Chapter 39

211 35 2
                                    

08 maret 2024
💢💣💢
〽️
  〽️
    〽️
      〽️











Lisa pov;

Mau apa sih tuh orang datang? Mau minta maafkah, atau mau memberiku sejumlah uang untuk mencegah ku berbuat lebih dari sekedar mengupload photo di ig.

Teman temanku serentak memberi hormat, rosie terlihat kaget dan bangkit dari kasur. Setelah memberi hormat mereka pamit untuk keluar.

Ah tidak semua, rupanya jennie dan jisoo masih duduk di sova.




"Kau tidak apa apa nak?" Tanya pak mentri

"Tidak ada yang serius, aku hanya demam" jawabku

"Aku khawatir karena kau sampai masuk rumah sakit"

Khawatir?, benar kan dia mengkhawatirkan aku? Atau menghawatirkan nama baik nya. Tapi dari raut wajahnya, ia nampak khawatir, jelas dia berkaca kaca.

Dia mendekat ke arahku, memegang tangan ku dan menempelkan satu tangannya di dahiku.

"Jangan buat aku khawatir nak" ucap nya terlihat tulus

"Maaf" ucapku tak tega. Perlakuannya sangat lembut sama seperti ayahku.

"Ku dengar kau mengalami kecelakaan" ucap nya.

"Hanya jatuh dari motor, tak ada luka yang serius" ucap Ku

"Kau yakin?. Aku harus mananyakan langsung pada dokter yang menangani mu" ucapnya

"Tidak perlu. Aku tidak apa apa. Tapi motor kesayanganku sedang tidak baik baik saja" ucap Ku

"Nanti ku belikan yang baru, yang sama persis dengan punya mu. Warna kuning kan?" Ucapnya seperti seorang ayah yang rela membelikan barang yang tidak sengaja ia rusak.

"Tidak perlu, aku hanya perlu mengganti bannya saja. Mungkin aku harus mencari ban anti peluruh" ucap ku dan dia terlihat membeku.

Aku pikir dia tidak bodoh, dia pasti tau apa maksudku.

"Bisakah kalian keluar dulu. Aku perlu bicara berdua dengan lisa" ucap pak mentri yang di tujukan pada jisoo dan jennie.

Ku lihat jennie akan menentang, namun jisoo mencegahnya. Ah syukurlah ada jisoo. Akan repot jadinya kalau jennie ikut campur. Aku tau dia pasti khawatir padaku.

Jisoo dan jennie keluar dari kamar.






"Apa kau mengenali siapa yang menyerangmu?" Tanya nya

Jelas lah aku tidak kenal. Tapi aku yakin orang orang itu suruhan anaknya.

"Tidak" jawabku

"Aku akan mencari tau. Kau jangan khawatir mereka tak akan lagi macam macam padamu" ucap nya

Ah, lelucon kah ini. Benarkah yang dia katakan. Tentu saja, dia pasti membereskan masalah ini secara pribadi, tapi dia tak tau kalau urusan itu sudah selesai sebelum dia mengerjakannya.

"Terima kasih atas perhatianmu" ucapku menghargai niat baiknya.

"Kau tak perlu memikirkan biaya rumah sakit. Biar aku yang bayar" ucapnya

Ah dilema aku. Apa aku menerima saja tawarannya ataukah membiarkan jennie yang membayar.

"Sudah di bayar oleh temanku" ucap ku

Lebih baik ngutang sama jennie daripada sama dia. Aku tak mau punya hutang budi padanya.

Hutang budi, sebenar nya tidak tepat. Karena jelas aku dapat kerugian karena ulah anaknya. Tapi aku tak mau rasa sakitku dan sakitnya jennie di bayar dengan uang. Mengenai motor ku, aku bisa memperbaiki nya setelah dapat uang nanti.

"Oh begitu rupanya" ucap nya. 




















Author pov;

Seorang wanita paruh baya, sedang duduk di meja kerjanya.
Keningnya berkerut saat membaca email yang di kirim seseorang. Tangannya mengepal kemudian dia mengetik sebuah pesan pada seseorang, tak lama kemudian atasannya memanggil.

"Kau di tunggu di ruangan CEO" ucapnya.

Begitu mendengar intruksi itu, dia beranjak dari kursi nya dan bejalan menuju lift untuk menemui orang nomor satu di perusaahaan tempat nya bekerja.






Setelah mengetuk pintu, dia masuk begitu saja.

Hanya berdua diruangan itu, dia duduk di sova begitu saja. CEO perusahan menghampiri dan duduk di hadapannya penuh hormat.

"Aku tak ingin mengurusi hal ribet" ucap nya. Terlihat tak sopan. Sikap nya sebagai pegawai biasa.

"Lalu apa yang harus aku lakukan" tanya CEO nya.

Bukankah ini kebalikan, seorang CEO berada di bawah perintah pegawai biasa

"Tutup perusahan cabang yang ada di korea" ucapnya membuat CEO itu mematung seketika.

"Bagaimana nasib pegawai nya?"

"Itu bukan urusan kita, lakukan yang ku pemerintahkan jim, jangan membantah"

Jimmy, CEO perusahaan besar itu gemetar saat melihat bagaimana tegasnya wanita di depannya.

"Perusahaan saingan kita akan senang mendengar ini" ucap jimmy

"Biarkan mereka senang, bukankah itu pahala"

"Membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan apa bukan dosa?" Tanya jimmy dengan gemetar, dia sangat merasa tak berdaya untuk melakukan apa yang bawahannya inginkan

"Itu bukan mau ku. Pemerintah yang menaikan standar gaji" ucapnya kemudian tangannya mengepal.

Jimmy yang melihat itu seakan ingin pingsan saat itu juga.

"Dengar jim, kita bekerja untuk mendapatkan keuntungan bukan bekerja untuk menghidupi banyak orang. Biarkan pemerintah yang mengurusi perut rakyatnya" ucap wanita itu final dengan keputusannya, dia beranjak pergi dari ruangan itu.












Begitu keluar dari ruangan CEO, atasannya bertanya dengan panik

"Apa ada masalah? Kenapa sampai kamu yang di panggil?" tanya nya.

"Iyah, aku membuat kesalahan. Dan akan di istirahatkan selama sebulan" ucap nya

"Kau tanggung jawabku, katakan kesalahanmu. Aku akan coba bicara dengan mr jimmy" ucap atasannya.

"Terimakasih. Kau tak perlu melakukannya. Aku tidak di pecat. Hanya pindah divisi saja"

"Janice, aku mempromosikan mu untuk naik jabatan bulan depan" ucap atasannya

"Sepertinya aku tidak beruntung. Sebelum naik jabatan malah dipindahkan" ucap wanita itu.









To be continue~~~~

Chapter 40🔜
Maafkan aku jennie, sebaiknya kau menjaga jarak dariku untuk  keselamatanmu" ucap lisa

avengefulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang