Bulan menampakkan wajahnya dengan indah, bahkan bintang-bintang juga berkelip malam ini diikuti angin semilir yang sejuk. Berbeda dengan keadaan Ayla saat ini, ia berjalan kesana kemari di dalam kamarnya. Tangannya dingin, gemuruh jantungnya juga tak kalah heboh dengan hal-hal di pikirannya.
Ia memutuskan duduk di kasurnya.
Tok tok tok...
Ketukan pintu menyadarkannya, "bismillah, tenang Ayla, tenang," ia menghembuskan nafas pelan lalu keluar dari kamar.Bu Salwa telah membukakan pintu sebelum Ayla datang.
Benar yang ia duga, ia melihat Arzan duduk di kursi rumahnya dan tak sengaja bertatapan mata dengan Ayla.
Sudut bibir Arzan membentuk sebuah senyuman.Ayla menunduk dan duduk di samping ibunya, entah apa maksud Arzan sampai datang ke rumahnya saat ini.
Bu Salwa melihat mereka dengan seksama, "Nak Arzan silakan kalau mau berbicara dengan Ayla, tak ke dapur dulu," ibu Ayla segera melanjutkan aktivitasnya.
Arzan merasa segan dan canggung, kata-kata yang ia siapkan seketika lenyap sejak bertemu Ayla.
"Kenapa?" Ucap Ayla setelah berusaha menetralkan jantungnya.
"Maaf malam ini mengganggumu, hanya ingin mengatakan sesuatu," jawabnya.
"Mengatakan apa?"
"Aku... akan melanjutkan studi ke Yaman mulai besok."
Ayla membelalak.
"Benarkah? Akhirnya cita-citamu terwujud juga.""Jika aku mengatakan ini, berjanjilah tidak memutuskan tali silaturrahim kita."
Ayla menarik satu alisnya, bingung.
Namun jauh di dalam hatinya ia juga tengah menunggu hal menyenangkan yang akan Arzan ucapkan.Arzan menarik dan menghembuskan nafas pelan, "dengar, Ayla, sebelum aku pergi, mungkin ucapanku terlalu berlebihan, aku hanya ingin kamu mengetahui sesuatu," ia belum sanggup melanjutkan secepat itu.
Arzan menunduk dalam, sedangkan Ayla mendengarkan dengan gugup.
"Aku ingin memberikan ini untukmu," ia menyodorkan sebuah bingkisan.
Ayla menerimanya, "apa ini?"
"Buka saja nanti, aku harap kamu suka dan menyimpannya."
"Jadi, apa sebenarnya yang mau kamu katakan tadi?"
"Kamu akan tau setelah membuka itu," Arzan tersenyum pasti.
"Oke, kalau begitu aku pamit, tidak baik terlalu lama disini, kecuali,-" ucapnya terjeda,"kecuali jika kamu sudah menjadi mahramku."
Ayla langsung menatap lekat wajah lelaki di depannya itu. Sedangkan Arzan tersenyum melihat wajah terkejut Ayla.
***
"Halo Assalamu'alaikum," salam Aisya sambil mendekatkan ponsel ke telinganya.
"Wa'alaikumussalam, Aisya?" Ucap wanita dalam panggilan telepon.
"Iya, saya sendiri, ini siapa?"
"Ini aku, Sya, Nayla."
"Lho Ning Nayla dapat nomor saya darimana?"
"Dari Amir."
Hampir saja Nayla menyebut kata 'adikku' disana."Pagi ini bisa antar aku? Kita mau memilih desain seragam untuk para pengajar."
Aisya heran akhir-akhir ini hubungannya dengan Ning Nayla seperti sangat dekat, tapi ia sungguh tidak ingin atau lebih tepatnya ia sangat segan jika harus berdekatan dengan keluarga ndalem.
"Oh, iya ning, tapi setelah saya setor baru bisa keluar."

KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomantizmAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...