BAB 32

100 1 0
                                    

Aariz telah kembali untuk menjenguk Gian. Dia sengaja selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Gian, karena bagi Aariz Gian sudah dianggap saudaranya sendiri.

"Bagaimana keadaan Lo hari ini Gian? semoga Lo lebih baikan," ucap Aariz pada Gian, tapi lelaki itu tidak menjawab hanya memberikan tatapan tidak suka pada Aariz.

"Gue udah beliin makanan kesukaan Lo, ayo dimakan dulu," ajak Aariz pada sahabatnya itu. Meskipun ada perasaan yang mengganjal saat melihat sikap Gian yang berbeda padanya tapi Aariz tetap mencoba untuk bersabar. Mungkin Gian hanya belum bisa menyesuaikan dengan keadaan yang ia alami saat ini.

"Hmmm taroh saja disitu, nanti aku makan," ucap Gian sambil menoleh ke samping. Entah mengapa setelah semua yang dikatakan Keyzia padanya kemarin, hatinya begitu sakit pada Aariz hingga akhirnya ia memilih untuk bersikap dingin pada Aariz.

Aariz meletakkan makanan yang ia bawakan untuk Gian.
"Nadia mana?" tiba-tiba saja Gian mempertanyakan tentang Nadia, padahal sebelumnya ia tidak pernah seperti itu.

"Nadia sedang konsultasi tentang kandungannya. Sebentar lagi anak kami akan lahir dan Nadia harus mempersiapkan semua kelahiran anak kami," pungkas Aariz pada Gian. Seketika wajah Gian menegang, ia mengepalkan tangannya erat seakan memendam amarah oleh ucapan Aariz.

Anak mereka? bisa-bisanya dia mengakui itu anaknya. Padahal jelas-jelas Nadia itu istriku. Dasar tidak tahu malu,gerutu Gian dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, Nadia muncul di depan pintu ruang rawat Gian.

"Mas, maaf tadi agak lama konsultasinya karena banyak yang aku tanyakan pada dokter. Aku mau saat lahiran nanti semuanya lancar," jelas Nadia pada Aariz.

Begitu Nadia muncul dihadapan mereka, raut wajah Gian langsung berubah, seakan ia menemukan kekasihnya kembali. Gian langsung bersikap manja pada Nadia.

"Nadia, untung kamu datang. Aku sudah lapar, kamu mau membantuku untuk menyiapkan aku?"

Nadia terkesiap oleh permintaan Gian, ia menatap suami yang berada dihadapannya. Bagaimana mungkin ia akan menyuapi Gian sementara suami sahnya ada di depan mata?
Aariz yang memaklumi sikap Gian hanya mengangguk memberi kode kalau dia setuju. Tidak ada rasa curiga ataupun marah saat ini dari pancaran wajahnya, yang ada Aariz hanya ingin membuat Gian lebih baik.

"Mas, apa aku harus melakukannya?" Nadia menghampiri suaminya untuk memastikan suaminya mengizinkan atau tidak.

"Lakukanlah, mungkin Gian hanya ingin diperhatikan saja," ujar Aariz dengan lembut pada istrinya.

"Ayolah Nadia, aku mohon," pinta Gian dengan penuh permohonan.

Mau tidak mau akhirnya Nadia menurut dan ia mulai menyuapi Gian. Saat ia memulai suapannya Gian menatap dalam pada Nadia, seakan sedang memperhatikan orang yang sedang ia cintai. Nadia sampai kebingungan melihat sikap Gian padanya. Ternyata ucapan Keyzia memberi pengaruh besar bagi Gery.

Ketika sedang menemani Gian, tiba-tiba ponsel Aariz berdering. Ia segera mengangkat panggilan dari ponselnya.

"Sayang sebentar ya aku terima telpon dulu," ujar Aariz padanya. Nadia hanya mengangguk pelan sambil memperhatikan suaminya yang keluar dari ruangan.

"Sayang, suapin aku lagi," ucap Gian sambil menggenggam tangan Nadia.

"Apa?" Nadia terkesiap oleh perlakuan Gian padanya.

"Ahm maaf jangan salah paham, aku masih lapar. Suapin lagi ya," ucap Gian sambil tersenyum. Seakan-akan ia sedang bercanda pada Nadia. Padahal ia serius dengan sikapnya.

Gian ingin sekali mengatakan apa yang ada dalam pikirannya saat ini, tapi tiba-tiba saja Aariz datang menghampiri mereka.

"Sayang, aku ada pekerjaan penting hari ini. Sepertinya kita tidak bisa berlama-lama di sini. Gi, maaf ya gue masih ada urusan kantor. Kami pergi dulu, gue janji setelah semuanya selesai gue temani Lo lagi," pungkas Aariz pada Gian.

Ada raut kecewa yang kini terlihat diwajah Gian, tapi ia tidak bisa menahan Aariz dan Nadia lebih lama.
"Ahmm baiklah. Terimakasih sudah meluangkan waktu buat gue," ucap Gian sambil menatap lesu.

Ia kecewa karena lagi-lagi harus terpisah dari Nadia. Sebenarnya Gian ingin sekali berlama-lama dengan Nadia tapi ia tidak bisa menahan kepergian Nadia.

***

Aariz dan Nadia kini sedang berada dalam perjalanan pulang. Nadia masih merasa heran dengan sikap Gian padanya, dalam perjalanan Nadia banyak berpikir.

"Sayang kamu kenapa? aku perhatikan setelah bertemu Gian kamu malah banyak diam. Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanya Aariz pada istrinya.

"Ah ... i ... itu mas. Aku kok merasa ada yang beda ya dari Gian?" Nadia mencoba bercerita pada suaminya.

"Memangnya kamu merasakan apa sayang, hmm?" Aariz mendengarkan sang istri.

"Aku merasa Gian berbeda dari biasanya. Entah mengapa aku merasa sepertinya Gian memperlakukan aku dengan sangat berbeda," ucap Nadia sambil mengingat sikap Gian padanya.

"Itu mungkin perasaanmu saja. Gian masih dalam masa pemulihan, dia juga mengalami kehilangan ingatannya. Aku rasa Gian hanya masih mencoba menyesuaikan diri dalam keadaannya yang sekarang ini," jelas Aariz sambil menggenggam tangan sang istri.

"Bukan begitu mas, aku merasa ..."

Belum selesai Nadia melanjutkan ucapannya, Aariz mengangkat tangannya memberi isyarat untuk Nadia tidak membantahnya.

"Maaf sayang, aku tidak ingin berdebat. Ku mohon cobalah mengerti dengan keadaan Gian. Ini mungkin sedikit lama, tapi tolong jangan berpikiran yang tidak-tidak tentang Gian," pinta Aariz dengan sangat pada istrinya. Nadia hanya menundukkan kepala.

Dia bingung, apa ini hanya perasaannya saja atau memang ada yang berubah dari Gian? Sebagai seorang wanita perasaannya sangat peka tapi Nadia juga tidak ingin berpikiran buruk tentang sahabat suaminya itu.

Walau bagaimanapun juga, Gian banyak membantu mereka. Jadi tidak seharusnya ia berpikiran aneh tentang Gian.

"Sayang, hari ini kamu ikut aku ke kantor aja ya, soalnya kalau mengantarkan kamu pulang dulu, akan banyak memakan waktu," jelas Aariz pada sang istri.

"Iya mas. Aku juga mau istirahat, sepertinya baby kita mulai lelah," ujar Nadia sambil tersenyum. Aariz membalas senyum Nadia dan mengusap pelan perut Nadia yang mulai membesar.

Sesampainya di kantor, Aariz dan Nadia cukup menjadi pusat perhatian. Selama ini Aariz tidak pernah membawa Nadia ke kantor tapi kali ini ia mengajak Nadia, otomatis semua karyawan menunjukkan sikap hormatnya pada Nadia.

Di saat yang bersamaan, Keyzia juga ada di sana dan berpapasan dengan mereka.
"Pak, ini berkas-berkas untuk acara meeting kita,"  Keyzia memberikan berkas sambil menatap sinis ke arah Nadia.

"Bu Nadia, tumben mampir ke kantor," sapa Keyzia berbasa-basi padanya.

"Iya, tadi saya dan mas Aariz baru saja melihat Gian di rumah sakit. Jadi karena mas Aariz ada meeting mendadak jadinya saya ikut ke kantor saja," ujar Nadia pada Keyzia.

Keyzia hanya tersenyum kecil, ia dapat membayangkan bagaimana ekspresi Gian saat bertemu dengan Aariz dan Nadia tadi. Pasti sesuatu telah terjadi.

"Oh ya, sayang kamu tunggu diruanganku saja. Nanti kalau kamu mau istirahat kamu bisa istirahat di ruangan pribadiku," ujar Aariz pada istrinya.

"Iya mas, aku ke ruangan mas dulu ya," ucap Nadia kemudian masuk ke ruang kerja Aariz.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang