Semua santri masih sibuk mempersiapkan acara nanti, tak terkecuali tiga gadis yang sedang berada di dapur sejak tadi pagi.
"Bunda, ini sudah selesai," ucap Ayla.
"Alhamdulillah, kalau begitu kita tunggu Aisya dan Atika, setelah itu langsung diisi ya kotak-kotaknya."
"Iya, Bun."
Salma dan para santri putri bertanggung jawab terhadap konsumsi, sedangkan santri putra bertugas menyiapkan lokasi.
"Bu Salma, ada sales yang menawarkan produk gamis baru di toko," ucap Irma, pegawai toko busana milik Salma.
"Iya, saya ke depan sekarang ya." Pandangan Salma beralih ke Ayla.
"Iya, Bun, terimakasih sudah dibantu."
Bunda tersenyum dan berjalan cepat menuju tokonya.
"Udah siap nih mbak buat acaranya nanti?" tanya Irma, ia memang sangat akrab dengan para santriwati, tak jarang ia berbincang dan bercerita kepada mereka, termasuk kisahnya dengan pemuda yang juga bekerja di toko Salma.
"Udah, mbak, tinggal ngisi ke kotak aja."
"Mbak Irma...," sapa Aisya yang baru saja mengambil kotak nasi dari dapur santri.
"Eh, Aisya, Atika." Irma melihat seseorang di belakang Aisya."Tumben sih, Atika kok diem aja, nggak ada suara," lanjutnya.
"Eh, enggak Mbak, cuma capek aja kok," jawab Atika sekenanya.
"Masa iya capek kok berhari-hari."
"Maksudnya?"
"Iya kamu, diem aja beberapa hari ini, yang semangat dong, abis ini kalian tampil kan?"
"Iya, Mbak, in syaa Allah." Atika mengangguk sambil meletakkan kotak-kotak yang ia bawa ke atas meja.
"Iya, Mbak, aneh banget Mbak Atika akhir-akhir ini," sahut Aisya.
Irma hanya menjawab dengan senyuman. "Semangat ya, aku ke toko dulu."
"Oke, Mbak."
"Iya, Mbak."
Mereka mulai menata nasi dan lauk ke dalam kotak. Sesekali Ayla melihat Atika, ia semakin cemas dengan sikap Atika.
"Tik, kalau kamu ada masalah, cerita aja, jangan sungkan."
"Iya Mbak, kita kan sahabat," timpal Aisya. "Lagian biasanya Mbak Atika paling semangat cerita, sekarang malah diem aja, kan kita juga bingung."
"Aku nggak papa kok, Mbak," sanggah Atika.
"Oke, nanti setelah acara aku pingin kamu cerita, apa aja deh, jangan diem aja."
"Udah Mbak, yang penting sekarang kita siapin konsumsi, abis ini aku juga harus ngelancarin bacaan lagi sama Aisya," jawab Atika.
"Iya, semangat ya kalian, satu lagi, konsentrasi."
"In syaa Allah Mbak."
Seorang pemuda terlihat sibuk mempersiapkan tempat duduk untuk para tamu. Sedangkan santri yang lain belum tampak di lokasi.
"Za, yang lain pada kemana?" ujar Arzan.
"Masih di musholla, sholat ashar jama'ah, Kak."
"Ooh, tolong bantuin pegang kursi ya, mau benerin lampu itu."
"Siapp."
Arzan dan Reza beralih ke luar musholla, menata lampu yang belum pas peletakannya.
"Za, tau sapu ndalem yang dibawa Dimas kesini tadi?" tanya Ayla membuat Arzan menoleh sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa Triple A
RomanceAisya, Atika, Ayla. Tiga wanita cantik dengan kisah-kisah mereka yang berwarna bermula di pesantren. Aisya "Aku tak mau berharap terlalu tinggi untuk mendapatkanmu, kita bagai bumi dan langit yang sulit menyatu." Atika "Di saat hatiku belum siap men...