BAB 22

151 2 0
                                    

Pagi haripun tiba, Nadia melakukan tugasnya seperti biasa untuk melayani Aariz sebelum berangkat kerja. Ia berusaha memberanikan diri untuk bertanya pada suaminya.

"Mas aku mau nanya kamu, apa mas mau jawab dengan jujur?" tanya Nadia sambil ragu-ragu, ia takut kalau membuat mood Aariz jadi tidak baik.

"Iya, kenapa sayang?" tanya Aariz sambil menikmati makanan yang dihidangkan sang istri.

"Ahm itu mas, aku sebenarnya masih penasaran  kenapa mas lama sekali pulangnya?" tanya Nadia sambil meremas ujung bajunya. Ia cukup gugup untuk melontarkan pertanyaan itu pada suaminya.

"Itu, karena aku mengantarkan temanku. Dia tiba-tiba pingsan jadi aku mengantarkannya pulang," jelas Aariz pada istrinya.

Aariz tidak berbohong dengan ucapannya. Nadia juga percaya pada sang suami, tapi tetap saja ada hal yang mengganjal dihatinya. Ia masih mengingat suara wanita yang mengangkat telponnya dari ponsel suaminya. Wanita itu mengatakan ia adalah kekasih Aariz, apakah ia harus percaya begitu saja?

"Kenapa sayang? kamu kayak memikirkan sesuatu," Aariz menangkap ada sesuatu yang sedang disimpan oleh istrinya.

"Aku hanya ingin memastikan kalau mas tidak sedang membohongiku kan?" Nadia tampak posesif ketika teringat perkataan wanita yang menjawab panggilannya di ponsel sang suami.

"Coba cerita sama aku sayang, apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?" Aariz mendekatkan tubuhnya pada sang istri, mencari tahu apa yang ingin dijelaskan oleh sang istri.

"Sebenarnya, saat mas pulang telat tadi malam aku sempat menelpon mas tapi yang mengangkat bukan kamu mas," ungkap Nadia pada sang suami.

Arris mengernyitkan dahinya, merasa bingung. Ia tidak tahu kalau istrinya menelpon tadi malam, "apa? maaf yang aku benar-benar ga tahu kalau kamu menelpon. Maafin aku ya sayang," Aariz merasa menyesal, ia segera melihat ponselnya dan benar saja. Ada panggilan masuk dari sang istri, tapi ia tidak tahu sama sekali.

Pasti ini ulahnya Keyzia. Dia pasti mengangkat panggilan masuk dari Nadia dan mengatakan hal yang tidak-tidak, gumam Aariz dalam hatinya.

"Sayang, jelaskan padaku apa ada seseorang yang mengangkat ponselku saat aku di luar semalam?" selidik Aariz pada sang istri.

"Iya mas, ada wanita yang menjawab panggilanku ke ponsel kamu mas," jelas Nadia pada suaminya. Ada rasa kecewa pada sang suami.

"Maaf yang. Aku ga pernah bohong sama kamu, memang aku mengantarkan teman wanita tapi aku tidak melakukan apapun di sana," Aariz mencoba meyakinkan sang istri. Ia merangkul istrinya untuk membuat wanita itu percaya padanya.

"Aku ga mau curiga sama kamu mas, tapi ucapan wanita itu benar-benar mengganggu pikiranku mas," adu Nadia pada sang suami. Betapa tidak kata-kata wanita itu seakan-akan menyatakan Aariz sedang berselingkuh dengannya.

"Aku tahu sayang. Pasti dia bilang yang ga benar tentang aku. Tolong yang, kamu percaya  sama aku. Aku ga pernah menduakanmu. Wanita itu sedang mengusik hubungan kita," jelas Aariz sambil menangkup kedua pipi istrinya. Aariz tidak ingin Nadia lebih mempercayai orang lain dibanding dirinya.

"Iya mas, aku percaya sama kamu. Tolong jangan pernah mengkhianatiku mas. Demi aku dan anak kita," ucap Nadia dengan sendu. Ia benar-benar takut jika Aariz berpaling darinya.

***

Aariz sangat kesal dengan apa yang telah dilakukan Keyzia. Wanita itu tidak hanya berusaha menjebaknya tapi juga mengacaukan rumah tangganya.

"Riz, tumben muka Lo lecek gitu, Lo lagi ada masalah?" sapa Gian yang melihat sahabatnya yang tampak uring-uringan pagi itu.

"Hufth gimana gue ga uring-uringan, si Keyzia bikin masalah aja!" keluh Aariz pada sahabatnya.

"Keyzia? memangnya dia bikin masalah bagaimana?" Gian semakin penasaran.

"Kemarin gue pulang agak telat karena banyak kerjaan yang belum gue selesaikan, ternyata waktu gue mau ke lift si Keyzia udah ada di dalam lift aja. Terpaksa jadinya gue satu lift sama dia," Aariz menjelaskan pada sahabatnya tentang apa yang terjadi kemarin.

"Jadi dia pulang barengan lo?" Gian terkejut dan semakin ingin tahu.

Pantesan kemarin gue tungguin buat pulang bareng ga nongol-nongol tuch cewe. Jadi dia cari kesempatan buat pulang bareng si Aariz? pikir Gian.

"Iya, dan Lo tahu apa yang dia lakukan?" sambung Aariz lagi padanya.

"Emangnya dia ngapain lagi?" Gian semakin tambah penasaran.

"Dia pura-pura pingsan, dan dengan terpaksa gue harus mengantarkannya ke apartemennya. Sialnya lagi, sampai di apartemen dia malah mencoba menjebak gue," jelas Aariz lagi pada Gian.

"Maksud Lo menjebak lo gimana?" Gian semakin penasaran. Meskipun hatinya memanas ketika mengetahui Keyzia mengganggu hubungan rumah tangga sahabatnya, tapi yang lebih membuatnya kesal saat ini adalah Keyzia berani berbuat melampaui batas.

"I ... iya, dia mencoba merayu gue untuk berbuat zina, kalau gue ga ingat istri gue waktu itu mungkin sesuatu yang buruk bakal terjadi," sesal Aariz menceritakan semuanya.

Gian yang mendengar perkataan Aariz, benar-benar menjadi sangat marah, tangannya terkepal kuat saat mengetahui apa yang akan dilakukan Keyzia pada Aariz malam itu.

***

Sementara itu, Nadia sedang berada di luar rumah. Hari ini ia berencana untuk berbelanja, tapi tanpa sengaja Fany yang baru saja keluar dari mobilnya melihat sahabatnya. Ia segera menghampiri Nadia.

"Nad, tumben Lo sendirian aja. Ga dianterin sama mas Aariz?" sapa Fany pada Nadia.

"Eh Fany. Aku cuma mau belanja harian aja Fan, kebetulan stok kebutuhan dapur udah pada abis jadi aku berencana membelinya di supermarket terdekat," jelas Nadia pada sahabatnya.

"Oh ya udah, kalau gitu gue temenin ya, kebetulan gue juga mau belanja ni. By the way, Lo lagi hamil ya?" tanya Fany yang memperhatikan perut Nadia yang mulai membesar.

"Iya Fan, aku lagi hamil ni. Udah empat bulan," jelas Nadia lagi padanya.

"Wah, selamat ya. Gue ikut bahagia mendengarnya," pungkas Fany sambil merentangkan tangan dan memeluk Nadia.

Ditengah-tengah kebahagiaan dua sahabat itu, secara tidak sengaja Fathan lewat menghampiri mereka.

"Fany, Nadia, " sapa seseorang yang baru saja melihat keberadaan mereka.

"Fathan," ucap kedua wanita itu bersamaan. Nadia dan Fany begitu senang melihat siapa yang baru saja menyapa mereka.

Terutama Fany, setiap kali menatap Fathan getar-getar cinta dalam hati Fany selalu saja membuat jantungnya berdebar-debar. Sungguh, Fany sangat menyukai pria bernama Fathan. Bagaimana Fany tidak menyukainya, pembawaannya yang tenang, wajah tampan dan karir yang mapan, jelas saja membuat tiap wanita akan meliriknya, tapi sayang Fathan belum mau membuka hatinya untuk Fany.

"Lagi apa Lo di sini Than?" tanya Fany yang merasa pemasaran pada kehadiran lelaki tampan yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Ini, gue lagi abis belanja. Kalian mau belanja juga?" tanyanya balik.

"Iya ni, tadinya gue mau belanja sendiri tapi melihat ada Nadia jadinya gue ajak Nadia belanja bareng. Kasian ni bumil belanja sendirian," celetuk Nadia pada Fathan. Lelaki itu tersenyum sambil melihat kandungan Nadia.

"Oh ya sudah, kalau begitu kita belanja sama-sama saja," ajak Fathan pada keduanya. Ia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa bersama dengan Nadia.

Ya, mungkin dengan cara seperti inilah dia bisa merasakan jalan bersama dengan Nadia, meski harus mencuri kesempatan dengan mengajak belanja bersama.

"Ayo, Nad maukan belanja bareng sama Fathan?" ajak Fany pada Nadia, wanita berhijab itu menjawab dengan anggukan.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang