BAB 7

173 6 0
                                    

Ujian semakin berat, ketika pernikahan Nadia dan Aariz terhalang restu oleh Ibunya Aaris. Akankah mereka mampu melalui ujian pernikahan itu?

Bab 7

***

"Mas Aariz, baru pulang mas?" sapa Fani saat melihat Aariz yang baru saja datang.

"Eh iya Fan, kebetulan kerjaan aku udah selesai jadinya aku pulang aja. Oh ya kamu sudah lama datang?" Aariz berbasa-basi pada tamunya.

"Ga kok mas, ini aku cuma kangen mau ketemu sama Nadia. Tadinya pengen ketemuan di mall tapi Nadia bilang lagi mengurus baby Erzha. Jadinya aku samperin aja ke sini," Aariz hanya tersenyum kecil mendengar penjelasan Fany.

Ia merasa tak enak hati dengan ucapan Fany barusan,  ada rasa sedikit bersalah pada Nadia karena kehadiran putranya malah membuat masa langkah Nadia jadi terbatas karena harus memprioritaskan bayi mungil itu dari pada dirinya sendiri.

"Ahm iya, semenjak Zuraya tiada Nadia memang mengurus putraku, bukannya aku tidak mau menggunakan jasa baby sitter untuk mengurus putraku tapi dia masih terlalu bayi untuk diurus oleh orang lain," ujar Aariz terbata.  Tidak ada alasan yang dapat ia katakan untuk menggambarkan apa yang terjadi pada Nadia di rumah itu.

"Oh begitu, kenapa mas Aariz ga menikah lagi saja. Bukankah dengan mas Aariz kembali menikah putra mas Aariz ada yang memperhatikan dan mas Aariz juga akan ada yang mengurusi di rumah?" pancing Fani ingin melihat reaksi Aariz. Membuat pria muda itu semakin gugup.

Namun, belum sempat Aariz bicara, tiba-tiba Mumtaz langsung menimpali.
"Sebenarnya anak Tante memang lagi mencari calon ibu untuk Ezhar, apa kamu punya kenalan yang cocok?"

"Ada kok Tante. Ini orangnya," tunjuk Fany pada Nadia. Begitulah sahabat Nadia ini, orangnya to the point kalau bicara. Nadia tercengang melihat sikap blak-blakan temannya itu. "Nadia kan cocok jadi ibu buat Ezhar. Lagian Tante dan Mas Aariz udah mengenal Nadia dengan baik, kenapa tidak menikahkan mas Aariz dengan Nadia saja?" lanjut Fany lagi. Membuat Mumtaz menghela nafas panjang.

Mengapa lagi-lagi pilihan yang di tuju malah pada Nadia?
"Tante itu maunya yang sepadan sama anak Tante. Ya tipenya Aariz itukan kurang lebih kayak kamu itu Fany. Bukan begitu Riz?" Mumtaz menyenggol tangan putranya untuk bicara pada Fany, tapi Aariz hanya menggaruk alisnya yang tak gatal, ia tidak menjawab sama sekali. Sedangkan Nadia hanya meremas ujung jilbabnya sambil menunduk.

"Nadia ini anak baik loh Tante, dulu aja waktu di kampus banyak cowo yang tergila-gila padanya tapi dia ga gampang jatuh cinta karena Nadia ga mau sembarangan buat menambatkan hati pada pria. Mungkin Tante belum mengenalnya lebih jauh, coba saja mas Aariz dan Nadia berkenalan lebih dekat dulu, siapa tahu nanti cocok?" jelas Fany pada Mumtaz. Membuat wanita paruh baya itu tidak bisa berkata-kata.

"Tante mau ke dalam dulu ya," ucap Mumtaz mengakhiri percakapan mereka. Ia benar-benar tidak suka jika putranya harus menikah dengan wanita yang tidak disukainya.

"Maafkan ucapan mama tadi ya, mama cuma belum siap saja jika aku menikahi Nadia. Sebenarnya aku sudah membicarakan hal ini dari beberapa hari yang lalu, tapi mama sepertinya tidak menginginkan aku menikah dengan Nadia," ucap Aariz tidak enak hati.

"Aku tahu mas, tadi Nadia sudah menceritakan semuanya padaku, tapi aku cuma berharap kalau mas menikah saja sama Nadia. Kalian sudah saling mengenal satu sama lain jadi tidak ada salahnya mencoba untuk membina rumah tangga," ucap Fany lagi pada Aariz. Aariz mengangguk paham. Ia juga mulai berpikir untuk mewujudkan pernikahannya dengan Nadia.

***

Pada malam harinya setelah menenangkan pikiran, akhirnya Aariz membuat keputusan besar dalam hidupnya. Ia mengajak Mumtaz ibunya dan Nadia untuk bicara bersama.

"Ma, setelah aku pikir-pikir, aku memutuskan untuk menikahi Nadia hari ini. Aku harap mama mau menyetujuinya," ucap Aariz membuat mata Nadia dan sang ibu terbelalak lebar.

"Apa-apaan sich kamu Riz, mama kan udah bilang mama bakal izinkan kamu menikahi wanita lain kecuali dengan Nadia!" sentak sang ibu padanya. Membuat Nadia yang berada di sana membeku di tempat. Ia tidak menduga ibunya Aariz akan menolaknya dengan sangat keras.

"Aku ga punya pilihan selain menikahi Nadia. Dia sudah banyak berjasa pada kita, terutama dalam mengurus putraku ma. Kalau bukan Nadia yang mengurusnya ga mungkin Ezhar akan baik-baik saja sampai detik ini. Tolonglah ma, berikan kami restu. Aku yakin Nadia adalah wanita yang mampu menjadi istri dan ibu yang baik bagiku dan putraku," Aariz menggenggam tangan sang ibu dengan penuh permohonan. Ia benar-benar berharap sang ibu akan luluh dan mau menerima Nadia sebagai istrinya.

"Tapi Riz, dia itu ga selevel sama kamu. Coba lihat cara dia berpenampilan. Jauh berbeda dari Zuraya. Kamu dan Zuraya itu sangat modis sedangkan dia... " Mumtaz tidak melanjutkan kata-katanya dan hanya menoleh ke samping.

Nadia cukup tertegun oleh ucapan Mumtaz. Ingin sekali ia menjawab tapi sebagai seorang wanita yang berattitude ia lebih memilih diam. Bahkan sekarang Nadia ingin pergi dari sana, namun dengan cepat Aariz menggenggam tangannya. Nadia menatapnya dengan penuh tanda tanya, Aariz tidak mau melepaskan genggamannya seakan memintanya untuk tetap bersamanya saat ini. Nadia mengurungkan niatnya dan tetap bertahan disana meskipun entah penolakan macam apa lagi yang akan diucapkan Mumtaz padanya nanti.

"Ma, jangan selalu menjadikan Zuraya sebagai patokan untuk wanita yang menjadi istriku, aku juga mempunyai pilihan sendiri untuk kehidupanku. Ku mohon ma biarkan aku mencoba menjalani kehidupanku bersama Nadia," pinta Aariz dengan sungguh-sungguh pada sang ibu. Ia sangat serius untuk menikahi adik dari mantan istrinya itu.

"Ya sudah, kalau memang begitu keputusanmu, mama akan ikut tapi mama mau mengajukan syarat untuk Nadia," pungkas Mumtaz mengalah demi kebahagiaan putranya.

"Apa ma? asalkan mama memberi restu aku akan lakukan apapun demi mama," Aariz merasa sangat senang karena sang ibu mau sedikit melunak padanya.

"Mama mau saat pernikahan kalian nanti Nadia ga memakai miqabnya itu. Mama merasa terganggu dengan miqabnya itu," ucap Mumtaz sambil melirik pada Nadia.

Aariz ikut menatap pada Nadia meminta persetujuan pada wanita yang akan dinikahinya nanti.
"Baik tante, jika itu yang Tante mau saya ga keberatan jika harus membuka miqab saat menikah nanti," Nadia langsung menyetujui permintaan calon mertuanya itu.

"Baiklah, mama merestui pernikahan kalian," ucap Mumtaz dan seketika wajah tegang Aariz berganti dengan senyum sumringah. Ia benar-benar lega karena sang ibu mau meluluskan permintaannya.

"Alhamdulillah Nad, akhirnya mama menyetujui pernikahan kita," ucap Aariz penuh kegembiraan pada calon istrinya. Dijawab dengan anggukan dan senyuman manis dari Nadia.

Entah mengapa Aariz merasa ada getaran yang tidak biasa dalam hatinya saat melihat senyuman dari Nadia. Sangat menenangkan hatinya.

Judul: Menjadi Istri Pengganti
Penulis: Dina 0505

Link:
https://read.kbm.id/book/read/a23a19a2-22a3-4f06-b993-51685ae7a993/7f60c085-5e77-4405-bdae-1aa157d16463

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang