Pagi-pagi sekali Aariz sudah berada di kantornya. Ia tampak begitu bersemangat untuk memulai pekerjaannya.
"Riz, kayaknya hari ini Lo bahagia banget. Emangnya apa yang membuat Lo sebahagia itu?" Gian yang memperhatikan sahabatnya itu, merasa penasaran.
"Iya dong, gue memang bahagia banget sekarang," ujar Aariz sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Memangnya apa yang bikin Lo bahagia banget?" Gian mengulangi pertanyaannya dan kini ia duduk dihadapan Aariz bersiap untuk mendengar penjelasan sahabatnya.
"Iya, sebenarnya yang membuat gue bahagia saat ini karena istri gue hamil," ucap Aariz penuh kebahagiaan. Wajahnya nampak begitu bersemangat menceritakan tentang keadaan istrinya.
"Apa, serius Lo?" Gian memastikan kembali kalau ia tidak salah dengar.
"Hmmm gue serius, Nadia hamil dan usia kehamilannya itu udah dua Minggu," jelas Aariz pada sahabatnya.
Gian yang melihat kebahagiaan sahabatnya, ingin mengucapkan selamat pada Aariz, tapi pembicaraan mereka tiba-tiba saja terhenti saat terdengar suara brisik dari arah pintu ruang kerja Aariz.
"Keyzia, ngapain kamu di situ?" sergah Gian yang melihat Keyzia berada di depan pintu sambil mengemasi berkas-berkasnya yang berserakan dilantai.
Saat akan masuk ke ruangan Aariz, Keyzia tidak sengaja melihat ruangan Aariz terbuka, ia bermaksud untuk memberikan berkas yang akan di tanda tangani Aariz tapi ia malah dikejutkan dengan perkataan Aariz bahwa istrinya sedang hamil. Hal itulah yang menyebabkan tanpa sengaja Keyzia menjatuhkan berkas-berkas yang dibawanya.
"Maaf pak, saya cuma mau mengantarkan berkas yang akan ditandatangani oleh pak Aariz," ujar Keyzia merasa gugup. Ia segera menyusun berkas yang ia bawa dan meletakkannya ke meja Aariz. Kemudian ia kembali ke ruangannya.
Aariz dan Gian sempat memperhatikan sikap Keyzia yang sedikit berbeda dari biasanya. Kalau sebelum-sebelumnya Keyzia begitu energik dan penuh percaya diri, entah mengapa hari ini dia terlihat murung.
Aariz tidak terlalu memperdulikan sikap Keyzia, karena baginya hubungannya dengan Keyzia saat ini hanya sebatas hubungan pekerjaan dan tidak lebih, tapi lain halnya dengan Gian, ia merasa penasaran dengan sikap Keyzia. Ia khawatir dengan keadaan Keyzia dan berniat menemui gadis itu.
Kenapa dia? mukanya beda banget dari biasanya, apa dia dengar kalau tadi Aariz bilang Nadia sedang hamil? pikir Gian dalam hatinya. Merasa penasaran Gian langsung berpamitan pada Aariz dan pergi berniat untuk menemui Keyzia.
"Riz, gue keluar dulu ya. Kayaknya ada pekerjaan yang mesti gue kerjakan," ucap Gian pada Aariz.
"Tumben Lo buru-buru banget, biasanya Lo betah lama-lama di ruangan gue?" selidik Aariz padanya.
"Ga kok, Riz gue mesti memeriksa kembali propasal yang bakal kita ajukan ke investor," kilah Gian pada Aaris, "oh ya, selamat ya karena sebentar lagi Lo bakal jadi ayah dan Ezhar akan memiliki adik," ucap Gian mengakhiri pembicaraan dengan sahabatnya, kemudian ia pergi dari ruangan itu .
Gian bergegas menuju ke ruangan Keyzia. Ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada wanita itu.
***
Tok ... tok ... tok
"Iya, silakan masuk," Keyzia buru-buru menghapus air matanya dan merapikan dirinya supaya tidak terlihat habis menangis.
Benar, tadi secara tidak sengaja Keyzia mendengar pembicaraan Aariz dan Gian. Ketika ia mendengar Aariz begitu bahagia mengatakan bahwa istrinya sedang hamil, tiba-tiba saja ada perasaan terluka di dalam hati Keyzia. Ia kecewa, karena setelah apa yang ia lakukan semua seakan menjadi sia-sia.
"Keyzia, boleh saya masuk?" suara seorang pria mengagetkannya.
"Pak Gian, ada perlu apa pak? apa ada yang kurang dari berkas yang saya berikan?" tanya Keyzia gugup, sambil berdiri dengan posisi siap untuk melakukan perintah atasannya.
"Tidak, saya ke sini bukan ingin membahas tentang pekerjaan tapi tentang kamu," jelas Gian duduk dan bersandar di sofa.
"Tentang saya?" tunjuk Keyzia pada dirinya sendiri.
"Iya kamu, tadi kamu dengar tidak apa-apa yang saya bicarakan dengan Aariz?" selidik Gian dengan mata menatap intens pada Keyzia.
"Hmmm, iya pak tapi saya ga sengaja. Saya tidak bermaksud menguping pembicaraan bapak dan pak Aariz tapi ketika saya akan mengantarkan berkas saya mendengar semuanya," jelas Keyzia panjang lebar pada Gian.
Lelaki itu tersenyum penuh arti pada Keyzia. Ia mengerti kenapa tadi Keyzia sempat sangat gugup ketika masuk ke ruangan Aariz.
"Kenapa bapak senyum-senyum seperti itu?" Keyzia merasa bingung dengan sikap Gian padanya.
"Keyzia ... Keyzia, kamu pikir kamu bisa membohongi saya? saya tahu kenapa kamu tiba-tiba berubah saat di ruangan Aariz tadi, pasti berita tentang kehamilan Nadia membuat kamu sedih kan?" tebak Gian padanya. Keyzia tidak menjawab dan hanya menundukkan kepalanya.
Ia merasa malu karena ketahuan bersedih saat mengetahui Aariz akan memiliki anak."Sudahlah Keyzia, lupakan Aariz dan buka lembaran baru untuk kehidupan kamu, kenapa kamu tidak mencoba untuk mencari pria lain dalam hidupmu, hmm?" tanya Gian sambil berdiri mendekati Keyzia.
"Ma ... maksud bapak apa?" Keyzia termundur dan merasa terpojok.
"Dengar Keyzia, saya tahu kamu dan Aariz pernah mempunyai hubungan tapi kamu harus tahu posisi kamu saat ini. Kalian sudah tidak memiliki hubungan apapun, dan Aariz dia telah menikah dengan Nadia. Jadi jangan berpikir untuk merusak hubungan mereka," ujar Gian hingga membuat Keyzia harus menelan salivanya kasar.
Keyzia sadar yang dikatakan Gian itu benar, tapi dirinya tidak mau mengerti. Bahkan sampai saat ini dia masih saja menginginkan Aariz. Meskipun ia terluka saat mengetahui Aariz akan memiliki anak dengan wanita yang telah dinikahinya, tetap saja Keyzia tidak mau memahami kenyataan yang ada.
"Saya tahu itu pak, tapi maaf saya tidak bisa merubah perasaan saya. Jika bapak ke sini hanya untuk mengatakan itu semua, saya sudah mendengarkannya. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, bapak bisa meninggalkan saya sendiri," tolak Keyzia halus pada atasannya. Gian hanya menatapnya lekat dan kemudian ia keluar dari ruangan Keyzia.
Sial! berani banget dia ngusir gue, apa dia udah lupa sama kejadian malam itu? gerutu Gian mengingat sikap Keyzia barusan padanya. Gian masih ingat kejadian malam panas yang telah dilewatinya bersama Keyzia saat di luar kota. Malam itu Gian benar-benar menikmatinya dan ia melakukannya dengan sangat lembut pada Keyzia. Seakan sedang mencurahkan perasaannya pada wanita itu.
Benar, Gian telah jatuh cinta pada Keyzia. Sejak pertama kali bertemu dia sudah menyukai Keyzia tapi sayang, gadis itu masih terobsesi pada Aariz. Makanya, Gian selalu siap menjadi tameng untuk Aariz ketika Keyzia mencoba merayu sahabatnya itu, sampai malam panas itu benar-benar terjadi.
Gian tidak menyangka dia akan melakukan semua itu dengan Keyzia, sungguh itu hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh Gian, tapi bagaimana jika sampai Keyzia menyadari siapa lelaki yang bersamanya malam itu? apakah ia akan menerima Gian untuk bersamanya?
Gian masuk ke dalam ruangannya, ia duduk bersandar di kursi kerjanya sambil menenangkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Pengganti (Tamat)
Romance"Berjanjilah kau akan menikah dengan Aariz dan menjadi ibu dari putraku Ezhar, setelah aku tiada. aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini," pinta Zuraya saat ia baru saja melahirkan putra satu-satunya. Zuraya mengalami plasenta previa, a...