part 29

13 4 0
                                    

Malam ini, Pesantren As-Salam sungguh berbahagia karena akan ada acara akad antara Ning Nayla dan Gus Ilham. Para santri dan pengajar mempersiapkan tugasnya masing-masing. Lampu-lampu menyala terang, bunga-bunga memanjakan penglihatan, dekorasi pesantren juga tak kalah indah, semua orang juga terlihat sangat menawan dengan setelan masing-masing. Termasuk Aisya yang saat ini mengenakan gamis berwarna biru langit dengan jilbab syar'i berwarna senada, membuatnya terlihat lebih anggun dan mempesona.

Rombongan Kyai Ammar dengan mobil hitam dan berjajar mobil lain di belakangnya telah terparkir di halaman ndalem. Sementara Pesantren As-Salam mulai sibuk dan gugup dengan bagiannya masing-masing.

Amir membisikkan sesuatu kepada pemuda di sebelahnya. "Wan, tolong antum sampaikan ke Ning Nayla, keluarga Gus Ilham sudah sampai."

Iwan mengangguk dan berjalan cepat ke dalam ndalem. Di luar kamar Nayla banyak wanita yang berlalu lalang.

Iwan mengetuk pintu kamar dan mengucap salam. Pintu terbuka dengan menampakkan wanita cantik yang sudah siap dengan gamis brukatnya yang berwarna biru. Dengan isyarat dari Iwan, ia sudah mengerti apa yang dimaksudkan. Jantungnya berdebar kencang. Tak bisa dipungkiri, lelaki yang kerap ia dambakan, yang hanya bisa ia pandang dari kejauhan, kini telah datang ke rumahnya untuk menjadikan Nayla keluarga mereka.

Ia masih tak menyangka jika kemarin pemuda itu datang kesini dengan tiba-tiba untuk mengkhitbahnya, kini pemuda itu datang untuk mengucapkan ijab qabul untuknya.

Nayla masuk kembali ke dalam kamar dan bersiap. Ia memandangi cermin di hadapannya yang memantulkan bayangan seorang wanita dengan torehan make up sederhana. Meskipun begitu, ia tampak begitu cantik.

Aisya yang mendengar kabar kedatangan keluarga Kyai Ammar langsung mengintip dari balik tirai ruang tamu. Ia melihat disana sudah duduk bersampingan yaitu Kyai Kholil dan Kyai Ammar. Lalu di samping Kyai Ammar ia melihat seorang pemuda dengan busana navy dan kopyah berwarna hitam sedang memainkan jari jemarinya sambil mulutnya yang selalu tak bisa diam, berdzikir menghilangkan gugupnya. Wajahnya bersih dengan hidungnya yang mancung. Tak salah lagi, pasti itu Gus Ilham. Sementara rombongan yang lain sudah duduk dan berbincang di ruang tamu, untunglah ruang tamu ndalem sangat luas, jadi mereka tak sampai duduk pada teras.

"Aisya," panggil seorang wanita dari belakang Aisya. Merasa tak didengar karena ramainya suasana, wanita itu menepuk pundak Aisya.

Aisya menoleh dan melihat sosok wanita cantik di hadapannya. Aisya tersenyum, binar matanya menunjukkan kebahagiaan luar biasa, "maa syaa Allah, Ning Nayla," ucapnya.

Nayla tersenyum, sambil menggenggam erat tangan Aisya dan menariknya sampai ke dalam kamar, melewati banyak pasang mata yang melihat mereka bak dua orang putri kerajaan.

Nayla menutup pintu kamarnya dan mengajak Aisya untuk duduk di sampingnya.

"Tangan Ning Nayla dingin sekali," ucapnya.

Nayla hanya mengangguk, ia gugup sekali malam ini.

Aisya menggandeng tangan Nayla dan menuntunnya untuk duduk di depan cermin.

Aisya berdiri di belakang Nayla sambil tersenyum,"ning jangan lari-lari, kan jadi miring mahkotanya."

Aisya memperbaiki letak mahkota Nayla,"cantik sekali," ucapnya.

"Ning," panggil Aisya.

Nayla melihat pantulan bayangan Aisya di cermin.

"Beruntung sekali Ning Nayla mendapatkan pemuda yang selama ini ning dambakan," ucap Aisya sambil duduk di atas ranjang.

Nayla tersenyum,"dulu aku tak menyangka akan dipertemukan di keadaan seindah ini. Dulu aku hanya pengagum rahasianya, jangankan untuk berbicara, bahkan aku hanya bisa melihatnya dari jauh."

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang