Sore itu di sebuah warung terlihat dua santri memesan makanan.
"Bu, pesan nasi pecel 2 ya, sama minumnya teh hangat."
"Iya, dik, tunggu sebentar ya."
"Iya, bu."
Mereka mengobrol santai sambil menunggu pesanan mereka siap.
"Bu, saya pesan rawon satu," kata seorang pemuda yang baru datang di warung itu. Arzan yang mendengar suara pemuda itu langsung menoleh ke pemilik suara.
"Amir," panggil Arzan tiba-tiba.
"Lhoh, Arzan, Assalamualaikum, gimana kabarnya? Udah lama nggak ketemu." Pemuda berkacamata itu menghampiri Arzan dan Alif.
"Wa'alaikumussalam, alhamdulillah sehat, iya, padahal pondok kita deket banget," ucap Arzan seraya bersalaman dengan Amir.
"Emang kamu sekarang mondok dimana?"
"Di Pondoknya Ustadz Tsaqif, depan Masjid Hizbullah, kamu masuk gang aja udah ketemu."
"Ustadz Tsaqif?" Amir berpikir sejenak.
"Ooo, Pondok Pesantren Manarul Huda ya?" lanjut Amir.
"Nah itu tau."
"Kemarin aku kesana, buat nglatih MC, tapi kok nggak liat kamu?""Ooo jadi kamu yang ngajar MC, waktu itu aku di ndalem, jadi nggak ke belakang sama sekali."
Arzan dulu memang pernah mondok di Al-Falah, tapi ia malah pindah ke pondok Manatul Huda, alhasil mereka yang dulunya dekat, sekarang menjadi berpisah.
"Oiya, kenalin bro, ini Alif, temen satu pondok."
Mereka saling memperkenalkan diri. Membicarakan Pondok Manarul Huda, Amir jadi teringat seseorang, entah kenapa tiba-tiba terlintas di pikirannya tentang gadis itu, Aisya.
"In syaa Allah nanti malam aku kesana lagi, gladhi bersih," lanjut Amir.
"Heemmh, nggak heran deh kalau kamu yang ngajar MC, udah jago."
"Alhamdulillah, semua itu juga nggak jauh dari karunia Allah."
Percakapan mereka terhenti karena pesanan makanan sudah tersaji.
***
Cuaca sore sudah mulai membaik, seiring membaiknya suasana hati Atika, namun masih ada luka di hatinya meskipun tak separah tadi.
Atika sudah berada di pondok sejak beberapa jam yang lalu. Ia duduk termangu di taman ditemani semilir angin.
"Dorr!!"
"Eh ya Allah! Aisya!" Atika kaget akibat perbuatan Aisya.
"Heheee, bercanda, jangan marah yaaa." Ia menangkupkan kedua tangannya.
"Lagian kamu udah disini sejak kapan? Kok diem-diem aja sekarang." Ayla datang dari belakang Aisya.
"Iya ih, tadi aku tanya mau kemana malah diem aja," ucap Aisya seraya duduk di sebelah Atika.
"Nggak papa kok, cuma seneng aja liat bunga-bunga ini, cantik," jawab Atika sambil melihat jajaran bunga di hadapannya.
"Beneran? Kok kayak abis nangis gitu."
"Beneran, tadi aku nangis soalnya aku mau LDR-an sama Mas, dia mau pulang." Atika menutupi kenyataan pahit kisahnya.
"Oo gitu, trus gimana kemarin malam acaranya?"
"Doain aja ya," jawab Atika sambil tersenyum getir, sebenarnya ia belum bisa menerima kenyataan, tapi ia juga tak bisa menceritakan semua masalahnya, ia tak mau membuat sahabat-sahabatnya itu khawatir, terlebih lagi lusa akan ada acara milad pondok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomanceAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...