part 31

13 4 0
                                    

Suara riuh televisi memenuhi ruang tamu di siang ini. Sesekali terdengar panggilan seorang pembeli dari toko roti milik Ayla.

Kali ini Pak Salman ingin menemani putranya menonton sepak bola yang sudah dimulai satu jam yang lalu. Tentu saja teriakan gol dari Bahtiar menggema di dalam sana. Sesekali sepasang ayah-anak itu memperbincangkan kelemahan pemain lawan, asik sekali meskipun ayah Ayla hanya bisa tersenyum mendengar ocehan dan teriakan putranya.

Kalian tanya dimana Ayla dan ibunya? Tentu saja saat ini mereka berkutat di Adila Bakery karena akhir-akhir ini toko Ayla lumayan laku banyak, seiring kesehatan Pak Salman yang mulai membaik. Ayla banyak bersyukur dengan kondisinya dan kondisi keluarganya saat ini. Lantunan tasbih satu demi satu selalu menghiasi bibirnya disertai tekanan jempol ke tasbihnya yang berirama.

"Assalamu'alaikum," Danu muncul dari balik etalase.

"Wa'alaikumussalam," jawab Ayla dan ibunya.

Ayla melihat Danu yang membawa sebuah kresek di tangannya, bahkan seragam dinasnya masih berada di tubuh pria gagah itu, sepatu hitamnya yang mengkilap dan masih ada nametag yang bertengger manis di saku kiri kemejanya bertuliskan dr. Danuarta Nugroho.

"Tumben kesini siang-siang, kenapa?" Tanya Ayla.

"Iya, kebetulan waktu istirahat, boleh mampir kan?"

Ayla heran dengan jawaban Danu, rumahnya dengan rumah sakit tidaklah dekat, tapi Danu menyempatkan diri ke rumahnya? Bahkan ini di waktu istirahatnya, bukan di waktu pulang.

"Boleh, ayo silahkan masuk, kebetulan Bahtiar sudah pulang," jawab Ibu Ayla.

Sebelum beranjak ia memberikan kresekan tadi ke Ayla.

"Apa ini?" Tanya Ayla.

"Es kelapa muda buat kamu sama semuanya," jawabnya singkat.

Ayla mengangkat sebelah alisnya, "ayah juga?"

"Iya, itu yang karet biru punya Om Salman, tanpa gula, aman," jawab Danu.

"Emm, terimakasih ya."

Danu mengangguk dan berjalan menuju ruang tamu.

"Ayah, ini ada Danu mampir ke rumah," ucap ibu Ayla.

Pak Salman pun tersenyum sembari melihat pemuda itu mencium tangannya.

"Mas Danu, tumben siang kesini juga," Bahtiar yang muncul dari toilet segera duduk di kursi sebelah Danu.

"Iya, pingin minum es barengan, biar suasananya beda," ucap Danu.

"Es apa?"

"Es kelapa muda," Danu beralih menatap Ayah Ayla, "Om Salman, tadi pagi saya kesini belum bertemu sama om, bagaimana keadaan om? Apa sudah mendingan setelah minum obat yang saya beri kemarin?"

"Alhamdulillah, sudah. Darimana obatnya kemarin?"

"Dari teman saya, om. Dia yang lebih senior daripada saya. Apalagi dia juga sering sekali mengatasi para pasien diabetes, kalau saya lebih sering mengatasi pasien kecelakaan, om."

Ayah Ayla mengangguk-angguk, "sudah berapa tahun di Rumah Sakit Soetomo?"

"Saya masih enam bulan, om."

"Ayla kemarin sempat ingin melanjutkan kuliah, tapi dengan keadaan om yang sekarang, ia terpaksa harus berhenti. Alhamdulillah dia bisa mencari penghasilan sendiri sekarang."

"Iya, om. Memang dari dulu saya selalu melihat Ayla ketika di kelas, dia selalu mengerjakan apapun dengan jujur, saya saja masih sering mencontek, om," Danu terkekeh.

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang