Hai readers, Asa Triple A kembali lagi dengan akun berbeda, maaf ya setelah publish beberapa part dulu, sempet akun aku hilang dan parahnya lupa password jadi aku ganti di akun aku yang baru ini ya, happy reading....
********
Seorang gadis turun dari sebuah bis kota bersama beberapa orang di sampingnya. Gadis itu bernama Aisya Nurul Husna. Hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di Kota Malang untuk menimba ilmu di salah satu pesantren disana.
Siang ini memang terasa lebih panas dari biasanya, tak jarang gadis itu menutupi wajahnya menggunakan kerudung panjang yang melekat di tubuhnya.Mereka memutuskan untuk berteduh di emperan sebuah toko yang sudah tutup.
Gadis itu memandang jalanan di depannya, banyak sekali pemuda- pemudi berseragam sekolah berlalu lalang mencangklong tas ransel mereka yang cukup berat sambil sesekali mampir ke beberapa penjual kaki lima di pinggir jalan.
"Sebentar lagi Ayla dateng kok, tadi sudah dijemput sama Zakiya," kata Bu Salwa kepada gadis itu.
Akhirnya seseorang yang ditunggu datang juga. Ia berjalan cepat melewati deretan sekolah sesekali memegangi ujung jilbabnya yang tertiup angin, hanya memandang ke arah rombongan yang telah menunggunya.
Setelah berada dekat rombongan, ia menyalami Bu Salwa terlebih dahulu lalu melihat ke arah gadis di sebelah ibunya itu.
"Aisya," sapa Ayla lembut sambil mendekat ke arah gadis itu berdiri.
"Mbak Ayla," jawab Aisya dengan senyum yang selalu menghiasi wajah cerianya. Ayla Adila Nisa, sahabat lama Aisya di masa SMP.Aisya bahagia bisa tinggal sepondok lagi dengan Ayla setelah tiga tahun terpisah di jenjang SMA.
"Wah nggak terasa kamu udah lulus SMA, tapi tetep unyuk aja, Sya," canda gadis yang hanya terpaut satu tahun lebih tua dari Aisya itu.
"Ihh, bisa aja Mbak Ayla ini, udah ah, yuk jalan sambil cerita-cerita, mbak," jawab Aisya sambil menutupi wajah tersipunya.
"Ya sudah, langsung saja ke pondok, biar kamu juga langsung bisa istirahat," ucap Bu Anis, bibi dari Ayla.
Ibu Aisya mengelus lembut punggung anak bungsunya itu. Sebentar lagi Aisya akan tinggal di pesantren, rumah akan lebih sepi dari biasanya. Jika biasanya banyak huru hara karena pertengkaran Aisya dan kakaknya, mungkin kini tidak lagi. Aisya punya satu kakak laki-laki yang sangat suka menjahili adik satu-satunya itu.
Setelah sedikit obrolan selesai, rombongan mereka segera berjalan menuju pesantren, menenteng sejumlah ransel dan juga kresek di tangan mereka, ada yang berisi pakaian, buku tulis, Al Qur'an, tak lupa sedikit camilan dan makanan berat.
"Assalamualaikum," ucap Pak An, ketua rombongan itu, sesampainya di depan sebuah rumah besar pemilik pesantren yang akan ditempati Aisya. Ia melihat sebuah toko yang melekat di sebelah ruang tamu, hanya dibatasi dinding. Di dalam toko berpintu kaca itu terpajang beberapa menekin yang sudah dipakaikan busana-busana muslim dan muslimah, di belakang menekin juga terdapat berjajar atasan maupun bawahan yang beragam.
Aisya menengok ke toko baju tersebut, bahkan ia tak bisa melihat pegawai disana karena banyaknya pengunjung.
Seorang pria muncul dari dalam dan tersenyum ramah.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah," jawabnya dari dalam ruangan kemudian mempersilakan mereka masuk.
Ruangan berkarpet merah tanpa kursi itu sangat nyaman dan luas, dindingnya dilapisi wallpaper keemasan serta lampu yang cukup terang, ada beberapa jendela dilapisi gorden besar bermotif bunga disana, sangat nyaman, pikir Aisya.
*******
Aisya POV.
Aku berjalan menuju pondok menyusuri gang kecil antara sekolah dan kediaman Ustadz Tsaqif.
"Jadi disini boleh keluar kan, Mbak?" Aku dan Mbak Ayla mengobrol saat perjalanan.
"Iya, boleh keluar yang penting di lain waktu kegiatan pondok," sahut Mbak Ayla
"Udah berapa minggu Mbak Ayla disini?"
"Masih sekitar 2 bulanan kayaknya."
