Bab 13

8.4K 514 6
                                    

Laras tidak sempat teriak ketika tahu-tahu tubuhnya sudah dilempar ke atas ranjang. Belum sempat ia bangun, Dewa tahu-tahu sudah mengurungnya di bawah tubuhnya. Matanya berkilat mesum, seringainya makin lebar. Lebih mirip seringai iblis yang melihat korban persembahannya.

"Lu udah pernah ciuman?"

Laras menggigil. Dia takut sekali.

"Minggir!"

"Gue tanya, elu udah pernah ciuman belum?"

Tapi Laras tidak mau mendengar. Dia takut. Dia panik. Rumah sebesar ini, kalau teriak pun percuma. Siapa yang bisa mendengar teriakannya? Kalau ada pelayan yang dengar pun, mereka pasti berlagak budek. Siapa yang berani mengganggu urusan tuan mudanya? Apalagi ini Dewa. Yang kelakuannya kayak setan. Kalau salah bukannya dimarahi. Malah dibela. Mamanya terlampau memanjakan dan melindungi anaknya. Mentang-mentang anak tunggal. Padahal banyak anak tunggal yang tidak berlaku seenaknya seperti Dewa.

"Belum pernah ya?"

Laras berusaha memberontak, mencoba mendorong tubuh Dewa dari atas tubuhnya. Tapi bukan Dewa namanya kalau dia membiarkan mangsanya lolos. Dengan tenaganya, dia malah menekan kedua tangan Laras di atas kepalanya. Dan mengepit pinggul Laras dengan kedua pahanya. Posisi mereka sungguh memalukan.

"Jangan Dewa ... " Laras memalingkan wajahnya ketika tangan Dewa hendak menyentuh wajahnya. Tapi sikap Laras yang seperti ini malah membuat Dewa tambah semangat. Dia belum pernah bertemu perempuan yang menolak sentuhannya. Yang ada mereka malah senang bisa dicemol-cemol olehnya.

Namun Laras tentu saja bukan salah satu dari perempuan-perempuan itu yang biasa menempeli Dewa. Dia sangat ketakutan. Laras takut Dewa bakal berbuat lebih jauh. Saking takutnya air matanya malah mengalir.

"Gue cuma mau ngajarin lu sesuatu yang disebut nikmat dunia. Lu belum pernah ngerasain kan?"

Laras tidak mau merasakan atau menikmati ajaran Dewa soal nikmat dunia itu. Ia tambah berusaha memberontak. Mengumpulkan tenaga dan kekuatannya untuk lepas dari kukungan Dewa. Menggeliat-geliat mencoba melepaskan diri. Membuat Dewa tambah kesal.

"Sialan! Jangan gerak-gerak kayak gini. Lu mau bikin yang di bawah bangun?"

Tapi siapa yang peduli dengan itu? Tambah sempit ruang geraknya, tambah susah ia melepaskan diri, gerakannya juga tambah kencang dan sekarang malah sudah menjerit-jerit minta tolong. Dengan kesal Dewa menundukan kepalanya dan mencium bibir Laras.

Laras membeku, ini pertama kali dalam hidupnya ia dicium seorang pemuda. Dan pria pertama yang menciumnya ternyata Dewa! Dewa yang ganteng tapi berkelakuan iblis. Dewa yang suka menghinanya. Bersikap kasar padanya bahkan memperlakukannya tidak beda jauh dengan keset kakinya. Sekarang pria inilah yang sedang mencium bibirnya!

Laras takut, panik dan merasa jijik. Dia tidak mau disentuh Dewa. Dilecehkan, dihina dan diperlakukan serendah ini! Ia harus membebaskan diri! Melawan! Teriak!

Tapi sialnya, teriakan Laras kini malah tinggal gumaman yang tidak jelas. Lebih mirip rintihan kesakitan yang cuma Dewa yang bisa mendengarnya. Namun rintihan itu di telinga Dewa malah lebih mirip lenguh kenikmatan. Membuatnya tambah terangsang. Dewa bukan cuma mencium, tapi juga melumat bibir Laras. Mengulumnya, melesakan lidahnya ke dalam mulut Laras. Membuat perlawanan Laras sia-sia semata.

Merasakan gadis itu tidak lagi melawan, Dewa tambah berani. Tangannya yang bebas mengelus pinggang Laras lalu merambat naik dan meremas buah dada Laras yang masih terbungkus kaos.

Laras terjengit kaget. Tidak menyangka Dewa bakal seberani itu. Bukan cuma menciumnya, Dewa bahkan dengan kurang ajarnya berani meremas buah dadanya! Gila! Sinting! Bajingan! Laras menjerit jijik dalam hati. Dan ketika lidah Dewa masih mengobrak-abrik mulutnya tanpa ragu Laras menggigitnya kuat-kuat, sampai Dewa berteriak kesakitan dan melepaskan cekalannya.

Hal itu tidak disia-siakan Laras, ia mendorong tubuh Dewa kuat-kuat hingga terjengkang ke belakang. Dewa yang lengah dan merasakan sakit di lidahnya tidak siap dengan serangan Laras yang tanpa ragu menendang selangkangannya.

Dewa kembali berteriak kesakitan dan tersungkur di atas ranjang. Untung saja ranjangnya besar, coba kalau tidak. Mungkin dia sudah jatuh kejengkang di lantai. Secepat kilat Laras melarikan diri dari sana. Keluar dari kamar Dewa dengan membanting pintunya kuat-kuat. Meninggalkan Dewa yang masih berteriak kesakitan lengkap dengan sumpah serapahnya.

**Tadi siang udah update, eh malam kepengin update lagi. Enjoy ya guyss ... Saya mo ke karyakarsa dulu🥳

Lembayung di ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang