part 11

25 3 0
                                    

Kursi-kursi berjajar rapi tepat di halaman pesantren dengan beberapa lampu yang cukup terang. Tak hanya di halaman, di dalam mushola, tempat para santri yang ditasyakuri, dihiasi dengan lampu hias warna warni, beberapa vas bunga juga ikut mempercantik lokasi tersebut.

"Atika, Aisya, langsung dimulai saja acaranya," tutur Ustadz Tsaqif.

"Inggih, Ustadz," jawab mereka berdua. Tanpa basa basi mereka berjalan beriringan menuju tempat pembawa acara.

Ketika sampai di pintu masuk musholla, Aisya kaget dengan kehadiran Amir, ia melihat Aisya sambil tersenyum mengangguk, seakan menyalurkan semangat dan keyakinan untuk Aisya.

"Bismillahirrohmanirrohiim...," ucap Aisya lirih lalu melangkah ke dalam musholla. Melewati para santri yang akan ditasyakuri yang juga terlihat gugup.

"Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh." Suara keduanya langsung menyita perhatian semua tamu undangan, suasana pesantren yang tadinya ramai menjadi sepi.

***

Aisya berjalan riang ketika sampai di depan asrama putri. "Alhamdulillah.... Sudah selesai." Aisya gembira dengan tugasnya malam ini. "Mbak Ayla, nasinya masih ada kan? Hehe...laper...," lanjut Aisya memelas. Mengingat dirinya belum makan sejak tadi siang karena sibuk mempersiapkan semuanya.

"Ada, masih banyak, tuh di dapur, ayo kita ambil sama-sama. Atika juga, harus makan," jawab Ayla.

"Iya, Mbak, nanti aja, masih mau duduk disini," ucap Atika.

"Nggak usah bingung kakak-kakakku sekalian, malam ini aku ambilin deh Mbak Ayla sama Mbak Atika."

"Beneran?"

"Iya dong, lagian Mbak Ayla pasti capek abis bantu-bantu di dapur dari tadi." Aisya bergegas menuju dapur.

"Mbak Irma...," sapa Aisya ketika melihat seorang wanita di sebelahnya.

"Eh, Aisya, mau ambil makan? Pasti lapar setelah menjalankan tugas," jawab Irma sembari menata piring dan gelas ke tempatnya.

"Iya, Mbak, Mbak Irma sudah makan?"

"Alhamdulillah sudah."

"Yaah, padahal tadi mau ku ajak makan bareng sekalian."

Irma tersenyum sambil melihat Aisya sekejap.

"Malam ini, Mbak Irma nginep kan?"

"Nggak, Sya, ayah udah mau nyusul nih, in syaa Allah lain waktu ya, semoga bisa menginap di pondok."

"Aamiin." Aisya mulai mengisi piring nasinya dengan kuah rawon dan sambal kesukaannya. "Ya udah Mbak, kalau begitu, aku makan dulu ya," ucap Aisya sambil membawa tiga piring nasi di tangannya.

"Oke."

***

'Andaikan Mas Bahrudin diterima oleh ayah, mungkin sekarang ia ada di tempat ini, melihatku dan memberi semangat', batin Atika. Masih saja ia meratapi kisahnya dengan Bahrudin.

"Tik!" tegur Ayla.

Seketika Atika tersadar dari lamunannya.

"Jangan melamun, cerita aja masalah kamu, barangkali bisa meringankan beban, aku siap mendengarkan."

Atika berpikir sejenak, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya, rasa hatinya sudah sangat sesak, ingin sekali ia mencurahkan segala keluh kesahnya.

"Emm, jadi kemarin-."

"Mbak Mbak.... Ayo makan." Tiba-tiba Aisya masuk ke dalam ruangan dengan membawa beberapa piring. "Aku cari disana, nggak ada, ternyata bener, pasti istirahat disini."

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang