Dewa meringis merasakan sakit di ujung lidahnya. Meski sudah diobati, tapi luka akibat gigitan Larasati di lidahnya masih terasa perih. Apalagi digunakan buat makan soto seperti ini. Kena kuahnya sudah bikin meringis.
Melky yang menyadari hal itu mengangkat alisnya melihat Dewa dari tadi makan dengan tidak nyaman. Bahkan semangkok soto kesukaannya belum habis juga disantapnya.
"Kenapa lu? Makan sambil meringis begitu."
"Lidah gue sakit."
"Hah, kenapa?" tanya Boy heran.
"Digigit kucing liar," jawab Dewa asal.
"Kucing liar?" Boy yang otaknya memang berkapasitas setengah tambah bingung. Tapi Melky mengerti apa yang dimaksud 'kucing liar' oleh Dewa. Karena itu ia terkekeh geli.
"Makanya, punya mulut jangan sembarangan buat nyium. Digigit kan jadinya."
"Siapa yang sembarangan? Orang disediain di depan mata, sayang dong kalo gak gue cicipin." Dewa menaik turunkan alisnya dengan gaya bajingannya. "Dia aja yang norak. Cuman juga gue cium, udah maen gigit aja."
"Yakin lu cuma nyium?" tanya Melky sangsi.
"Yah ... Gue grepe-grepe dikit sih." Dewa senyum mesum seperti tidak punya dosa.
"Beuh, udah gue dugong."
"Kalian ngomongin apa sih? Kucing liar apaan?" Boy masih tidak mengerti.
"Anak kecil gak usah tahu." Melky menjejalkan sepotong kerupuk ke mulut Boy. "Makan udah. Gak usah nanya-nanya." Kebetulan saat itu matanya melihat ke arah pintu kantin, di mana Larasati baru saja masuk. Sendirian.
Gadis itu memang selalu sendirian. Semenjak beberapa minggu yang lalu menjadi anak baru di sekolah ini. Tidak ada satupun anak di kelasnya yang menjadi temannya. Seakan semua orang sengaja mengucilkannya. Tidak ada yang mau berteman dengannya, atau sekedar mendekatinya. Larasati juga kerap menjadi bahan gangguan anak-anak yang lain.
Biang keroknya siapa lagi kalau bukan cowok yang duduk di depannya ini. Dewa Putra Bramasta. Padahal Larasati lumayan manis, meski tidak secantik Marsella yang jadi pacar Dewa bulan ini.
Pacar bulan kemarin Vonny. Yang diputuskannya karena sudah bosan. Dan pacar bulan ini Marsella, cewek cantik yang punya body yahud dan dengar-dengar pemain sinetron. Meski baru jadi figuran. Tapi tetap saja namanya artis.
Dewa memang tidak pernah awet dengan satu orang cewek. Tiap bulan ganti. Paling lama pacaran dua- tiga bulan putus. Mungkin baginya hubungan itu ada expirednya. Jadi kalau kelamaan bisa basi. Atau berjamur. Herannya, ada saja cewek yang bersedia jadi pacarnya. Meski tahu Dewa tidak bakal lama memacari mereka.
Mungkin karena wajahnya yang ganteng. Jadi banyak cewek yang siap antre jadi pacarnya. Padahal kedua temannya sendiri juga cakep. Sayang wajah cakep Melky dan Boy ketutupan kalau berada di samping Dewa. Mungkin seharusnya mereka tidak berteman dengan Dewa, biar bisa dapat pacar. Karena setiap cewek yang mereka taksir, malah kepincut sama Dewa dari pada sama mereka berdua. Begitulah deritanya berteman dengan orang ganteng!
"Noh, si kucing liar dateng." Mulut Melky gatal buat kasih komentar. Padahal tidak usah diberitahu, Dewa juga sudah lihat. Dia kan tidak rabun. Matanya masih normal. Bahkan semenjak Larasati memasuki kantin dia sudah lihat.
Semenjak kejadian tempo hari Dewa menciumnya dan berbuat kurang ajar padanya. Gadis itu sulit sekali ditemui di rumah. Seakan-akan memang sengaja menghindari Dewa. Kamar tidurnya juga dikunci. Padahal waktu pertama-tama Larasati tidak pernah mengunci pintu kamarnya.
Tapi ketika suatu malam Dewa menyelinap ke kamarnya dan memeluknya di ranjang. Larasati jadi ketakutan. Sejak itu juga pintu kamarnya selalu dikunci. Dan meski Dewa punya kunci serepnya, tapi sialnya pintu kamar itu tidak bisa dibuka. Mungkin Larasati mengganjalnya dengan kursi atau gagang sapu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung di ujung Senja
General FictionBagi Dewa Putra Bramasta, Larasati adalah serangga pengganggu. Kehadiran gadis itu sama buruknya dengan ibunya yang tanpa malu merayu kakeknya demi harta. Karena itu ia melakukan berbagai cara untuk membuat gadis itu menderita. Membully, melecehkan...