Aku dipertemukan kembali dengan wanita yang sempat kukagumi selama kuliah, tidak kusangka akan bertemu saat dirinya telah bersanding dengan pria lain. