BAB 38

122 1 0
                                    

Selesai melihat kondisi Gian dan Amar, Aariz memutuskan untuk kembali bersama Nadia. Keadaan Gian sudah mulai membaik, dan dirinya kini sudah mulai bisa bergerak meskipun harus menggunakan kursi roda, tetapi demi kesembuhan Gian Aariz memutuskan untuk membawa Gian bersamanya pulang. Supaya bisa mengawasi kondisi kesehatan Gian.

Sementara Amar masih berada di rumah sakit karena cidera di bagian kepalanya masih belum pulih dan harus mendapatkan perawatan. Aariz membayar seseorang untuk menjaga Amar dan untuk keamanan Amar agar tidak terhindar dari orang-orang yang ingin mencelakainya, Aariz meminta polisi untuk berjaga.

***

"Apa kalian sudah memastikan orang suruhan Aariz itu benar-benar telah tiada?" tanya seorang wanita yang tengah berada di sebuah rumah tua.

Ia sengaja mengadakan pertemuan di rumah tua untuk menghindari jangkauan khalayak ramai, agar tidak ada yang mencium perbuatan jahatnya.

"Sudah nyonya, kami dapat pastikan kecelakaan itu pasti akan membuatnya tiada," ujar Leo, yang merupakan ketua dari preman yang dibayar oleh Keyzia untuk melenyapkan Amar.

"Sungguh? aku dengar pria itu lolos dari kematian," Keyzia masih belum percaya dengan kinerja orang suruhannya itu.

"Benar nyonya, tapi keadaannya cukup parah. Ia mengalami koma," jelas Leo kembali.

"Kalau begitu kau harus membuatnya tiada," ujar Keyzia kembali. Ia begitu kesal saat mengetahui Amar bisa lolos dari kematian.

Namun, baru saja Keyzia hendak berencana tiba-tiba bunyi sirine polisi begitu jelas terdengar di telinga Keyzia dan teman-temannya. Mereka bergegas hendak melarikan diri.

"Jangan bergerak! tempat ini sudah di kepung,  kalian semua menyerahlah!" titah salah satu komandan polisi yang mengacungkan senjatanya pada Keyzia dan kawanan preman.  Di sana sudah beberapa polisi berpencar mengelilingi setiap sisi ruangan agar mereka tidak melarikan diri.

Argh!!! sial mengapa polisi ini bisa berada di sini? seharusnya tidak ada polisi di sini. Gerutu Keyzia saat melihat banyak polisi disekeliling mereka.

"Pak tangkap saja mereka! mereka ini para pelaku yang sudah mencelakai Nadia dan teman-temannya," dalih Keyzia berpura-pura seakan dirinya yang telah berjasa menangkap para penjahat.

"Ayo cepat tangkap mereka semua," titah Komandan polisi itu pada anggotanya.

"Anda juga harus ikut bersama kami," ujar komandan polisi itu sambil membekuk tangan Keyzia.

"Apa-apaan ini pak? saya kenapa ditangkap? saya ga terlibat di sini," ujar Keyzia sambil berontak. Ia berusaha melepaskan tangannya yang dicekal oleh polisi.

"Anda bisa menjelaskan semuanya di kantor polisi," tegas polisi itu sambil menggiring Keyzia ke kantor polisi.

"Lepaskan saya! saya tidak bersalah!" Keyzia masih saja berontak dan mencoba melepaskan diri tapi tetap tidak bisa karena polisi telah memborgol tangannya.

Dan saat tiba di depan pintu gudang, betapa terkejutnya dirinya, saat melihat Fany dan Fathan yang berada di depan pintu gudang.

"Kalian! apa kalian yang melakukan semua ini?" Keyzia menggeram dengan tatapan tajam pada dua orang yang berada dihadapannya. Ia benar-benar tidak bisa menerima diperlakukan seperti seorang penjahat.

"Keyzia, gue ga pernah menduga kalau Lo akan berbuat sejahat ini. Lo tahukan Nadia itu sahabat gue, kenapa Lo tega melakukan semua ini padanya dan juga bayinya yang tidak berdosa?" Fany yang melihat Keyzia cukup merasa kasihan tapi mengingat kejahatan yang dilakukan Keyzia, Fany juga tidak mau membiarkan Keyzia tetap bebas. Ia harus mendapatkan hukuman atas perbuatannya.

"Kenapa Lo menuduh gue dalang dari semuanya? gue ini saudara Lo! sepupu lo Fany! gue ga nyangka Lo bisa berbuat seperti ini karena sahabat Lo yang kampungan itu!" Hardik Keyzia pada Fany. Ia masih saja berusaha menjelek-jelekkan Nadia.

Jelas-jelas semua kesalahan itu karena obsesinya yang berlebihan pada Aariz tapi tetap saja Keyzia membenarkan perbuatannya.

"Sudah Fan, ga ada gunanya kita berdebat dengannya. Biarkan saja pihak yang berwajib menjalankan tugas mereka," pungkas Fathan menengahi perdebatan mereka.

"Lihat saja, gue akan balas Lo semua! Gue bakalan menghancurkan hidup Lo!!!" ancam Keyzia dengan wajah penuh dendam pada Fany dan Fathan. Lalu polisi menggiringnya ke kantor polisi.

Fany hanya bisa menangis saat melihat saudara sepupunya harus mendekam dibalik jeruji besi, tapi tidak ada pilihan lain untuk membuat Keyzia jera.

*Flashback on*

Beberapa jam sebelum penangkapan Keyzia, Fany dan Fathan kembali dari rumah sakit, tapi saat dalam perjalanan pulang mereka melihat Keyzia terburu-buru dan mengawasi sekelilingnya untuk pergi ke suatu tempat.

"Than, Lo lihat itu Keyzia bukan?" tanya Fany yang merasa penasaran dengan wanita yang mengenakan jas hitam dan masker hitam serta kaca mata hitam yang bertengger dihidung mancungnya.

"Ga jelas Fan, remang-remang gitu," ujar Fathan merasa ragu.

"Tapi beneran Than itu Keyzia. Mau kemana dia selarut ini?" Fany bertanya-tanya. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sepupunya itu.

"Apa jangan-jangan dia mau menghilangkan barang bukti?" Fathan yang mulai bisa melihat Keyzia yang terlihat dari sorotan lampu yang redup, mulai curiga.

"Barang bukti apa lagi?" Fany semakin penasaran.

"Bagaimana kalau kita ikuti dia saja?" usul Fathan pada Fany. Gadis muda itu menyetujui ucapan Fathan. Mereka segera mengikuti kemanapun Keyzia pergi.

Keyzia yang tidak menyadari kehadiran Fany dan Fathan tidak merasa curiga sedikitpun kalau dirinya sedang dibuntuti, dan benar-benar saja. Sesampainya di sebuah rumah kosong yang lebih tepatnya bisa disebut gudang,  ada beberapa orang preman yang menemui Keyzia. Fany dan Fathan cukup terkejut karena mengira para preman itu akan mengganggu Keyzia.

Ternyata dugaan mereka itu salah. Para preman itu malah memberi hormat pada Keyzia. Melihat para preman yang begitu tunduk pada Keyzia, Fany dan Fathan mencoba memberanikan diri untuk lebih dekat mendengar pembicaraan mereka.

Dan betapa terkejutnya Fany, ketika ia mendengar langsung penuturan sepupunya itu kalau dirinyalah otak dibalik semua kejahatan itu. Ketika Aariz memperlihatkan bukti rekaman CCTV, tidak terlihat jelas Keyzia yang meracuni makanan Nadia, karena  rekamannya tidak begitu jelas. Mungkin saja, Keyzia menyuruh seseorang memotong bagian dimana rekaman saat ia melakukan kejahatan atau mungkin tidak terekam karena di pantry.

Namun, setelah mendengar langsung pengakuan Keyzia bersama para preman suruhannya, hati Fany dibuat mencelos oleh saudara sepupunya itu. Ia tidak menduga sepupunya akan berbuat senekat itu.

Merasa kesal karena kelakuan Keyzia yang sudah melampaui batas, Fany berinisiatif untuk menelpon polisi.

"Fany, apa yang kamu lakukan?" tanya Fathan yang merasa heran dengan sahabatnya itu.

"Gue lagi menelpon polisi. Keyzia ga bisa ditolerir lagi. Ini udah pelanggaran hukum berat. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya!" ucap Keyzia dengan suara bergetar menahan tangis. Ia tidak menduga saudara sepupu yang sedari kecil tumbuh bersamanya mempunyai watak kriminal seperti itu.

"Lo yakin mau menelpon polisi?" tanya Fathan memastikan kembali.

"Gue yakin Than. Udah saatnya Keyzia mempertanggungjawabkan perbuatannya," dengan memantapkan hati Fany menghubungi nomor polisi dan tidak butuh waktu lama nada sambung terdengar. Selanjutnya Fany menjelaskan tentang semua kejadian yang baru saja ia dengar pada polisi dan satu jam kemudian komandan polisi bersama para anggotanya menangkap Keyzia tanpa perlawanan berarti.


Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang