Rinai hujan membasahi jalanan ibu kota dengan cukup deras, membuat penghuninya enggan untuk keluar dari tempat persembunyian mereka kecuali Clairy yang kini sedang berlari kecil menutupi kepalanya dengan tas laptop miliknya. Ia akan naik busway untuk pulang hari ini, tapi sebelum itu ia akan mampir ke toko kue di dekat kantornya.
Suara denting lonceng yang tergantung di atas pintu terdengar tatkala perempuan itu memasuki toko kue dengan sepatunya yang setengah basah.
"Selamat sore Kak, cari kue apa?" tanya pegawai toko kue itu.
Clairy tampak menundukkan tubuhnya mengintip deretan kue yang terjajar rapi di lemari kaca. Telunjuknya berhenti di salah satu kue berwarna biru yang berada di paling ujung.
"Saya mau ini." kata Clairy mendongakkan kepalanya.
Hari ini adalah hari kelahiran Juan. Karena beberapa hari ini juga mereka cukup dekat dan tidak ada pertengkaran yang terjadi, Clairy pikir tidak ada salahnya jika ia merayakan ulang tahun Juan seperti yang ia lalukan bertahun-tahun lalu.
Kue pilihannya sudah selesai dibungkus dan Clairy menyerahkan kartu debitnya untuk melakukan pembayaran. Ia mengecek ponselnya dan tidak ada pesan masuk sama sekali dari Juan. Biasanya pria itu sudah menerornya dengan rentetan pesan bahwa ia akan menjemput Clairy dan tidak memperbolehkan Clairy pulang sendiri.
Setelah selesai dengan urusannya, Clairy keluar dan ia mengurungkan niatnya untuk pulang dengan busway. Akan lebih cepat jika ia memakai ojek, pikirnya.
"Neng, hujan. Ojek aja!" tawar seorang tukang ojek yang mangkal di depan toko kue.
"Boleh Pak, kebetulan saya juga buru-buru." kata Clairy menyambut baik tawaran yang diberikan padanya.
Selama di perjalanan, macet bukan hal baru bagi Clairy setelah hampir tiga bulan berada di kota ini. Tapi, pilihannya menggunakan ojek dibanding busway sangatlah tepat karena bisa menghindari kemacetan dengan melewati jalan-jalan tikus yang jelas hanya diketahui oleh warga lokal saja.
Meski punggungnya basah kuyup karena ojek yang ditumpanginya tidak memiliki cadangan jas hujan, yang terpenting kue yang kini ia peluk dengan erat tidak boleh basah.
Sesampainya di depan rumah, Clairy kembali berlari menghindari air hujan meski percuma. Menekan sandi pintu yang terdiri dari empat digit tanggal dan bulan ulang tahun Melvin, Clairy berhasil masuk dengan selamat.
Ia sedikit mengibaskan rambutnya yang ujungnya sudah sangat basah seperti habis dikeramas. Pandangannya tertuju pada sepasang alas kaki yang tampak tidak asing. Jelas itu milik seorang perempuan dan bukan dirinya. Lalu kepalanya mendongak ke arah suara tawa beberapa orang di dalam sana.
Clairy menelan salivanya, mungkin ia tidak akan merayakan hari ulang tahun Juan lagi untuk tahun ini. Clairy menghela napas panjang ketika ia tahu betul siapa yang berkunjung meskipun ia belum melihat sosok itu.
Perempuan itu melepas alas kakinya dan berjalan menuju ke ruang utama rumah itu. Dengan menyembunyikan kotak kue yang ia beli dan ia jaga supaya tidak terkena hujan, Clairy mengusahakan agar tidak terlihat mencurigakan.
"Hai Clair!" Suara riang itu menyapanya.
Alesha dengan rambut coklatnya tampak sedang memakai topi kerucut khas pesta ulang tahun, sama dengan yang sedang Juan kenakan.
"Kemarilah! Kami sedang merayakan ulang tahun Juan!" ajaknya.
Clairy tersenyum, menghindari tatapan mata Juan yang mencarinya.
"A-aku basah kuyup dan akan ke kamarku. Kalian lanjutkan saja pestanya. Have fun!" Clairy melambaikan tangan sebelum melanjutkan langkahnya ke arah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIGA BULAN. (END)
RomanceRencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak hanya dipertemukan sehari dua hari, tetapi setiap hari selama tiga bulan dalam satu atap yang sama...