part 5

40 4 0
                                    

Selesai sholat berjamaah dan berdzikir, Ustadz Tsaqif menyampaikan beberapa pengumuman.

"Habis ini langsung mulai latihan untuk acara tasyakuran nanti."

"Arzan tolong temui tamu saya dulu ya, di depan, setelah ini ada anak ponpes Al-Falah kesini mau ngajar MC," lanjut Ustadz Tsaqif.

"Inggih, ustadz," jawab Arzan.

"Oiya, tolong nanti dibuatkan kopi juga ya. Aisya, Atika, siap- siap latihan MC. Yang lain latihan sholawat dan tilawah."

"Inggih, ustadz," jawab semua santri serempak.

Semua santri mengikuti semua instruksi. Sedangkan Aisya, Atika, dan Ayla ke kamar untuk mengganti mukena mereka dengan pakaian rapi.

"Aku langsung buatin kopi aja ya," ucap Ayla seraya menaruh mukena ke dalam rak.

"Iya mbak, maaf ya, kali ini nggak bisa bantu," kata Aisya.

"Nggak papa, cuma 3 gelas kok, kalian fokus latihan aja." Ayla menampakkan senyumnya sebelum membuka pintu kamar.

Setelah keluar kamar, Ayla melihat ke ruang tamu terlebih dulu, sudah ada Arzan dan beberapa tamu disana. Hanya karena melihat Arzan sekilas, Ayla merasa jantungnya bergemuruh, tiba-tiba terbesit di pikirannya, bagaimana jika berhadapan langsung dengan Arzan, mungkin ia akan gemetaran. Sepersekian detik kemudian ia buru-buru membuatkan kopi untuk para tamu daripada sibuk memikirkan hal yang tidak perlu.

Tok tok..

"Mbak, pengajar MC nya udah dateng," ucap Dimas setengah berteriak.

"Oke, kita berangkat," jawab Atika dari dalam kamar.

"Oiya Dim, tolong bantuin Mbak Ayla dong," lanjut Atika setelah keluar dari kamar bersama Aisya. Dimas menautkan alisnya, "Ngapain?"

"Di dapur lagi bikin kopi buat tamu." Aisya memberitahu.

"Yaah... Kak, aku masih mau rebahan," rengek Dimas kepada kakaknya itu. "Udah..cuma bentar kok, lagian abis itu juga harus latihan kan kamu sama yang lain," jawab Atika sedikit gemas dengan adiknya itu.

Aisya hanya tersenyum geli melihat tingkah sepasang kakak-adik itu, sama seperti dirinya dan kakaknya yang juga sering berdebat bila bertemu.

"Eh, Dim, orangnya dimana?" kata Aisya saat menyadari Dimas akan beranjak.

"Disitu." Dimas menunjuk ke arah musholla sambil berlalu menuju dapur.

"Yuk, mbak," ajak Aisya.

Disana sudah ada 2 lelaki duduk di dalam musholla sambil mengobrol ditemani Ustadz Tsaqif. Hanya terlihat punggung mereka dari kejauhan.

"Aisya, Atika, sini masuk," panggil Ustadz Tsaqif setelah mengetahui kehadiran mereka. Aisya dan Atika segera masuk dan duduk di tempat yang sudah diperintahkan Ustadz Tsaqif, lebih tepatnya berhadapan dengan kedua lelaki itu.

"Sya," panggil Atika setengah berbisik sambil menepuk pelan tangan Aisya, mengarahkan pandangannya ke salah satu lelaki di hadapan mereka setelah Aisya menoleh. Aisya yang sedari tadi melihat ke bawah seketika menoleh ke arah pandangan Atika.

Aisya kaget dan menggenggam tangan Atika, ia ingat kejadian di Masjid Al-Kautsar beberapa hari yang lalu. Bagaimana jika orang itu ternyata masih ingat dan tidak terima kakinya diinjak, pikir Aisya. Begitulah Aisya, jika ia merasa bersalah maka dia akan dihantui oleh pikiran-pikiran negatifnya.

"Kalau begitu langsung saja latihannya, tak ke depan dulu, ada tamu," ucap Ustadz Tsaqif.

"Inggih, ustadz," jawab mereka semua hampir bersamaan.

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang