Bab 29

7.7K 632 45
                                    

Wina Windhunoto, adalah salah satu momok yang cukup menakutkan bagi Larasati. Ia teringat ketika masih tinggal di rumah besar Windhunoto. Sikap Wina yang begitu ketus dan terlihat jelas tidak menyukai Laras dan ibunya.

Dan sekarang mendengar ibu Dewa tersebut akan datang ke Malang, Laras sudah membayangkan seribu hal buruk di benaknya. Apalagi bila ia mengetahui Laras menjadi perawat pribadi Dewa dan tinggal di rumahnya. Cacian tidak mungkin tidak bakal diterima Laras.

Tentu saja, enam belas tahun yang lalu berbeda dengan waktu sekarang. Dulu Laras cuma remaja tolol yang tidak bisa melawan diperlakukan seburuk apapun. Tapi sekarang ia perempuan dewasa yang mandiri, yang tidak akan membiarkan harga dirinya diinjak-injak begitu saja oleh orang lain. Meski itu oleh seorang wanita kaya terpandang seperti Wina.

Laras hanya malas berurusan dengan Wina lagi. Sesungguhnya ia juga malas berurusan dengan Dewa dan semua yang berhubungan dengan keluarga Windhunoto. Kalau saja Dewa tidak menemukan keberadaannya, Laras lebih senang mereka tidak usah berhubungan lagi. Hingga ia tidak perlu lagi menghadapi kepelikan dalam hidupnya.

Tapi takdir seakan tidak membiarkannya hidup tenang. Ia dipertemukan kembali dengan Dewa. Dan dipaksa menghadapi mimpi buruk masa lalunya setiap hari.

Meski ia sudah bisa berdamai dengan hidupnya, sudah bisa melupakan trauma pelecehan dan ruda paksa yang terjadi padanya. Tapi Laras masih mengingat tahun-tahun yang ia jalani untuk pengobatan bersama psikiater yang membantu mengatasi traumanya itu.

Tapi kebencian di hatinya itu masih ada. Bahkan sampai sekarang, Laras masih sulit untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Masih ada rasa takut bila ada seorang pria yang dekat dengannya dan mencoba menjalin hubungan intim dengannya.

Meski pengobatan itu berhasil, tapi mungkin luka yang ditimbulkan oleh peristiwa itu masih membekas. Diam-diam masih tertanam di alam bawah sadarnya.

Namun sebagai seorang perawat profesional, dan peristiwa itu sudah enam belas tahun lamanya terjadi. Laras berusaha menjalani hidupnya dengan menatap masa depan. Ia tidak ingin lagi berurusan dengan masa lalunya. Tapi siapa sangka masa lalu itu yang kini malah menghampirinya?

Dan Wina Windhunoto juga merupakan bagian dari masa lalunya itu.

***

Wina Windhunoto awalnya tidak percaya bila putra tunggalnya itu kini tinggal di rumah Larasati, dan juga mempekerjakan Larasati sebagai perawat pribadinya. Ia masih tidak percaya meski Dewa sudah menjelaskan hal itu di telpon.

Barulah ketika ia menginjakkan kaki di rumah itu, setelah dijemput karyawan Dewa. Ia baru percaya.

Wina tentu saja ingat dengan Laras, sama seperti dia mengingat ibunya, Astuti. Gadis remaja kampungan yang dulu penakut dan tidak pernah berani memandang wajahnya itu kini sudah dewasa. Katanya sudah menjadi seorang perawat. Dan sialnya, wajahnya lebih cantik dari ibunya.

Wina duduk di ruang tamu rumah Laras. Memandang Laras dengan sikap bermusuhan dan mata penuh kebencian. Ia tidak menutupi rasa tidak sukanya pada Larasati.

Laras sendiri acuh saja, tidak terlalu peduli. Tapi disuguhinya juga Wina segelas teh manis hangat, meski sebenarnya malas untuk menghidangkan minuman. Tapi demi sopan- santun, mau tidak mau harus ia buatkan minuman. Meski yang disuguhi juga tidak ada niat untuk meminumnya. Seakan teh manis hangat buatan Laras itu dicampur racun berbahaya.

Dewa duduk dihadapan ibunya dengan tenang. Seakan tidak dilihatnya wajah ibunya yang sudah masam dan bisa meledak kapan saja begitu melihat Laras. Seakan tidak dilihatnya tangan Laras yang mencekal nampan minuman saat menghidangkan teh untuk ibunya. Berusaha keras untuk tidak menumpahkan gelas teh itu ke wajah Dewa.

Lembayung di ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang