BAB 6

195 3 0
                                    

Nadia dihadapkan pada pilihan sulit, saat diminta menggantikan posisi sang kakak sebagai istri. Sanggupkah Nadia memulai kehidupan baru bersama mantan Kakak iparnya?

Bab 6

***

Nadia masih terkenang akan ucapan mantan kakak iparnya itu padanya. Tidak pernah terpikirkan oleh Nadia untuk menggantikan posisi sang kakak untuk menikah dengan Aariz mantan suami kakaknya itu, tapi memang benar yang dikatakan Aariz dari pada ia terus-terusan jadi bahan ghibahan tetangga  lebih baik dia menikah saja dengan Aariz. Lalu, bagaimana dengan Amora yang tidak menyukainya. Apakah pernikahan itu akan terjalin?

Ditengah-tengah kebingungan Nadia, ponselnya berdering. Satu notifikasi masuk kini terlihat.

Fani: Nad, ketemuan yok. Udah lama kita ga ketemu kangen ni pengen ngobrol sama Lo.

Salah satu teman Nadia saat kuliah dulu mengajaknya bertemu, sudah hampir beberapa bulan mereka tidak bertemu. Ada rasa kerinduan untuk bertemu sekedar bicara dan saling mengetahui kabar satu sama lain.

Nadia: Kamu dimana Fan? aku sekarang lagi di rumah mas Aariz, kalau mau ketemu kita jumpa di rumah ini aja.

Nadia bukannya tidak ingin keluar, tapi mengingat dirinya sedang mengurus baby Ezhar rasanya tidak memungkinkan ia pergi bersama bayi mungil itu keluar rumah, takut kalau bayi itu sakit. Tapi kalau menolak bertemu dengan sahabatnya itu juga tidak enak. Akhirnya Nadia memutuskan untuk bertemu dengan sahabatnya di rumah saja.

Fani: Ya udah kalau begitu gue ke sana Nad, alamatnya masih yang samakan?

Nadia: Iya Fan. Datang aja aku tunggu.

Tidak perlu menunggu lama, Fani telah sampai di kediaman Aariz.

Saat Fani baru saja sampai di rumah itu, langsung di sambut oleh Nadia.

"Assalamualaikum Nad," sapa Fani padanya.

"Wa'alaikum salam Fan, udah nyampe aja kamu,"  Nadia sedikit terkejut dengan kedatangan Fani.

"Iya, Nad tadi gue jalan-jalan di mall dekat sini jadi langsung aja gue samperin Lo. Eh, by the way ini anak siapa?" tanya Fani yang merasa heran dengan bayi yang di gendong oleh Nadia.

Seingatnya, Nadia belum menikah tapi mengapa sekarang dia malah menggendong seorang bayi.

"Sini aku ceritakan semuanya ke kamu," pinta Nadia pada sahabatnya. Ia ingin bicara dengan tenang di gazebo dekat taman.

Ada banyak hal yang ingin diceritakan Nadia pada Fani saat ini, karena dialah satu-satunya orang yang bisa dipercaya Nadia.

"Jadi coba jelasin ke gue, ini bayi lucu anak siapa?" tanya Fani merasa penasaran.

"Ini anaknya kak Zuraya dan mas Aariz, ia meninggal setelah melahirkan Ezhar dan sekarang aku yang menjaga anak ini," jelasnya pada sahabatnya itu.

"Hah? Kak Zuraya meninggal? kapan, kok Lo ga ada kasih tau gue?" Fani sangat terkejut dengan berita yang baru saja disampaikan oleh Nadia padanya.

"Maaf aku ga sempat ngabarin kamu. Kak Zuraya meninggal sebulan yang lalu dan aku mengurus Ezhar untuk menggantikan kak Zuraya. Hanya saja aku ada masalah," keluh Nadia padanya.

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un, gue turut berduka ya Nad," lirih Fani pada sahabatnya, ia sangat bersedih atas meninggalnya Zuraya.

Meskipun tidak mengenal dekat tapi Fani tahu persis Zuraya adalah orang yang sangat ramah dan baik pada semua orang. Zuraya juga pernah membantu Fani ketika ia sedang kesulitan beberapa tahun silam. Saat keluarga Fani mengalami kesulitan dalam keuangan dan Fani terancam di DO dari kampus, Zurayalah yang membantu Fani. Makanya Fani sangat dekat dengan keluarga ini.

"Oh ya Nad, tadi Lo bilang ada masalah. Emang lo ada masalah apa?" Fani mulai penasaran, dengan apa yang akan diceritakan sahabatnya itu padanya.

"Sebentar Fan, aku mau naroh Ezhar ke boxnya dulu. Kayaknya dia udah tidur ni," Nadia menjeda pembicaraan kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Nadia meletakkan Ezhar ke dalam kamarnya karena bayi itu telah terlelap, setelah memastikan bayi itu tertidur nyenyak ia kembali menemui Fani. Namun disana telah ada Mumtaz yang sedang bicara dengan Fani.

Sedikit banyaknya Mumtaz telah mengenal Fani, karena dulu Fani pernah mampir ke rumah itu untuk sekedar bertemu dengan Zuraya.

"Jadi bagaimana kabar kedua orang tuamu?" tanya Mumtaz pada gadis itu.
"Mama sama papa baik Tante, berkat bantuan mbak Zuraya waktu itu perusahaan papa udah kembali membaik,"
"Bagus deh kalau begitu Tante senang mendengarnya. Kamu sendiri kegiatannya apa?"
"Sekarang saya cuma mengurus perusahaan papa. Ya, masih tahap belajar sich Tante,"

Ada rasa kagum pada diri Mumtaz melihat Fani. Gadis itu tidak cuma cantik tapi juga tipe menantu idamannya. Andai saja Aariz mau dengan gadis itu mungkin Mumtaz tidak akan menolak, tapi Aariz malah mau menikahi perempuan seperti Nadia yang jauh berbeda karakter dengan mereka.

"Eh Nad, Lo udah selesai nemenin baby Ezhar?," tanya Fani yang melihat kedatangan Nadia. Nadia hanya mengangguk, tapi Mumtaz menatapnya dengan malas.

"Tante mau ke kamar dulu ya nak Fani, oh ya Nadia, tamunya dibuatkan minum biar ngobrolnya enak," ucap Mumtaz dengan sedikit ketus, ia merasa risih dengan kehadiran Nadia.

"Iya Tante," jawab Nadia singkat kemudian membuatkan minum untuk Fani.

"Nad, Lo ga perlu repot-repot begini. Gue cuma mau Lo jelasin ada masalah apa?" tanya Fani sambil mengajak Nadia duduk didekatnya.

"Jadi gini, aku kan sudah lama tinggal di sini tapi karena aku dan mas Aariz tidak menikah jadi ada saja gunjingan dari tetangga yang mengatakan hal yang ga baik tentang aku. Mungkin mas Aariz merasa jengah dengan ucapan para tetangga. Dia meminta aku untuk menikah dengannya tapi aku bingung apa aku harus menerimanya atau tidak? melihat cara Tante Mumtaz melihatku sepertinya dia tidak menyukaiku," jelas Nadia panjang lebar tentang permasalahannya pada sahabatnya itu.

"Jadi itu permasalahannya, kalau gue sich setuju aja kalau Lo nikah sama mas Aariz soalnya Lo juga udah mengurus anaknya. Jadi ga ada salahnya kalau Lo sama mas Aariz menikah saja," tukas Fani padanya.

"Tapi bagaimana dengan Tante Mumtaz? kalau tidak ada kata setuju darinya ga mungkin juga aku menikah sama mas Aariz," keluh Nadia padanya.

"Gue tahu permasalahan Lo. Tante Mumtaz itu cuma ga terlalu suka dengan penampilan Lo. Maklumlah, Tante Mumtaz orangnya suka sama perempuan yang modis tapi tenang saja, gue bakal buat Lo di terima sama Tante Mumtaz," ucap Fani padanya lagi. Seketika senyuman Nadia mengembang karenanya.

Sahabatnya ini memang sangat pandai mencairkan suasana. Sementara itu Mumtaz memperhatikan mereka dari kejauhan. Ia malah berencana untuk menjodohkan Aariz dengan Fani.
Dibanding dengan Nadia lebih baik Fani yang mendampingi putraku, aku akan lebih rela jika gadis itu yang menikah dengan Aariz, dia terlihat lebih terpelajar dan juga pintar mengelola perusahaan, gumamnya dalam hati.

Ketika Mumtaz baru saja akan membalikkan tubuhnya, ia malah berpapasan dengan Aariz.

"Aariz kamu mengagetkan mama saja," ucapnya sambil terperat melihat putranya yang berada dihadapannya.

"Aku baru pulang, tapi aku melihat ada mobil di depan rumah. Emang itu mobilnya siapa ma?" tanya Aariz pada ibunya.

"Itu, ada Fani di belakang. Dia lagi ketemuan sama Nadia. Kamu samperin sana, " bujuk sang ibu pada Aariz. Ia sangat berharap Aariz bisa berdekatan dengan Fani sehingga melupakan keinginannya untuk menikah dengan Nadia.

"Tapi ma..." belum sempat Aariz bicara sang ibu malah menarik tangannya untuk menemui Fani.

Fani dan Nadia menoleh ke belakang saat mengetahui Aariz dan Mumtaz berada dibelakang mereka.

Judul: menjadi Istri Pengganti
Penulis: Dina 0505

Link:

https://read.kbm.id/book/read/a23a19a2-22a3-4f06-b993-51685ae7a993/b09ac6c6-c0da-4532-909c-f2ea693d23c3

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang