulasi terkait pemilihan warna untuk design. Itu sudah diatur oleh pusat dan kita harus mengikuti. Coba kamu tanyakan pada Pak Hazel, dia seharusnya memberi tahu."
"Baik Bu Clairy, saya perbaiki. Oh iya, terkait event video mapping akhir tahun bagaimana Bu? Apa sudah ditindaklanjuti? Saya diminta menanyakan juga oleh Pak Hazel."
"Kemarin saya sudah menghubungi dinas terkait, tapi karena itu event swasta jadi akan disambungkan ke pihak penyelenggara. Kita tunggu dulu informasi dari dinas, tapi kemungkinan besar kita bisa ikut bergabung. Siapkan saja mulai dari sekarang video yang akan ditampilkan."
"Baik Bu, saya akan teruskan ke Pak Hazel. Terima kasih,"
Clairy tersenyum kemudian melepas kepergian orang itu dengan lelah. Di belakangnya sedari tadi sedang duduk seorang rekan kerja yang sedang ikut membantu Clairy menyelesaikan laporan-laporannya.
"Hazel kenapa tidak tanya langsung padamu? Apa kalian bertengkar? Atau jangan-jangan karena perebutan kekuasaan?!"
"Mana mungkin dia seperti itu. Mungkin dia hanya sedang sibuk dan memberikan kesempatan karyawan magang itu agar lebih berani dan mencari banyak pengalaman."
"Tidak mungkin. Dia memang iri padamu karena kamu dipromosikan. Tapi aku bersyukur karena sekarang kepala sub bagianku adalah dirimu. Coba kalau Hazel, wah bisa-bisa kita tidak pernah libur karena mengerjakan pekerjaannya!"
Clairy terkekeh mendengar alasan tidak masuk akal rekannya yang selalu saja menjelekkan rivalnya-Hazel.
"Kapan kita akan pesta perayaan kenaikan pangkatku?" tanya Clairy menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga.
"Bagaimana jika besok malam? Jum'at adalah waktu yang tepat untuk berpesta. Di apartemenmu saja, bagaimana?" laki-laki bernama Rio itu memberikan ide.
"Coba tanya yang lain. Jika setuju, kita adakan besok malam." pungkas Clairy kemudian melanjutkan pekerjaannya.
°°°
Malam tiba, Clairy berniat untuk menghindari Juan dengan memesan ojek online untuk pulang. Sore tadi, Ia memberi pesan pada Juan untuk menjemputnya pukul sepuluh malam ketika pria itu bertanya kapan ia harus menjemputnya, tapi ia sendiri sebenarnya sudah pulang saat waktu menunjukkan pukul setengah tujuh malam.
Tidak berniat untuk langsung kembali ke huniannya, Clairy memilih supermarket sebagai tempat tujuannya setelah sebelumnya ia membaca pesan di grup divisinya bahwa semua orang sepakat untuk melakukan pesta kecil-kecilan Clairy besok malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...