"Wah, lumayan lama dong, sama siapa aja?"
"Sama satu santriwati juga kok, namanya Atika," ucap Mbak Ayla terjeda, "dia seumuran kamu kok, mungkin cuma lebih tua dia beberapa bulan."
Aku hanya bisa ber-Oh ria. Tak terasa kami sudah sampai di depan gerbang pondok.
Terlihat seperti rumah biasa yang dihiasi taman dengan jalan kecil di tengahnya. Menurut informasi dari Ustadz Tsaqif tadi, memang pesantren ini baru beroperasi sekitar enam bulan yang lalu, jadi belum ada gedung atau aula yang besar, santri putra dan putri juga masih sedikit.
"Assalamualaikum." Kami masuk ke dalam kamar pondok putri, disambut oleh seorang gadis memakai gamis berwarna biru laut dengan kerudung putih bersih sepanjang pinggang.
"Silakan masuk," ucap kakak itu dengan ramah, ia pasti sudah tau akan ada santriwati baru.
Kami semua langsung duduk dan beristirahat disana. Memang Bu Anis dan Bu Salwa sudah terbiasa menengok Mbak Ayla di kamar, jadi mereka semua tak segan untuk langsung beristirahat di sana.
Adzan dhuhur sudah terdengar dari Masjid besar di depan kediaman Ustadz Tsaqif, kami semua bersiap untuk sholat, Bu Anis dan Bu Salwa memilih sholat di dalam kamar, sedangkan bapak dan Pak An memilih sholat di masjid besar tersebut.
"Sya, abis ini kita jamaah di musholla ya," kata Mbak Ayla.
"Oke mbak," jawabku sambil mengeluarkan mukena dari dalam tas.
"Oiya, nama kakak siapa?" tanyaku kepada kakak cantik di hadapanku.
"Namaku Atika, salam kenal ya, Sya," jawabnya tak lepas dari senyum ramah. Atika Fithriya Tsabita, gadis cantik seumuranku yang gemar bercerita dan sangat supel dengan semua orang. Namun lebih nyaman ku panggil 'mbak'.
Selesai jamaah di musholla aku diperkenalkan oleh beberapa santri, ada lima orang santriwan disana, semuanya masih sekolah dan dua orang lainnya sudah lulus jenjang SMA.
"Salam kenal, mbak, semoga mbaknya kerasan disini," sapa mereka ketika aku berjalan menuju kamar putri.
Aku hanya bisa tersenyum kaku karena pada dasarnya aku tak biasa bergaul dengan lawan jenis, buru-buru aku menggandeng Mbak Ayla dan berjalan ke kamar diikuti Mbak Atika.
"Ya udah, ibu sama bapak pulang dulu, nanti kalau butuh apa apa langsung telpon aja kan kamu udah bawa HP, gapapa kan Mbak Ayla?"
Ucap ibu sambil melihat Mbak Ayla disampingku.
"Tidak apa apa kok bu," jawab Mbak Ayla.
"Jadwal keretanya jam berapa bu?" Jawabku kemudian.
"Bentar lagi udah mau berangkat keretanya, makanya ibu sama bapak pulang dulu."
"Oooo..iya deh." Aku hanya tersenyum dan mengiyakan.
"Bu Anis, Bu Salwa, terimakasih sekali ya atas bantuannya, sampai diantarkan langsung ke pondok," ucap ibu.
"Ndak masalah bu, kita semua kan keluarga, lagian saya juga pingin sambang Ayla, ya sekalian kita bareng-bareng ke pondok," jawab Bu Salwa.
"Aisya yang rajin ya di pondok, jangan males-malesan, Mbak Ayla, ibu titip Aisya ya, kalau bandel jewer aja deh biar kapok," ucap ibu.
Kami semua terkekeh.
"Ayla aja juga masih suka males kok bu," ucap Bu Salwa sambil melirik jahil ke Mbak Ayla disusul gelakan kami.
"Ya sama-sama saling mengingatkan aja, sesama teman juga harus rukun lho ya Aisya, Ayla, Atika," kata Bu Anis.
"Kalau begitu saya sama bapak pamit ya, beneran lho ya Mbak Ayla, Mbak Atika, titip Aisya," ucap ibu.
"Iya, in syaa Allah bu," jawab Mbak Ayla dan Mbak Atika hampir bersamaan.
"Bu, sama titip salam ya buat Mas, dapet pesan hangat dari adiknya yang lucu ini hehe...," sahut Aisya dengan menampakkan deretan giginya.
*********
Kali ini aku publish perkenalan keluarga dulu ya, nanti bakal aku kenalin yg lain, lanjutt baca part selanjutnya yuk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomanceAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...