Matahari muncul dengan riangnya, hingga sinarnya menyibak antara pepohonan dan membuat burung-burung terbang gembira. Hari Jum'at dimana para santri libur tahfidz namun diganti dengan Jum'at Bersih di area ndalem dan pesantren.
"Mas, Zahra ada?" tanya Adzin ketika ada santri melewatinya di depan gerbang pesantren.
"Ooh, ada, sebentar," jawabnya sambil berbalik arah ke asrama santri putri.
Tok tok tok...
"Kak," panggilnya."Apa sih?" Suara dari dalam terdengar lantang dan ketus.
"Heh, yang dipanggil siapa, yang nyaut siapa," balas Dimas ketus.
"Apaan sih, bilang aja mau ngapain nanti gue sampein," ia masih di dalam kamar.
"Tuh, dipanggil."
"Gue?"
"Iyalah, siapa lagi?"
"Tuh kan, bilang dari tadi kek, gitu aja repot banget," gerutunya sambil memakai jilbab instan.
"Lhah, dibilangin nggak terimakasih, malah nyolot," jawab Dimas kesal sambil berjalan keluar pondok.
Atika yang sedari tadi di dapur telah tiba di depan kamar.
"Apa saja sih, nduk, kok selalu rame kalau sama Dimas, suara kalian itu lho, bisa-bisa sampai ndalem, malu," ucap Atika.
"Maaf, Mi, habis Dimas selalu aja nguji kesabaran aku," jawab Zahra, "Mi, yuk anterin, di luar katanya ada Kak Adzin."
"Deket aja kok, sendiri kan bisa, nggak ada apa-apa juga." Tolak Atika halus.
"Ayolah mi, please," rengek Zahra. Mau tidak mau Atika pun menemaninya lagi.
"Eh Mbak Atika, nganterin Zahra lagi," sapa Adzin ketika Zahra dan Atika sudah di depan gerbang. Atika hanya tersenyum.
"Biarin sih, kak. Ini kan mami gue," sergah Zahra.
"Nyolot aja sih lo, pantesan tadi temen lo cemberut gitu."
"Siapa?" tanya Zahra.
"Ya itu, yang manggil lo tadi."
"Dimas maksud lo, kak? Dia mah juga suka nyolot orangnya," kata Zahra, "eh, maaf, mi, bukan maksud Zahra gitu, emang dia suka banget jahilin Zahra," lanjutnya ketika baru ingat yang digandengnya saat ini adalah Atika.
Adzin mengerutkan kening, "memang kenapa? Apa hubungannya?"
"Dimas itu adik saya lho, mas," akhirnya Atika bersuara.
"Oalahh gitu, kamu juga punya adik," jawab Adzin.
Atika mengangguk.
"Oiya, Zah, itu mama sama papa kamu udah nunggu di masjid," ucap Adzin kemudian.
Zahra membulatkan mata, "serius, kak? Sumpah kali ini lo bener-bener baik banget kesini sama mama papa gue, makasih ya," ucap Zahra berbinar. Ia melepas gandengannya dengan Atika dan langsung berlari ke arah masjid, "kak, titip mami ya, gue keburu, dahh!"
"Eh!" Atika sedikit kaget dengan reaksi Zahra.
Adzin dan Atika menggelengkan kepala.
Suasana menjadi sangat canggung, Atika pun bingung memutuskan ingin kembali, atau bertemu dengan orang tua Zahra yang notabene sudah sangat dekat dengannya karena selalu menanyakan dan bertukar kabar anaknya melalui Atika.
"Emm, Mbak Atika mau ikut? Mama papa Zahra pasti sangat senang melihat kamu," ucap Adzin sopan. Entah darimana datangnya, seakan sikap Adzin akan berubah seratus persen jika berhadapan dengan Atika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomanceAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...