Flashback Off
Begitu mendengar bahwa ada napi yang terluka dan suasana lapas yang terlihat sangat kacau balau, Gian langsung panik.
"Riz kita harus menemukan Keyzia sekarang juga. Aku ga mau terjadi sesuatu pada Keyzia dan bayiku," ucap Gian sambil mendorong kursi rodanya. Ia benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengan Keyzia dan memastikan keadaan wanita itu baik-baik saja.
"Iya, aku akan tanya dulu pada sipir," tukas Aariz kemudian ia segera menuju ke arah sipir penjara yang sedang sibuk menyelamatkan para napi.
"Bu, apa ada seorang tahanan bernama Keyzia di dalam sana?"
"Nyonya Keyzia? baru saja dia dilarikan ke rumah sakit, karena saat terjadi keributan tadi dia mengalami kontraksi," jelas sipir penjara itu padanya.
"Di mana alamat rumah sakitnya?" tanya Aariz lagi. Kemudian sipir penjara itu memberikan alamat rumah sakit yang ia maksud.
Tanpa membuang waktu, Aariz dan Gian segera menuju ke rumah sakit tempat dimana Keyzia di rawat.
***
"Gue benar-benar takut Riz, gue takut terjadi sesuatu pada Keyzia dan anak gue," keluh Gianyang begitu mengkhawatirkan Keyzia dan calon bayinya.
"Lo tenang aja, sebentar lagi kita akan bertemu dengan mereka. Lo berdoa aja semoga mereka baik-baik saja," Gian hanya mengangguk sambil melayangkan pikirannya yang sangat kalut.
Sesampainya di rumah sakit, Aariz langsung membawa Gian ke resepsionis dan setelah mendapatkan informasi dari resepsionis mereka langsung ke ruang rawat Keyzia.
Suasana di rumah sakit cukup tenang, dan setelah melihat ruangan Keyzia mereka segera masuk ke dalam ruang rawat itu.
"Key, bagaimana kabarmu?" sapa Gian ketika berada di depan pintu ruang rawat Keyzia. Wanita itu hanya menatapnya sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya. Ada rasa malu bercampur sedih yang kini menelisik hatinya.
"Buat apa kalian ke sini? kalian pasti merasa senang melihat keadaanku saat ini bukan? sekarang kalian bisa menertawakan semua yang terjadi dalam hidupku," lirih Keyzia saat Aariz dan Gian mendekat padanya.
Ia benar-benar merasa malu dan sedih dengan apa yang terjadi padanya. Aariz dan Gian tidak marah dengan ucapan yang dilontarkan Keyzia pada mereka. Mereka tetap mendekati gadis itu untuk menenangkannya.
"Jangan berkata seperti itu Keyzia. Kau tidak sendirian, aku pernah bilang padamu kan kalau aku sangat mencintaimu dan aku akan bertanggung jawab atas bayi yang kau kandung. Jadi tolong, jangan pernah merasa kedatangan kami hanya untuk menertawakan mu. Tidak ada sedikitpun niat seperti itu terlintas dalam pikiran kami," ucap Gian sambil menggenggam tangan Keyzia.
Gadis itu tampak tidak terima, ia ingin menepis tangan Gian yang menggenggam tangannya, tapi Gian tetap menggenggam tangan Keyzia dan menciumi punggung tangan gadis itu untuk memberikan ketenangan padanya. Merasa tidak mampu melawan, Keyzia hanya meneteskan air mata. Ia benar-benar malu, karena sudah banyak berbuat salah.
Sementara itu, Aariz memberikan ruang untuk Keyzia dan Gian untuk bicara. Ia sengaja duduk di sofa dan membiarkan Gian dan Keyzia saling bicara.
"Maafkan aku Gian. Aku sudah banyak menyakitimu. Aku terlalu terobsesi pada Aariz dan sangat ingin memilikinya, hingga aku melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku. Termasuk kamu Gian. Tanpa sengaja aku telah membuatmu jadi seperti ini," sesal Keyzia pada Gian dan Aariz.
Ia mengakui semua kesalahannya dan tidak ada kebohongan ataupun manipulasi di sana. Wanita itu menunjukkan kesungguhannya.
"Ssstt... hentikan, jangan menyalahkan dirimu atas semua ini. Setiap kita pernah melakukan kesalahan. Begitu juga aku, sekarang kita buka lembaran baru, kita lupakan semua hari-hari buruk itu," ujar Gian sambil menatap intens ke manik indah Keyzia. Gadis itu mengangguk dan memeluk Gian. Ia sungguh-sungguh menyesal untuk semua kekacauan yang ia perbuat.
"Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf," lirih Keyzia, Gian menganguk dan membalas pelukan Keyzia sambil menepuk pelan punggung wanita itu. Ya, wanita yang begitu dia cintai.
"Riz, kamu mau kan memaafkan kesalahanku?" Keyzia menatap sendu pada Aariz yang sedari tadi memperhatikan mereka dari sofa yang ia duduki.
"Tentu Key, aku sudah memaafkan semua yang kamu lakukan padaku dan juga Nadia sebelum kamu meminta maaf. Jadi kamu tidak perlu menyalahkan dirimu lagi," ucap Aariz menyemangati Keyzia.
"Oh ya, bagaimana keadaan bayi kalian?" tanyanya lagi. Ia teringat saat itu Nadia akan melahirkan, tapi Keyzia belum tahu apakah bayi Nadia selamat atau tidak.
"Bayi kami baik-baik saja. Eddeline lahir prematur tapi ia anak yang kuat, dan sekarang ia sangat sehat," jelas Aariz dengan wajah berbinar. Aariz sangat senang jika ditanyakan tentang bayinya.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Jika bayi itu tidak selamat aku pasti akan merasa menyesal untuk seumur hidupku," imbuh Keyzia lagi.
"Oh ya, sayang. Bagaimana keadaan bayi kita? apa ia nakal di dalam sana?" goda Gian sambil menarik turunkan alisnya memperhatikan Keyzia. Ia sengaja berkata seperti itu supaya suasana tidak terlalu melow.
"Bayi kita kuat, ia tidak takut apapun sama seperti papanya. Ia sangat kuat," bagai mendapatkan suntikan imun, mendengar jawaban Keyzia, membuat jantung Gia berdebar sangat kencang.
Ia tidak menduga Keyzia malah menyambutnya dengan baik, tidak seperti sebelumnya, Keyzia selalu menolaknya, tapi kali ini Keyzia seakan membuka diri padanya.
"Hmm ... hmm... sepertinya kalian butuh waktu berdua. Aku keluar dulu ya," ledek Aariz sambil berjalan keluar ruangan. Gian dan Keyzia terkekeh mendengar ucapan Aariz.
Tidak dipungkiri, Aariz berkata benar memang mereka butuh waktu untuk bersama.
"Key, sebenarnya kedatanganku dan Aariz ke lapas untuk memberitahukan kalau Nadia mencabut tuntutannya padamu, dan kami ingin membebaskanmu, tapi tidak di sangka kita malah bertemu dalam keadaanmu yang seperti ini," jelas Gian padanya.
"Aku memang pantas dihukum Gian. Aku sudah banyak melakukan kesalahan,"
"Aku sudah bilang jangan berkata seperti itu. Kalau kamu bicara seperti itu lagi aku akan menciumi sampai kamu lemas," gertak Gian padanya. Meskipun dalam keadaan seperti sekarang ini, Gian tetap saja mencoba menggoda Keyzia. Membuat gadis itu tersenyum dan tersipu.
"Gian, sepertinya bayi kita ingin menyapamu. Dia menendang," Keyzia merasakan ada pergerakan dalam kandungannya.
"Oh ya? aku ingin menyapanya," pungkas Gian sambil menatap perut Keyzia yang mulai membesar. Tanpa banyak bicara Keyzia mengambil sebelah tangan Gian, kemudian meletakkannya di atas perutnya.
Gian terkesiap oleh sikap tiba-tiba Keyzia, namun Gian tidak menolak dan ia membiarkan Keyzia meletakkan tangannya di perut wanita itu, lalu merasakan gerakan-gerakan kecil dari bayi mereka. Tanpa terasa, buliran bening itu meloloskan diri begitu saja dari matanya. Gian benar-benar terharu merasakan kehadiran calon bayinya.
Keyzia yang menatap Gian begitu menyayangi calon bayi mereka, langsung menyeka air mata Gian dengan tangannya. Gian tersenyum dan memegangi telapak tangan Keyzia lalu menciumnya kembali.
"Aku sungguh-sungguh mencintaimu Key, tidak perduli kamu suka atau tidak aku tetap menyayangimu dan bayi kita," ucap Gian dengan suara bergetar menahan tangis.
"Aku juga mencintaimu," tiba-tiba ucapan spontan itu terlontar dari bibir Keyzia.
"Apa kamu serius?"
"Aku sangat serius Gian, setelah berada di balik jeruji besi aku mulai banyak berintrospeksi diri dan mengingat semua kesalahanku. Aku sangat sadar, bahwa aku hanya terobsesi pada cinta pertamaku Aariz, tanpa ku sadari ada cinta yang sedang menungguku, dan saat ku sadari orang itu adalah dirimu," ucap Keyzia sambil menitikkan air mata. Sungguh ia sangat ingin mengembalikan semua menjadi lebih baik.
Gian yang mendengar pengakuan Keyzia langsung memeluknya dengan penuh kasih sayang. Keyzia membalas pelukan itu dengan tulus. Aariz yang memperhatikan dari luar ikut terharu dan meneteskan air mata. Ia tidak pernah menduga Gian dan Keyzia akan bersatu dalam ikatan cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Pengganti (Tamat)
Romance"Berjanjilah kau akan menikah dengan Aariz dan menjadi ibu dari putraku Ezhar, setelah aku tiada. aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini," pinta Zuraya saat ia baru saja melahirkan putra satu-satunya. Zuraya mengalami plasenta previa, a...