BAB 17

175 3 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu, Aariz dan teamnya pun segera kembali ke Jakarta. Aariz  sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Nadia istrinya untuk melepas kerinduannya. Lima hari tidak bertemu dengan sang istri membuatnya merasa sangat rindu ingin bertemu dengan Nadia.

Sementara itu Nadia sedang mempersiapkan kejutan untuk sang suami. Ia ingin memberitahukan hal penting yang pasti akan membuat suaminya bahagia dan juga ibu mertuanya nanti ketika mendengarkannya.

Baru saja Nadia menyelesaikan pekerjaan rumahnya, sebuah ponselnya berdering. Nadia segera menekan tombol hijau pada benda pipihnya.

"Assalamualaikum, dengan siapa ini?"
"Wa'alaikum salam, dengan ibu Nadia Zarra?"
"Benar saya sendiri,"
"Kami dari pihak rumah sakit, ingin menyampaikan pada ibu bahwa hasil tes lab anda sudah keluar dan bisa dijemput hari ini juga,"
"Baik dok, saya akan segera ke sana sekarang juga,"

Setelah menyelesaikan percakapannya Nadia segera bergegas menuju rumah sakit. Nadia sudah tidak sabar mendapatkan hasil tesnya.

"Ma, Nadia mau pamit ke luar rumah sebentar.  Titip Ezhar ya ma," pungkas Nadia pada ibu mertuanya.

"Hmm okay, hati-hati ya," balas Mumtaz singkat. Wanita paruh baya itu sedang asyik merawat bunga-bunganya.

"Makasih ma," selesai berpamitan dengan ibu mertuanya Nadia segera memesan taxi online untuk berangkat ke rumah sakit.

Nadia sengaja memesan taxi online karena ia tidak ingin ada yang tahu, sebenarnya bisa saja ia minta diantarkan oleh supir tapi Nadia memilih menggunakan taxi online, karena kepergiannya ke rumah sakit ada kaitannya dengan rahasia yang akan ia tunjukkan pada ibu mertua dan suaminya nanti.

***

Sesampainya di rumah sakit, Nadia merasa gugup dengan kabar yang akan disampaikan oleh dokter padanya.
Kira-kira nanti hasilnya gimana ya? kok aku jadi deg-degan ni? monolog Nadia dalam hati.

"Bu Nadia," panggil perawat yang berada di ruang dokter.

"Iya suster?" sahut Nadia dengan wajah ramah melihat ke arah perawat.

"Silahkan Bu, sekarang giliran ibu untuk konsultasi," ujar perawat pada Nadia. Wanita muda itu hanya mengikut hingga dirinya sampai di ruangan dokter, ia semakin merasa gugup.

"Bu Nadia, setelah menganalisa hasil tes darah, dan tes urine anda kemarin, dapat dipastikan anda sedang hamil dan usia kandungan anda saat ini adalah dua belas Minggu," jelas dokter pada Nadia.

Sungguh ini hal luar biasa yang mampu membuat Nadia merasa menjadi wanita paling beruntung. Bagaimana tidak, setelah menikah beberapa bulan dengan Aariz ia diberikan amanah dengan dititipkan sosok kehidupan baru dalam rahimnya.

"A ... apa saya tidak salah dengar dok?" ucap Nadia terbata merasa belum yakin dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Ia, benar bunda sedang hamil. Selamat ya Bun, semoga lancar sampai lahiran nanti. Saya hanya ingin mengingatkan pada anda kalau usia kandungan anda saat ini masih tergolong sangat muda dan rentan, jadi ibu jangan sampai kelelahan dan perbanyak istirahat agar bayinya tetap sehat. Nanti saya akan berikan vitamin dan obat penguat kandungan, supaya bayi anda kuat," jelas sang dokter secara detail. Membuat mata Nadia membulat sempurna.

Perasaan seperti ini membuat Nadia serasa ingin mengungkapkan kebenaran hadapan dunia bahwa dirinya sangat bahagia.

"Oh ya dok, apa saya bisa melihat perkembangan janinnya?" tanya Nadia merasa penasaran.

"Tentu saja Bun, kita akan cek melalui USG," imbu sang dokter bersemangat melihat Nadia.l yang antusias.

Dokter itu segera mengambil alat USG dan meletakkan alat itu di perut Nadia. Terlihat pergerakan kecil sebesar biji wijen yang sedang bergerak-gerak dalam perut Nadia. Membuat wanita berhijab itu merasa terharu dan tanpa terasa ia meneteskan air mata.

"Itu yang kecil seperti biji wijen itu adalah calon bayi anda," jelas dokter itu pada Nadia.
Nadia menganggukkan kepalanya paham. Sungguh ini adalah pengalaman terindah dalam hidup Nadia.

***

Selesai melakukan pemeriksaan dan memastikan bahwa dirinya benar-benar hamil. Nadia kembali ke rumah dan tanpa sengaja saat Nadia sedang menunggu taxi online, sebuah mobil berhenti dihadapannya.

"Nadia, ayo aku antarkan kamu pulang," ucap seorang pria dari balik jendela mobil yang baru saja dibuka.

"Fathan?" Nadia merasa terkejut dengan kehadiran Fathan yang berada dihadapannya.

Merasa Nadia belum menggubrisnya karena kebingungan, Fathan memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan menghampiri Nadia.

"Kenapa masih bengong Nad, ayo aku antar pulang. Tadi aku menjenguk ibuku yang sedang sakit, dan tidak sengaja melihat kamu di sini. Jadi sekalian aja aku ajak kamu pulang bareng," jelas Fathan pada Nadia.

Fathan mengerti, kalau Nadia tidak mau sembarangan masuk ke mobil laki-laki yang bukan muhrimnya oleh karena itu Fathan memberikan penjelasan agar Nadia tidak menolak maksud baiknya.

"Ahm, iya. Ibu kamu sakit apa?" tanya Nadia penasaran.

"Ya begitulah, ibuku kan punya penyakit jantung dan karena terlalu kecapean penyakitnya kumat dan harus di rawat di rumah sakit," ucap Fathan tanpa menutupi apa yang sedang terjadi pada ibunya.

"Aku turut berduka, tapi maaf saat ini aku tidak bisa menjenguk ibu kamu karena aku harus segera pulang. Mas Aariz baru saja pulang dari luar kota aku harus segera menemuinya," Nadia menyampaikan rasa penyesalannya.

Fathan dapat mengerti dengan apa yang diucapkan Nadia, tapi ada rasa sedikit tersentil dihati Fathan karena Nadia menunggu kepulangan suaminya.

Andai saja orang itu adalah aku Nad, aku pasti sangat bahagia sekali mendengarnya, keluhnya dalam hati. Namun, walau bagaimanapun Fathan tidak bisa merubah kenyataan bahwa Nadia telah dimiliki orang lain, mungkin ini yang namanya mencintai sendiri, karena hanya Fathan yang merasakan cintanya pada Nadia tapi hati Nadia telah dimiliki orang lain.

Saat ini Nadia, pulang bersama Fathan. Merasa tidak enak karena Fathan telah turun dari mobil mengajaknya pulang bersama. Akhirnya Nadia bersedia diantar pulang oleh Fathan.

"Oh ya, kamu sendiri kenapa ada di rumah sakit? apa kamu lagi sakit?" selidik Fathan yang kini mengendarai mobilnya dengan Nadia berada disampingnya.

"Oh itu, aku baru saja memeriksakan kandungan. Kemarin aku cek kesehatan untuk memastikan tidak ada penyakit yang berbahaya pada diriku dan syukurnya diagnosa dokter negatif, aku baik-baik saja. Sekarang malah diberikan amanah memiliki calon bayi," ucap Nadia dengan wajah berbinar-binar. Ia tampak bahagia sekali dengan kehamilannya.
Fathan hanya tersenyum mendengarkan ucapan Nadia.

Meskipun hatinya cukup hancur saat ini, tapi Fathan tidak mau egois. Ia tetap menunjukkan kalau ia ikut berbahagia dengan apa yang dirasakan oleh Nadia.

"Terus, apa Aariz sudah tahu tentang kehamilan kamu?" tanya Fathan sambil menoleh kepada Nadia.

"Belum, justru aku akan mengatakannya setelah mas Aariz sampai di rumah," pungkas Nadia lagi. Fathan mengangguk paham sambil menoleh ke jalanan.

"Than, makasih ya sudah mengantarkanku sampai rumah. Kamu ga mampir dulu ni?" Nadia yang telah turun dari mobil Fathan mengajak Fathan untuk mampir.

"Ga usah nad. Ga ada Aariz ga enak. Lain kalau aja kalau Aariz ada di rumah," tolak Fathan halus. Ia cukup tahu diri akan posisinya saat ini dan Fathan tidak ingin wanita sebaik Nadia akan terkena suara sumbang karena mengajak tamu yang bukan mahramnya ke rumah.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang