part 18

21 4 0
                                    

Jalanan pagi ini ramai pengemudi, salah satunya adalah Arzan bersama Ustadz Tsaqif, Atika, dan Aisya. Mereka menuju Pesantren As-Salam milik Kyai Kholil. Hari ini Aisya akan menjadi pengajar baru di pesantren itu, ia merasa gugup pasalnya ini pertama kali ia mengajar di pesantren yang tergolong besar. Untung saja hari ini ia ditemani oleh Atika, jadi gugupnya sedikit teralihkan dengan perbincangan dengan temannya itu.

"Nah, Arzan, di situ masuk saja ke kiri," Ustadz Tsaqif memberi arahan.

Mobil mereka sudah sampai di depan ndalem pengasuh.

Aisya melangkahkan kakinya keluar dari mobil, di sana ia disuguhkan dengan pemandangan taman yang sejuk dan tak jauh dari ndalem, terdapat bangunan megah dengan banyak santri sedang menyapu, mencabut rumput liar, memotong daun kering, dan banyak juga yang membersihkan halaman ndalem.

Setelah Ustadz Tsaqif memasuki ndalem, mereka juga mengikuti di belakang beliau dan duduk di sofa empuk di dalamnya.

"Maa syaa Allah, Sya, kamu pasti bakal betah di sini," ucap Atika setengah berbisik.

"Mbak, di sini aja cuman pas sore habis itu pulang ke pesantren kita," jawab Aisya.

"Assalamu'alaikum, Kyai," salam Ustadz Tsaqif dengan ta'dzim ketika melihat kemunculan Kyai seraya salim kepada beliau, diikuti oleh Arzan. Aisya dan Atika menangkupkan tangan dan menunduk dengan tersenyum.

"Wa'alaikumussalam, silakan duduk," ucap Kyai Kholil, "alhamdulillah akhirnya sampai sini juga kalian," lanjut beliau.

"Inggih, Kyai. Saya mengantarkan para santri ini supaya bisa belajar dari panjenengan," ucap Ustadz Tsaqif.

"Jadi, ini yang akan mengabdi disini, yang mana?"

"Ini, Kyai, namanya Aisya, seperti yang saya sampaikan kemarin, barangkali Aisya ini bisa mengabdi sekaligus belajar dari pesantren As-Salam," Ustadz Tsaqif menunjukkan keberadaan Aisya. Sedangkan si pemilik nama tersenyum gugup.

Kyai Kholil mengangguk-angguk.
"Nduk Aisya sudah memantapkan diri mengabdi di sini kan?"

"Inggih, Kyai," jawabnya masih menunduk sambil sesekali melihat Kyai Kholil.

Kyai Kholil tampak memanggil seorang santri dan memberi perintah kepadanya.

"Nduk Aisya ke dalam sana, sowan dulu ke Umi," perintah Kyai. Aisya mengangguk, kali ini ia tak diantar oleh Atika.

"Mari, ustadzah, saya antar ke Umi," ucap seorang santri yang telah diperintah oleh Kyai.

Mereka berjalan ke dalam dengan sopan, Aisya kagum dengan berbagai ornamen klasik yang ia lewati, beberapa santri juga tersenyum sopan kepadanya.

Sampailah ia di tempat duduk yang telah disediakan, tak jauh dari sana ia bisa melihat pintu keluar ndalem yang langsung menyuguhkan pemandangan aula dan sederet kamar santri di bangunan yang ia lihat ketika di depan tadi.

"Ustadzah, mohon tunggu disini dulu, Umi akan segera datang," ucap santri tadi.

"Baik, terimakasih," jawab Aisya canggung.

Setelah santri itu pergi, tinggallah ia seorang diri. Tiba-tiba ia menangkap sosok yang telah ia kenal sebelumnya, di samping ruangan itu, terdapat dapur ndalem, dari situlah lelaki itu terlihat mencari sesuatu.

"Kak Amir, nggak salah lagi," bisiknya.

Iya, memang benar, itu adalah Amir, pesantren itu adalah milik keluarganya.
Apa yang dilakukan Kak Amir disini? Apa mungkin dia adalah salah satu ustadz senior?, batin Aisya.

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang