BAB 27

127 2 0
                                    

Aariz telah tiba di Turkey bersama Nadia dan putra mereka Ezhar. Mereka sedang menikmati liburan selama satu Minggu di Turkey. Mereka memilih beberapa tempat liburan yang begitu menyenangkan. Mulai Aariz mengajak Nadia dan Ezhar menikmati keindahan Turkey dari ketinggian dengan menggunakan balon udara di Cappadocia, dilanjutkan dengan Hagia Sophia, tempat yang memiliki sejarah masuknya Islam di Turkey, dengan interior yang berdekorasi mewah dengan dinding-dinding yang dilapisi mosaik dan pilar marmer yang menjulang tinggi. Ini adalah ciri khas gaya dan kemegahan Bizantium. 

Tak lupa mereka mengunjungi blue mosque mesjid yang  menyuguhkan keindahan desain flora yang indah di bagian langit-langit dan dinding masjid, ditambah lagi dengan lampu-lampu kristal yang membuatnya tampak lebih cantik dan elegan. Terkahir mereka menikmati keindahan bunga tulip yang bermekaran saat bulan April.

"Mas, ini benar-benar indah. Aku ga pernah membayangkan akan menikmati keindahan alam seperti ini. Sungguh ini pengalaman paling berharga untukku mas," Nadia begitu berbinar-binar saat mengungkapkan isi hatinya.

"Aku juga senang kalau kamu senang. Jujur yang, setelah kepergian Zuraya aku tidak pernah mempunyai niat untuk menikmati semua kesenangan ini lagi, tapi semenjak kamu hadir dalam hidupku bersama calon buah hati kita ini, membuat semangat hidupku kembali lagi. Aku merasa jiwaku yang telah lama hilang kembali lagi," ungkap Aariz pada Nadia. Ia benar-benar sangat bahagia bisa mempunyai istri seperti Nadia.

"Iya mas, aku cuma berharap kita bisa bersama sampai maut memisahkan kita," ucap Nadia yang disambut dengan pelukan hangat oleh Aariz.

Sementara Aariz dan Nadia menikmati kebersamaan mereka. Gery masih memikirkan cara untuk bisa menjelaskan pada Keyzia tentang apa yang terjadi pada mereka malam itu.

Saat jam pulang kerja tiba, Gian sengaja menunggu Keyzia diparkiran.

"Keyzia," sapa Gian saat Keyzia telah sampai di parkiran.

Keyzia tidak menjawab, ia mencoba untuk menghindari Gian karena masih merasa kesal dengan ucapan Gery, tapi dengan cepat Gery memegang tangan Keyzia.

"Lepaskan!" ucap Keyzia sambil menyentak tangan Gian.

"Key kita harus bicara. Ada yang harus aku sampaikan ke kamu," pinta Gian pada Keyzia sambil menatap lekat pada netra Keyzia.

"Kalau anda hanya ingin menghina saya sebaiknya tidak perlu repot-repot bicara dengan saya," Keyzia masih merasa sakit hati pada Gian. Bahkan ia tidak mau menatap mata Gian.

"Ayolah Key, please dengarkan saya. Kamu harus tahu Key, tentang kejadian sebenarnya malam itu," ujar Gian kembali. Keyzia menatap Gian penuh tanda tanya. Ia merasa bingung apa yang sebenarnya ingin dijelaskan pria ini padanya.

"Kalau memang mau bicara, bicara saja," ujar Keyzia pada Gian.

"Ikut denganku, kita akan membicarakannya sambil makan saja," ajak Gian lagi padanya. Tidak ada lagi penolakan dari Keyzia dan iapun langsung menurut saat Gian menuntutnya ke mobil lelaki itu.

Di dalam mobil Keyzia hanya diam tidak ingin berucap sepatah katapun, sementara Gian, lelaki itu hanya mampu mencuri-curi pandang dari kaca dashboard. Ia masih memikirkan cara untuk menyampaikan kebenaran tentang ayah biologis dari anak yang di kandung Keyzia. Gian takut Keyzia tidak akan menerima kejujurannya.

Setelah satu jam menempuh perjalanan, mereka telah sampai di sebuah restoran mewah yang sering dikunjungi oleh Gian. Suasana restoran cukup mewah dan romantis.

"Ayo Key, duduklah," pinta Gian padanya. Keyzia menurut dan diam.

"Key, jika aku mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang akan ku katakan ini apa kamu tidak akan marah padaku?" Gian menatap mata Keyzia sangat lekat. Ia sungguh-sungguh ingin menyampaikan niat tulusnya.

"Katakan saja apa yang ingin anda katakan. Tidak usah bertele-tele," Keyzia mulai jenuh dengan sikap Gian.

"Menikahlah denganku, aku akan bertanggung jawab pada dirimu dan bayi yang kamu kandung," ucap Gian dengan sangat serius. Sontak saja membuat Keyzia terkesiap.

"Apa, anda mau menikahiku? jangan bercanda tuan Gian Alvaro," Keyzia tersenyum kecut pada lelaki itu. Entah mengapa ucapan Gian terasa seperti duri ditelinga Keyzia saat ini.

"Aku tidak bercanda Keyzia. Aku sangat serius memintamu untuk menikah denganku, karena anak yang sedang kamu kandung itu adalah anakku," jelas Gian lagi padanya.

DEG!!!

Keyzia tersentak mendengar ucapan Gian barusan. Bagaimana mungkin anak itu adalah anak Gian, sedangkan mereka tidak pernah bersama. Mereka cenderung berdebat dan bertengkar selama ini, bagaimana mungkin mereka akan berbuat sejauh itu?

"Ini tidak mungkin, aku tidak percaya," Keyzia masih saja menyangkal kebenaran yang diucapkan Gian padanya.

"Tapi itulah kenyataannya. Malam itu akulah yang bersamamu. Kita sama-sama melakukannya tanpa paksaan karena malam itu kita mabuk dan kita melakukannya," jelas Gian membuat Keyzia mengepalkan tangannya dengan sangat kuat. Kemudian menampar wajah Gian, hingga membuat wajah pria itu memerah karena tamparan Keyzia.

Setelahnya wanita itu memilih pergi dari tempat itu. Gian tidak marah meskipun sedikit merasa malu karena banyak orang yang memperhatikannya tapi Gian mencoba membujuk Keyzia dengan sikap tenang.

"Key, tunggu. Kamu boleh marah padaku atas kejadian itu, tapi kamu harus tahu kalau Aariz tidak ada sangkut pautnya atas kehamilanmu. Jadi jika kamu ingin menyalahkan seseorang, salahkan saja aku. Aku yang seharusnya mempertanggungjawabkan semua ini," Gian mengejar Keyzia yang telah keluar dari restoran dan menangis.

Ia tidak bisa menerima ketika Gian mengatakan bahwa dirinyalah yang harus mempertanggungjawabkan semua itu.

"Lepaskan! aku tidak perduli jika malam itu anda yang bersamaku, aku akan tetap meminta Aariz menikahiku. Aku mencintainya dan aku akan melakukan apapun demi mendapatkan perhatiannya kembali," ucap Keyzia begitu antusias dan keyakinan.

"Itu tidak adil Key, anak itu milikku. Aku tidak akan membiarkan kamu bersama orang lain selama anak itu bersamamu," tantang Gian pada wanita itu.

"Dengar tuan Gian Alvaro. Apapun adil dalam cinta. Termasuk tentang anak ini. Jangan pernah berani mengatakan anak ini adalah anakmu, pada siapapun atau aku akan membuat anak ini tidak akan pernah melihat dunia!" ancam Keyzia pada Gian.

Dia tahu persis Gian pasti akan menurutinya jika ia mengancam Gian dengan melibatkan anak yang ia kandung.

"Tolong jangan lakukan itu, jika kau tidak mau merawat anak itu, biarkan ia lahir ke dunia ini dan berikan saja anak itu padaku setelah ia lahir," pungkas Gian penuh pengharapan. Gian benar-benar takut kehilangan calon bayinya.

"Aku akan lahirkan anak ini, tapi kau harus mengikuti semua permainanku. Jangan pernah mengatakan tentang kejadian malam itu dan jangan pernah mengakui ini adalah anakmu, itu saja. Gampang bukan?" ucap Keyzia dengan senyum seringai  pada wajahnya.

Gian tertegun oleh permintaan Keyzia tapi setelahnya ia menyerah dan mengikuti keinginan Keyzia. Gian hanya ingin anak itu selamat. Biarlah saat ini ia mengalah dan mengikuti ucapan Keyzia.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang