BAB 34

128 2 0
                                    

Dokter segera melakukan operasi untuk menyelamatkan bayi Nadia. Aariz bersama Fathan dan Fany menunggu dengan sangat cemas. Aariz merasa sangat bersalah dalam hal ini, karena kelalaiannya, Nadia dan janinnya berada dalam bahaya.

"Siapa yang tega melakukan semua ini? aku tidak akan memaafkan siapapun yang berani mengusik istriku," kesal Aariz sambil mengepalkan tinjunya. Aariz sangat menyesal karena sampai teledor menjaga Nadia.

"Tapi ini aneh Riz, masa di kantor kamu tidak aman seperti itu. Apa pengawasan dari security di perusahaan kamu tidak terlalu baik?" sinis Fathan pada Aariz. Kali ini Fathan tidak bisa menerima kalau sampai terjadi hal buruk pada Nadia.

"Iya, benar yang dikatakan Fathan, tapi mas Aariz apa ga curiga sekiranya ada orang yang ingin mencelakai Nadia?" Fany mencoba mengingat kembali apa yang pernah terjadi pada Nadia dan Aariz.

"Setahuku Nadia tidak pernah mempunyai musuh, bahkan dia cenderung banyak di rumah," kenang Aariz.

"Hmm, bagaimana dengan Keyzia? bukankah selama ini dia sangat terobsesi denganmu? jangan-jangan dia yang melakukan semua ini," Fathan mulai curiga.

"Entahlah, aku tidak berpikiran sejauh itu. Rasanya tidak mungkin saja dia akan berbuat seperti itu," Aariz belum yakin dengan apa yang dipikirkan oleh dua temannya itu.

Di tengah-tengah percakapan mereka, tiba-tiba saja seorang perawat berteriak minta tolong.

"Dokter, tolong. Pasien yang kecelakaan kemarin histeris, ia mengamuk," ujar perawat yang bergegas menemui dokter yang berada tak jauh dari ruang operasi.

Mendengar perkataan perawat itu, sontak saja Aariz, Fathan dan Fany merasa terpanggil.

"Gian? apa yang terjadi dengannya?" mata Aariz terbelalak lebar ketika menyadari perawata itu baru saja keluar dari ruang rawat Gian.

Aariz, Fathan dan Fany bergegas menuju ke ruang rawat Gian, tapi baru saja mereka sampai di depan pintu dokter mencegat mereka.
"Maaf, pasien akan saya periksa dulu. Bapak dan ibu silahkan menunggu di luar,"

"Tapi dok, yang di dalam sana itu teman saya," sela Aariz pada sang dokter.

"Saya mengerti pak, tapi saya akan melakukan tugas saya. Mohon kerjasamanya pak," pinta dokter itu padanya.

Fathan dan Fany yang melihat kepanikan Aariz mencoba menenangkannya, "Riz, sabar. Biarkan dokter menyelesaikan tugasnya. Kita tunggu saja. Nadia juga belum selesai operasinya," pungkas Fathan sambil mengajak Aariz duduk bersamanya.

Sungguh, kali ini Aariz benar-benar dalam dilema. Di satu sisi ada istri dan anaknya yang sedang berjuang melawan maut, di sisi lain ada Gian yang saat ini kondisinya sangat labil. Aariz benar-benar sangat frustasi oleh semua kejadian yang ia alami.

Ya Allah, kenapa kau berikan cobaan bertubi-tubi padaku? tolong bantu aku, kuatkan hatiku ya Allah. Selamatkan orang-orang yang kucintai, Aariz merapalkan doa dalam hatinya. Ia merasa sangat rapuh dan kehilangan tempat bersandar.

Aariz takut kehilangan untuk yang kedua kalinya. Ia tidak mau jika sesuatu yang buruk terjadi pada Nadia ataupun Gian.

"Mas Aariz, minum dulu. Coba tenangkan pikiran dulu," ucap Fany yang baru saja mengambilkan minuman untuk Aariz. Pria itu hanya menatap nanar sambil meminum air yang diberikan Fany padanya.

"Fan, apa kamu sepemikiran denganku?" tanya Fathan saat telah berhasil menenangkan Aariz. Saat ini Fathan memberikan ruang pada Aariz untuk menenangkan dirinya. Sedangkan Fathan bersama Fany.

"Apa yang Lo pikirkan Than?" tanya Fany sedikit heran padanya.

"Ini benar-benar seperti sebuah kesengajaan. Aku merasa ada yang ingin sengaja melakukan semua ini," ucap Fathan mereka-reka apa yang ia rasakan.

"Memangnya Lo mencurigai siapa?" Fany mulai penasaran dengan apa yang dipikirkan Fathan.

Belum sempat Fathan menjawab tiba-tiba perawat datang menghampiri mereka.

"Maaf, keluarganya pak Gian yang mana?" tanya perawat sambil memperhatikan mereka satu-persatu.

"Saya sus," ujar Aariz yang langsung menyambut pertanyaan perawat.

"Bisa minta tolong dibantu pak? dari tadi pasien histeris. Sepertinya dia mengira bu Nadia adalah istrinya. Dari tadi pak Gian teriak-teriak ingin bertemu Bu Nadia," ujar perawat yang baru saja keluar dari ruang rawat Gian.

"Apa? kenapa bisa begitu? Nadia itu istri saya. Bagaimana mungkin Gian mengira Nadia istrinya?" Aariz merasa aneh dengan penjelasan perawat itu.

"Benarkan yang aku bilang. Ada yang ga beres. Pasti Keyzia telah melakukan sesuatu," ucap Fathan pada Nadia.

Sejak pertama bertemu dengan Keyzia Fathan tidak terlalu menyukai wanita itu, oleh sebab itu Fathan selalu bersikap waspada Keyzia.

"Tapi apa yang diinginkan Keyzia?" Fany merasa semakin penasaran sebenarnya ada masalah apa sepupunya Keyzia dengan Gian ataupun Nadia.

"Bagaimana kalau kita lihat keadaan Gian, biar kita tahu apa yang sebenarnya terjadi?" usul Fathan pada dua temannya itu.

Fany dan Aariz setuju, tapi saat akan menuju ke ruangan Gian, Aariz malah di panggil dokter.

"Pak Aariz, bisa kita bicara sebentar?" sapa dokter kandungan yang baru saja selesai melakukan operasi pada kandungan Nadia.

"Ada apa dok?" Aariz mendengarkan dengan saksama yang akan disampaikan dokter padanya.

"Bayi anda sudah lahir dan jenis kelaminnya perempuan. Ia masih bisa diselamatkan tapi kondisinya masih lemah. Saat ini kami memberinya alat bantu untuk bernafas karena kondisi bayi yang masih sangat rentan," jelas dokter itu pada Aariz.

DEG!!!

Mendengar ucapan dokter seketika jantung Aariz seakan berhenti berdetak. Sungguh berita tentang kondisi bayinya membuatnya takut.

"Apa anak saya akan baik-baik saja dok?" tanya Aariz lagi.

"Kamu akan berusaha semampunya kami, untuk saat ini bayi anda kami masukkan ke dalam inkubator supaya bayi anda tetap nyaman, kami akan terus memantau kondisi bayi anda," jelas dokter itu lagi.

"Istri saya bagaimana dok?"

"Istri anda baik-baik saja. Kami telah membawanya ke ruang perawatan. Saat ini kondisinya masih belum stabil. Jadi belum bisa untuk bertemu dengan banyak orang,"

"Baiklah dok, saya akan menunggu sampai semua baik-baik saja," pungkas Aariz. Kemudian ia menyusul pada Fathan dan Fany yang menunggunya untuk menemui Gian.

"Aku ikut prihatin atas apa yang terjadi pada putrimu Riz. Semua ini sangat kebetulan sekali dengan kondisi Gian," ucap Fathan menyampaikan perasaan menyesalnya.

"Tidak apa-apa, tapi sepertinya aku mesti menemui istri dan anakku dulu. Mengenai Gian, mungkin setelah urusan Nadia dan putriku selesai, aku akan menemui Gian," ucap Aariz pada dua temannya itu.

"Iya ga apa-apa mas. Biar gue sama Fathan aja yang melihat kondisi Gian," ucap Fany yang merasa iba pada Aariz. Lelaki itu tampak kehilangan semangat hidupnya. Aariz langsung down saat tahu putri kecilnya nyaris meninggal.

"Ya sudah kalau begitu. Aku minta maaf untuk semuanya, aku mau melihat kondisi Nadia dulu. Nanti aku menyusul," pungkas Aariz. Selanjutnya mereka menuju ke tempat tujuan mereka masing-masing.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang