Pagi ini gilirannya dan Melvin untuk memasak sarapan. Karena harus bersiap terlebih dahuli, Clairy terlambat untuk membantu Melvin yang sekarang sudah hampir selesai dengan menu pagi mereka.
"I'm so sorry Melvin, aku harus bersiap terlebih dahulu. As you know ini hari pertamaku and I'm so nervous."
Clairy dengan sigap mengikat rambutnya dan menggulung lengan bajunya bersiap membantu Melvin tapi lelaki itu tampak mencegahnya.
"Bajumu akan bau masakan nanti. Kamu duduk saja, lagi pula aku sudah selesai."
Clairy menekuk senyumnya, "Padahal aku sangat ingin membantumu."
"Lain kali kamu boleh membantuku, tapi tidak ketika kamu memakai baju kerja seperti ini." Melvin tersenyum lembut padahal tangannya masih sibuk dengan penggorengan.
"Baiklah, aku bantu siapkan piringnya."
"Good girl."
Clairy mengeluarkan beberapa piring beserta alat makan lainnya dan ia tata di atas meja lalu Melvin tak lama membawa semangkuk tumis buncis dengan udang yang ia goreng tepung.
Satu persatu penghuni kamar yang lain keluar dengan wajah khas orang bangun tidur bahkan Juan terlihat seperti berjalan sambil memejamkan matanya yang sipit. Di belakangnya ada Alesha masih dengan piyamannya berjalan sangat lamban.
"Kenapa piringnya hanya tiga? Kamu tidak sarapan Clair?"
"Oh? Tidak. Aku tidak bisa sarapan."
Melvin mengangguk mengerti, meskipun ia sedikit kecewa karena artinya Clairy tidak akan mencicipi masakannya pagi ini.
"Tapi bolehkah aku membawanya untuk bekal makan siangku?" tanya Clairy.
Senyum terbit dari wajah Melvin, "Sangat boleh. Sebentar, aku siapkan."
"Nooo!! Biar aku sendiri. Kamu sudah menyiapkan semuanya dan aku akan menyiapkan bekalku sendiri. Sekarang duduklah."
Alesha yang menyadari interaksi dari kedua penghuni lantai atas pun rasanya ingin sekali ia menggoda kedua orang itu.
"Ohho, ada apa ini? Kenapa kalian sangat menggemaskan? Kak Melvin, apa kamu sedang mencoba menebarkan pesonamu pada Clairy?"
Juan tampak tidak peduli dengan ocehan Alesha kali ini. Dia hanya diam dan meneguk air putih yang baru ia ambil dari lemari es.
"Kalian berangkat pukul berapa?" tanya Melvin ikut bergabung di meja makan.
"Aku ada meeting dengan promotor pukul sepuluh." balas Juan.
"Aku ada kelas pukul sebelas." kali ini Alesha.
"Kamu berangkat denganku saja."
"Tidak mau, kamu pasti berangkat pukul sembilan. Aku akan terlalu lama jika harus menunggu sendirian di kampus."
"Lalu kamu akan berangkat dengan siapa? Si bocil Reyhan?"
"Dia bukan bocil! Dia kan seumuran juga denganku."
"Dimataku dia tetap bocil ingusan."
"He's cute tho."
"Cute? Sejak kapan seleramu berubah?"
"Seleraku tidak berubah, lagi pula dia kan bukan tipeku. Dia hanya temanku yang kebetulan sama baiknya denganmu."
Setelah menjawab tuduhan Juan, Alesha bangkit untuk mencuci alat makannya.
"Kenapa hidupku dikelilingi perempuan yang memiliki teman layaknya pacar mereka sendiri? Apa aku ini seorang selingkuhan?" gumam Juan yang membuat Clairy hampir tersedak oleh teh hangatnya sendiri.
Ucapan Juan entah hanya asal bicara atau ditujukan khusus pada seseorang, tapi hal itu seperti menyinggung dirinya juga.
Melvin menggelengkan kepalanya, ia sudah terbiasa dengan keributan pasangan di rumah ini.
"Aku akan berangkat, sampai bertemu nanti malam teman-teman!" Clairy bangkit dari kursinya.
Alesha yang masih berada di wastafel membalikkan tubuhnya, "Jangan lupa bawakan sesuatu untukku!" teriaknya.
"Baiklah, bye!" Clairy melambaikan tangannya meninggalkan ruang makan.
Sepeninggal Clairy dari rumah itu, Alesha kembali menjadi satu-satunya perempuan dan biasanya ia akan menjadi jahil kepada Melvin karena ia menganggapnya sebagai kakaknya.
"Juan, bukankah Clairy sangat cocok dengan Kak Melvin? Bagaimana kalau kita jodohkan mereka?" ucap Alesha dengan suara yang dapat didengar jelas oleh Melvin yang sedang memasukkan piring kembali ke rak.
"I can hear you, KIDS!"
"You're not invited, Brow!" balas Alesha tak mau kalah.
Juan tampak tidak tertarik dengan obrolan mereka setelah ini karena mereka membicarakan mengenai mantan kekasihnya. Dari mana asal Clairy, apa pekerjaannya, dan akhirnya mereka menyadari bahwa Clairy dan Juan berasal dari kota yang sama.
"Bukankah jika di perantauan menemukan teman dari kota yang sama akan sangat senang? Kenapa kau tampak tidak senang dengan kehadiran Clairy?" selidik Melvin.
Juan melirik sekilas ke arah Melvin, kemudian Alesha. Keduanya tampak memberikan tatapan yang sama yaitu tatapan penuh selidik dan ingin tahu.
"Apa sekarang giliranku untuk kalian interogasi?" balas Juan dengan pertanyaan lain namun ia segera bangkit dari kursi dan meninggalkan dua orang lain yang tersisa di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...