part 6

40 4 0
                                    

Happy reading good people... Jangan lupa vote and comment

☆☆☆

Sore ini, seperti sore setiap harinya, di Pondok Pesantren Manarul Huda para santri sedang mempersiapkan diri untuk setoran hafalan Al-Qur'an, mereka sangat antusias melafalkan ayat Al-Qur'an dengan keras dan bersemangat, Ustadz Tsaqif pun menyimak mereka dengan sabar dan tenang.

Seorang gadis di sudut musholla sedang mengulang hafalannya, namun tampaknya ia tidak konsentrasi penuh.

"Mbak, mau setoran sekarang nggak?" ucap Aisya pada gadis tersebut.

"Nggak dulu deh, aku mau muroja'ah aja disini," kata si gadis.

"Eh Sya, mau setoran sekarang? Aku ikut deh," sahut Ayla kemudian.

"Yuk, mbak."

Mereka berdua maju dan langsung memulai setoran bersama, cukup lancar tapi masih ada kesalahan- kesalahan kecil yang Ustadz Tsaqif benarkan.

"Atika, maju, setoran." Suara berat Ustadz Tsaqif berhasil mengagetkan Atika.

"Ngapunten, Ustadz, mau muroja'ah dulu sekarang," jawab Atika dengan sopan.

"Kok saya lihat-lihat hari ini kamu tidak terlalu konsentrasi dengan muroja'ah, ada apa?"

"Ndak papa, ustadz," jawab Atika menunduk.

"Ya sudah, nanti malam disetorkan hafalannya," ucap Ustadz Tsaqif kemudian.

Rupanya Atika sedang memikirkan suatu hal penting, Ayla dan Aisya yang melihatnya hanya bisa saling memandang satu sama lain.

Atika POV

Hari ini aku sangat senang karena Mas Bahrudin sudah sampai di Malang, tapi aku juga sangat gelisah dengan jawaban ayah nantinya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepadanya.

Mas jadi berangkat ke rumah besok?

Iya, besok berangkat. Ini udah nginep di rumah temen, sudah disampaikan ke ayah?

Maaf mas, belum, besok deh aku ke ayah insyaa Allah

Semenjak kabar kedatangannya, aku memanggilnya 'mas' agar lebih akrab.

"Ooo jadi dari tadi Mbak Atika mikirin Mas Bahru," ucap Aisya setelah melirikku mengetikkan pesan, seketika aku menoleh ke arah pemilik suara.

"Cyee yang besok calonnya mau datang...," lanjut Aisya.

"Iya, doakan semuanya berjalan lancar." Tak bisa kupungkiri aku bahagia dan gelisah secara bersamaan, tak henti ku berdoa agar Mas Bahrudin diterima oleh ayah.

"Jadi besok kamu pulang, Tik?" Mbak Ayla bertanya padaku.

"Iya mbak, besok setelah aku izin ke ayah."

"Doain ya biar ayah bisa menerima Mas Bahrudin," lanjutku.

"Aamiin."

"Oiya mbak, nanti Mbak Atika izin ke ustadz gimana?" tanya Aisya.

"Ya mungkin aku bilang ada acara keluarga."

"Ehemm, acara keluargaa niih...," sahut Mbak Ayla.

"Lhoh iya dong mbak, kan udah mau jadi keluarga, assiikk," balas Aisya dengan lirikan jailnya kepadaku.

Tak lama setelah percakapanku dengan teman sekamar, aku langsung menghubungi ayah.

"Assalamualaikum, yah."

"Wa'alaikumussalam, ada apa Tik?"

"Ehmm gini yah-."

Aku masih menyiapkan mental untuk langsung bilang ke ayah, "M- mas Bahrudin mau ke rumah," lanjutku tanpa basa-basi meski jantungku terasa beradu.

Asa Triple ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang