BAB 42

126 1 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu, akhirnya Gian dan Keyzia memutuskan untuk menemui kedua orang tua Keyzia untuk membahas tentang pernikahan mereka.

"Sayang, apa kamu sudah siap?" tanya Keyzia yang telah mengambil kunci mobil untuk bersiap-siap pergi ke rumah orang tuanya.

"Iya, aku udah siap kok yang. Hanya saja aku merasa sedikit gugup," ujar Gian pada Keyzia.

"Gugup kenapa? kita akan bertemu orang tuaku dan kita akan menyampaikan maksud baik kita," ucap Keyzia padanya lagi.

"Aku takut Key, kalau orang tuamu tidak akan menerimaku," Gian merasa minder dengan keadaannya.

"Percaya sama aku, semua bisa kita lewati. Aku yakin kok setelah kita menjelaskan semuanya akan baik-baik saja," tukas Keyzia menyemangati Gian.

Dia paham, sekarang Gian tidak sepercaya diri dulu. Setelah pasca kecelakaan yang membuatnya terbatas dalam ruang gerak, Gian lebih banyak merenungi keadaannya, meskipun dalam pekerjaan Aariz masih memberikan kepercayaan padanya untuk tetap bekerja seperti biasa tapi tetap saja Gian merasa sangat terbatas dalam bergerak.

"Iya sayang, aku percaya. Oh ya, sebelum kita ke rumah orang tua kamu kita mampir ke dokter dulu ya. Aku mau kontrol kaki aku, sekaligus mau ikut jadwal terapi," pungkas lelaki itu kembali.

"Oh iya, sangking bersemangat untuk menemui mama dan papa, aku sampai lupa hari ini kamu ada jadwal check up ke dokter. Maaf ya sayang," ucap Keyzia merasa tidak enak hati. Ia benar-benar lupa kalau ada jadwal kontrol Gian hari ini.

Setelah selesai mempersiapkan diri, Keyzia mendorong kursi roda milik Gian dan membantunya untuk masuk ke dalam mobil. Selanjutnya, Keyzia mengambil alih untuk mengendarai mobil.

***

Tidak butuh waktu lama, mereka telah tiba di sebuah rumah sakit kota dan Gian langsung menuju ke ruang dokter yang akan memeriksa kondisinya, tapi mereka malah bertemu dengan Aariz dan Nadia.

"Loh, Riz Lo dan Nadia ada di sini juga?" sapa Gian pada sahabatnya.

"Iya ni, Eddeline kurang sehat jadi tadi minta obat ke dokter. Sekalian menjenguk Leo, kebetulan hari ini dia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit," jelas Aariz pada kedua sahabatnya itu.

"Leo?" tanya Keyzia merasa sedikit asing dengan nama itu. Ia tidak mengenal orang yang disebutkan Aariz.

"Leo itu orang kepercayaanku. Jadi waktu kejadian Nadia keracunan waktu itu aku memintanya menyelidiki semua sampai akhirnya dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Leo harus dirawat intens di rumah sakit," jelas Aariz lagi pada mereka.

Ada rasa tersentil dalam hati Cheryl mendengar penjelasan Aariz, ternyata perbuatan Keyzia sangat fatal hingga mengakibatkan banyak nyawa hampir saja melayang. Untungnya semua bisa teratasi dengan cepat.

"Maaf, semua ini karena kesalahanku. Harusnya aku tidak berbuat sejauh itu," sesal Keyzia sambil menundukkan kepala.

"Sudahlah Key, kamu ga perlu merasa bersalah seperti itu. Setiap manusia pasti pernah khilaf dan melakukan kesalahan. Ambil saja hikmah dari semua yang terjadi. Semoga kita bisa menjadi orang yang lebih baik lagi," tukas Nadia membesarkan hati Keyzia. Wanita muda itu hanya mengangguk.

"Iya, yang dikatakan Nadia benar. Jangan selalu menyalahkan diri kamu sendiri karena masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya," imbuh Gian sambil menggenggam tangan Keyzia mencoba menguatkan hati wanita itu.

"Oh ya Riz, aku boleh menemui Leo? Aku ingin meminta maaf padanya," pinta Keyzia dan langsung disetujui oleh Aariz.

Mereka segera masuk ke ruang rawat Leo dan tampak pria itu sedang mempersiapkan barang-barangnya untuk keluar dari rumah sakit.

"Leo ada yang ingin bertemu denganmu," panggil Aariz pada orang kepercayaannya.

"Iya tuan, " lelaki itu menoleh dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui ada Keyzia di sana. Leo tertegun dan memikirkan cara untuk mempertahankan diri kalau sekiranya Keyzia mencoba untuk menyakitinya.

"Kau..."

"Tenanglah, aku ke sini hanya untuk meminta maaf padamu. Aku tahu aku telah melakukan kesalahan besar yang membuatmu harus berada di sini, apa kau bersedia memaafkan aku?" tanya Keyzia penuh permohonan.

"Iya Leo, Keyzia tadi ingin menemani Gian untuk kontrol tapi tidak sengaja bertemu denganku. Setelah aku menceritakan tentang keadaanmu, ia berniat untuk meminta maaf padamu," jelas Aariz pada lelaki itu lagi.

Awalnya lelaki muda itu masih belum percaya, tapi setelah mendengarkan perkataan Aariz dia mau mengerti.

"Baiklah, kita lupakan saja semua kejadian itu. Aku juga tidak ingin hidup dengan rasa dendam," ujar lelaki itu lagi.

Ada rasa lega yang kini terbit diwajah Keyzia. Satu persatu permasalahannya selesai. Sekarang ia melanjutkan untuk menemani Gian cek kesehatannya.

"Baiklah, sekarang semua sudah selesai, aku akan mengantar Leo pulang dulu. Maaf aku tidak bisa menemani kalian," ungkap Aariz pada dua sahabatnya itu.

"Hmmm hati-hati di jalan, salam buat mama dan Ezhar ya," ucap Gian sedikit berteriak. Disambut dengan jempol yang mengudara oleh Aariz.

***

Setelah menunggu antrian, akhirnya nama Gian di panggil. Dokter segera memeriksa kaki Gian, dan memberikan obat pereda nyeri untuk di konsumsi Gian, saat ia melakukan pergerakan  yang cukup banyak maka ia akan membutuhkan obat itu untuk meredakan rasa nyeri yang ia rasakan.

"Ini kaki bionik ini sudah bisa anda gunakan, dan silakan anda coba untuk bisa menyesuaikan dengan pergerakan anda," jelas dokter pada Gian.

Gian memasang kaki bionik yang diberikan dokter dengan di bantu oleh Cheryl dan setelah merasa pas, ia mencoba untuk berdiri perlahan.

"Hati-hati, pelan-pelan saja," ujar Cheryl yang memegangi kedua tangan Gian saat melihat Gian sedikit kesusahan.

"Iya sayang, kakiku terasa kaku karena sudah lama tidak digunakan," imbuh Gian.

Hampir satu tahun ia berada di kursi roda membuat otot-otot kakinya terasa sangat kaku, sampai akhirnya ia mencoba beberapa kali dan terjatuh. Lalu mengulanginya kembali hingga akhirnya Gian bisa menggerakkan kakinya perlahan.

"Sayang, lihat aku sudah bisa berjalan kembali," ujarnya pada Cheryl sambil menunjukkan langkah kakinya yang masih kaku.

Cheryl merasa bahagia sekaligus terharu melihat usaha Gian yang begitu gigih. "Iya sayang, kamu melakukannya dengan sangat baik. Aku selalu mendoakan supaya kamu bisa kembali seperti dulu lagi. Aku benar-benar bahagia melihatmu sudah bisa berjalan kembali. Meskipun masih dengan bantuan kaki bionik itu," tutur wanita muda itu pada Gian. Merasa bahagia, Gian memeluk Cheryl menyalurkan rasa bahagianya. Begitu juga Cheryl menyambut dengan hangat pelukan Gian.

"Ini progres yang cukup cepat. Biasanya pasien, agak sedikit kesusahan menyesuaikan diri dengan kaki bionik ini, tapi anda cukup cepat menyesuaikan diri. Ini benar-benar progres yg luar biasa," puji dokter muda itu merasa kagum pada Gian yang cukup cepat menyesuaikan diri menggunakan kaki bionik.

"Iya dok, jadi kaki ini udah bisa saya gunakan seterusnya?" tanya Gian memastikan lagi.

"Tentu saja pak, anda sudah bisa menggunakan kaki bionik itu untuk beraktivitas tapi jangan terlalu dipaksakan karena masih anda masih dalam masa pemulihan," jelas dokter itu lagi.

"Iya dok, terima kasih," Gian tersenyum bahagia. Semangatnya kini kembali naik karena tidak lagi harus bergantung dengan kursi roda.

Setelah memastikan kaki bioniknya sudah nyama untuk dipakai, Gian mengajak Cheryl untuk menemui orang tua Cheryl. Awalnya Gian ingin mengabarkan pada Aariz sahabatnya tapi tidak sekarang, karena ia akan membuat kejutan pada sahabatnya itu.

"Kalau Aariz dan Nadia tahu aku sudah bisa berjalan lagi, bagaimana kira-kira ekspresi mereka?" gumam Gian yang terdengar jelas oleh Cheryl.

"Apa kita katakan saja pada mereka tentang berita gembira ini?" usul Cheryl padanya.

"Jangan sayang, aku mau buat kejutan untuk mereka, nanti saja kita katakan pada mereka setelah menyelesaikan urusan pernikahan kita," ujar Gian.

"Baiklah kalau begitu maumu. Sekarang kita pergi ke rumah mama. Mumpung belum terlalu sore," ajak Cheryl pada Gian dan lelaki itu menurut.


Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang