Pagi ini langit terlihat gelap, mendung, mungkin tak lama akan turun hujan, hujan yang akan mengiringi duka Atika. Ia berjalan menyusuri lorong sempit menuju pondok pesantren, ia tak mau berlama-lama di rumah, tak mau menambah goresan luka di hatinya.Tak terasa kakinya sudah sampai di depan gerbang pesantren, sudah terdengar lantunan-lantunan ayat suci Al-Qur'an dari para santri di musholla, ada Ustadz Tsaqif pula di sana, mengabaikan hal itu, Atika bergegas masuk ke dalam kamar.
Kini hatinya begitu hancur, seakan tak ada sebutir pun semangat.
Tilulitt..tilulitt...
Ada panggilan masuk, bertuliskan sebuah nama yang mungkin akan membuat Atika meneteskan air matanya lagi, 'Bahrudin'.
"Halo, dek."
"Iya, mas." Suara Atika tercekat, ia menahan tangis.
"Setelah ini aku pulang, jaga diri kamu ya." Suara Bahrudin pun terdengar parau."" Tak ada jawaban dari Atika. Bukan karena apa, tapi air matanya yang sedari tadi dibendung akhirnya tumpah, mengalir dengan deras tanpa permisi.
"Hiks..hiks.... " Suara tangis Atika berhasil membuat Bahrudin ikut meneteskan air mata meskipun berusaha ia sembunyikan.
"K-kenapa ha-harus sekarang, mas? K-kenapa buru-buru?"
"Maaf dik, mas harus cepat pulang, ada pekerjaan yang harus mas selesaikan di sana," ucapnya sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Lalu bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita?"
"Kita pikirkan lagi ya nanti."
"Nggak mas, abis ini kita harus ketemu, aku tunggu kamu di depan balai."
"I-iya, tapi jangan lama-lama ya."
sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Tut..tutt..Panggilan sudah diakhiri. Tiba-tiba di samping Atika sudah ada Aisya, entah sejak kapan ia memperhatikan Atika.
"Mbak Atika..." Aisya menatap lekat wajah Atika, tak tau harus memulai kata-kata, banyak pertanyaan yang berputar-putar di benaknya.
Atika beranjak dari duduknya, dan berjalan keluar kamar.
"Mbak, mau kemana?" tanya Aisya.
"Mau keluar sebentar," jawab Atika buru-buru.
"Kemana, mbak? Di luar udah turun hujan," tanya Aisya sambil mengikuti arah Atika berjalan.
"Nggak papa a..ku bawa payung, " ucap atika di sela tangisnya.
Aisya terdiam menatap kepergian Atika. "Hati-hati, mbak," lanjut Aisya.
'Ya Allah lindungilah mbak Atika 'batin Aisya sendu melihat kepergian Atika.
Atika POV
Setelah menjawab pertanyaan Aisya segera kuraih payung dan pergi menemui Mas Bahrudin.
'Ya Allah kenapa ayah tidak setuju ?' Batin ku.
Aku teringat ucapan ayah kemarin malam ketika menjelaskan semuanya padaku.
"Ayah tidak setuju jika kamu dengan Bahrudin karena apa? Karena dari beberapa pertanyaan yang ayah lontarkan padanya, ia belum cukup berbudi baik, apalagi ketika dia ke rumah tadi, lihatlah, pakaiannya belum mencerminkan seseorang yang sholih. Selain itu, ayah juga memikirkan kamu, rumahnya terlalu jauh dengan kita, ayah tak mau jika harus berpisah terlalu jauh dengan putra-putri ayah" kata Ayah dengan halus.
Apa benar yang ku dengar barusan, apakah ini keputusan akhir ayah. Sama sekali aku tak membayangkan hal ini sebelumnya.
Sekelebat kenanganku bersama Mas Bahrudin pun muncul, sudah lama ku menjalani hari-hari bersamanya sebelum berpindah ke luar kota, apakah hari ini semuanya harus berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomanceAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...