part 39

20 3 0
                                    

Hari yang cerah untuk Ayla, matahari bersinar terang, seperti pagi-pagi yang telah berlalu, gadis itu melakukan aktifitasnya dengan gembira.

Jam dinding menunjukkan pukul tujuh, biasanya jam segini Ayla masih sibuk menata kue, namun hari ini tokonya sudah rapi. Kue-kue sudah berjajar, pesanan Danu juga sudah selesai ia kemas. Tinggal menunggu jarum jam menunjuk angka delapan, maka ia akan membuka tokonya.

Ayla duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh yang baru saja ia buat. Ah, ia teringat kedua sahabatnya yang sudah lama tak bertukar kabar.

Ia mengambil ponselnya dan mengetikkan nama Aisya.

Tiba-tiba satu tangan terulur di depannya, ia mendongak lalu menerima uluran tangan itu.
"Mbak, berangkat dulu. Assalamu'alaikum!" Bahtiar bergegas menaiki sepedanya.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati! Nggak usah ngebut!" Teriak Ayla persis seperti Bu Salwa yang mengingatkannya dulu setiap pagi.

Ia menatap layar ponselnya kembali, menekan nomor Aisya untuk memanggil video.

"Assalamu'alaikum,..." salam Ayla ketika panggilan diangkat, menampakkan gadis bermukena putih di layarnya.

"Wa'alaikumussalam, ya Allah Mbak Ayla apa kabar? Lama banget nggak ketemu!" Ucap Aisya heboh seakan ada petir di pagi buta.

"Sstt! Kebiasaan deh rame banget, pelan Sya. Iya, alhamdulillah sehat nih, kamu sama yang lain gimana kabarnya?"

"Hehee alhamdulillah sehat semua, ukhti." Suaranya ia ubah selembut mungkin.

Ayla memutar bola matanya malas.

"Apa kabar ayahnya Mbak Ayla?"

"Alhamdulillah sehat, tapi kayak biasa, masih susah jalan."

"Nggak papa, mbak. Aku doakan dari sini semoga segera pulih."

"Aamiin."

"Assalamu'alaikum." Suara seorang gadis dari ponselnya mengagetkan Ayla. Ia memainkan alisnya penuh tanya ke arah Aisya.

"Wa'alaikumussalam, ini Mbak Atika baru balik pondok, kemarin pulang ke rumah. Sini, Mbak Atika, gabung!"

Aisya terlihat melambaikan tangannya, memanggil orang yang tak jauh darinya.
Atika dan Aisya merapikan kasur yang mereka duduki, berusaha menyamankan posisi mereka masing-masing.

"Cerita-cerita yuk! Kita lama banget lho nggak ngobrol bertiga gini," ucap Atika.

"Iya itu, betul betul betul."

"Iya, walaupun virtual tetap harus jaga silaturrahim, kan?"

"Sip!"

"Mbak Ayla kapan kesini? Habis ini ada acara haflah kesini kan?"

"In syaa Allah aku usahain kok, walaupun beda Kota tapi aku bisa minta antar Kak Bagas."

"Oiya, kita udah menerima beberapa santri baru juga. Zahra jadi banyak temen sekarang," ujar Atika.

"Alhamdulillah... Semoga Pesantren Manarul Huda semakin berkembang ya, bisa semakin meluas syiar islamnya."

Aisya dan Atika mengamini.

"Eh aku pernah cerita belum? Kak Arzan boyong juga, mau kuliah katanya," ucap Aisya.

"Oo, iya, ke Yaman kan?"

"Kok Mbak Ayla tau?"

"Emm ada yang beritahu aku kayaknya. Tapi lupa siapa," Ayla menyengir. Mencoba menyembunyikan informasi yang ia dapatkan sendiri dari Arzan.

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang