Dia menghindariku. Sengaja menghindariku! Mustahil Larasati tidak tahu bila korban yang ia bantu selamatkan di ruang IGD pada hari itu adalah dirinya. Karena Dewa baru mengetahui, pada hari dia dibawa ke rumah sakit akibat kecelakaan yang menimpanya.
Pada hari itu juga kebetulan Larasati sedang bertugas di IGD!
Dan meski waktu enam belas tahun bukanlah waktu yang singkat, cukup untuk membuat fisik dan wajah seseorang berubah. Tapi Dewa tahu wajahnya tidak jauh berbeda dengan saat ia remaja dulu.
Ia masih setampan masa remajanya, malah jauh lebih tampan. Perutnya tidak buncit, badannya tidak gendut, rambut di kepalanya tidak menipis karena kebotakan. Boleh dibilang diusianya yang hampir tiga puluh lima tahun ini, ia sedang berada di puncak usia seorang lelaki dewasa. Lalu kenapa Larasati tidak mengingatnya?
Ia bukan tidak ingat, bukannya lupa. Melainkan sengaja pura-pura lupa. Jika tidak selama berhari-hari Dewa dirawat, masa kan satu kalipun ia tidak pernah menjenguk Dewa!
Dan kalau Melky tidak bilang, tidak memberinya informasi yang peduli setan dia dapat informasi dari mana. Larasati bekerja di rumah sakit ini, yang kebetulan ia dirawat. Dewa tetap akan berada dalam kegelapan mengenai keberadaan perempuan itu.
Berkat informasi dari Melky, Dewa menyuruh seseorang menyelidiki kebenarannya. Dan ternyata Larasati memang bekerja di sini, di rumah sakit ini. Sebagai perawat. Hampir sepuluh tahun dinas di sini, pasti banyak yang mengenalnya. Sesuai dugaan Dewa, memang benar Larasati cukup dikenal di rumah sakit ini. Apalagi kabar yang terendus mengatakan, Larasati dekat dengan seorang dokter bagian neurologi.
Namanya dokter Kresna. Seorang duda beranak dua. Usianya sudah empat puluh tahun lebih. Istrinya sudah lama meninggal. Dan anak-anaknya sudah remaja semua. Setua itu masih genit, masih ingin kawin lagi. Cih, tidak tahu diri.
Dan yang didekatinya Larasati. Perawat yang terkenal berwajah ayu di rumah sakit ini. Meski sudah kepala tiga, tapi pesona Larasati tidak kalah dengan gadis usia dua puluhan. Wajahnya ayu, lesung pipitnya menambah nilai kecantikannya. Bodynya masih langsing, dia juga kalem dan tidak banyak cing cong. Terlebih lagi Suster Laras belum menikah. Padahal banyak yang suka, banyak yang mengejar. Salah satunya ya dokter Kresna.
Orang yang disuruh Dewa mencari informasi tentang Larasati memberikan info yang cukup lengkap. Salah satunya Laras sampai sekarang masih lajang alias belum kawin. Ia tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang jaraknya tidak jauh dari rumah pakde dan budenya yang memiliki tiga orang anak lelaki.
Kedua anaknya yang nomor satu dan dua sudah berkeluarga dan memiliki anak. Si sulung tinggal dan bekerja di Surabaya. Yang nomor dua tinggal dan bekerja di Kediri. Lalu si bungsu, usianya baru lima belas tahun.
Lima belas tahun? Muda sekali usia putra bungsu mereka, padahal usia pasangan itu sudah tujuh puluh lebih! Diusia berapa budenya Laras melahirkan? 55 tahun? Sungguh tidak masuk akal.
Kalau benar ... ah, tentu saja kemungkinannya kecil. Belum tentu itu anaknya, belum tentu karena kejadian itu Laras hamil. Mungkin saja anak itu memang putra bungsu budenya. Dan budenya melahirkan diusia tua. Tapi apa mungkin perempuan yang sudah menopause bisa hamil dan melahirkan?
Apapun jawabannya nanti, Dewa harus menyelidikinya. Memastikan rasa penasaran dan menemukan jawaban yang terus berkecamuk di kepalanya. Namun yang lebih penting sekarang adalah membuat Larasati menemuinya. Mendapatkan jawaban dari mulut perempuan itu langsung. Dewa sudah memiliki rencananya sendiri. Dan sangat tidak sabar untuk merealisasikan rencananya itu.
Tentu saja, bagi orang kaya seperti Dewa. Yang dalam prinsip di kepalanya tidak ada yang tidak bisa dilakukan dengan uang. Hal itu bukan sesuatu yang sulit.
Kebetulan ia tahu siapa direktur rumah sakit ini. Kebetulan juga direktur rumah sakit yang juga pemilik saham terbesar di sini berambisi untuk menjadikan rumah sakitnya sebagai rumah sakit termodern dan bergengsi di Jawa Timur. Dan untuk itu dia butuh modal banyak. Untuk membuat rumah sakit miliknya yang semula kelas C menjadi kelas B. Tentu butuh uang yang tidak sedikit jumlahnya.
Untuk mempekerjakan para dokter spesialis ternama, membeli peralatan medis modern seharga ratusan juta. Dan meningkatkan pelayanan dan jumlah bangsal yang bagus.
Dan Dewa datang tepat pada waktunya. Ia menawarkan kerjasama dan kepemilikan separuh saham di rumah sakit ini. Bersedia menggelontorkan modal ratusan milyar untuk berinvestasi meski Villa dan tempat wisata yang sedang dikerjakannya masih berjalan dan butuh modal banyak. Tapi itu bukan masalah. Emporium Windhunoto Grup, sebuah gurita bisnis yang sudah terkenal di Indonesia. Bukan cuma berbisnis di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara dan beberapa negara Asia maju lainnya. Jadi dana segitu tidak akan mempengaruhi stabilitas modal perusahaan.
Tapi tentu saja Dewa punya syarat. Dia menginginkan Laras sebagai perawat pribadinya. Tidak peduli bila itu menyalahi wewenang rumah sakit, tidak peduli Laras masih terikat kontrak dengan rumah sakit ini. Apapun akan ia lakukan agar Laras menjadi pelayannya. Ya, bukan cuma perawat pribadi. Laras akan ia jadikan sebagai pembantu pribadinya juga. Seperti dulu ibunya yang menjadi pembantu di keluarga Windhunoto, jadi apa salahnya bila Laras mengikuti jejak ibunya?
Dan Tuan Sudarso, direktur utama rumah sakit yang bergelar Doktor itu langsung setuju begitu saja. Siapa bilang orang berpendidikan tinggi bahkan dengan gelar profesor doktor tidak lagi tertarik pada uang? Apalagi bila itu bisa memenuhi ambisi pribadinya.
Karena itu Laras sangat heran ketika direktur rumah sakit, Doktor Sudarso memanggilnya dan menyuruhnya datang ke kantornya. Biasanya bila ada masalah dengan pekerjaannya, ia cukup menghadap kepala perawat rumah sakit saja. Atau ada perollingan tugas. Tapi ini, direktur sekaligus pemilik rumah sakit yang justru memanggilnya langsung. Ketika Laras menghadap dan mendengar sebuah tugas baru yang akan diembannya. Laras sadar bila kehadirannya sudah diketahui Dewa!
"Kamu jangan khawatir, meski tugasmu menjadi perawat pribadinya. Tapi kamu tetap mendapat gaji dari rumah sakit ini dan juga gaji pribadi dari Pak Dewa. Bedanya kamu cuma merawat Pak Dewa saja. Fokus sama kesehatan beliau. Kamu mengerti Laras?"
"Saya paham, Pak. Cuma yang saya tidak paham, kenapa saya? Bukankah di rumah sakit ini banyak terdapat perawat yang lebih baik dari saya?"
Karena Pak Dewa maunya kamu, ucap Sudarso dalam hati. Tapi tentu saja tidak ia katakan. Meski ia sendiri bingung kenapa Pak Dewa sangat ngotot meminta Larasati menjadi perawat pribadinya.
Apa karena dia cantik? Yang lebih cantik perawat di Malang ini banyak, yang lebih muda juga bejibun. Lah, terus kenapa harus Larasati? Apa Pak Dewa punya hobi khusus? Entahlah. Orang kaya pikirannya sulit untuk ditebak. Dan Sudarso sendiri tidak ingin ambil pusing memikirkannya. Pokoknya begitu Larasati setuju tanda tangan kontrak untuk menjadi perawat pribadi Pak Dewa, maka dana sebesar dua ratus milyar segera mengalir ke kantongnya. Dan itu artinya Pak Dewa menjadi pemilik saham rumah sakit ini juga.
"Karena kamu lebih cekatan dan telaten merawat orang sakit, Ras." Sudarso mulai berbohong. Ya ampun semua perawat yang baik pastilah cekatan dan telaten merawat pasien. Kalau ada yang judes, galak, ya mungkin stress oleh pekerjaan. Atau sifatnya memang begitu. Banyak juga kan perawat yang judes?
"Gajinya juga lebih tinggi. Tenang saja, begitu kamu selesai menjadi perawat pribadi Pak Dewa, kamu masih bisa bekerja di rumah sakit ini. Kan kamu memang pegawai di sini."
Bukan itu yang menjadi ganjalan di hati Larasati. Dia cuma tidak mau bertemu Dewa lagi. Tidak mau berurusan dengan ular licik seperti Dewa. Tapi rupanya nasib tidak bisa dihindari. Setelah sekian lama, Laras harus berhadapan dengan masa lalunya yang merupakan mimpi buruk baginya. Apa yang harus ia lakukan?
"Bagaimana kalau saya menolak Pak?"
"Pilihannya cuma dua, kamu terima dan bisa terus bekerja di sini. Atau menolak dan silakan kamu resign dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung di ujung Senja
Ficción GeneralBagi Dewa Putra Bramasta, Larasati adalah serangga pengganggu. Kehadiran gadis itu sama buruknya dengan ibunya yang tanpa malu merayu kakeknya demi harta. Karena itu ia melakukan berbagai cara untuk membuat gadis itu menderita. Membully, melecehkan...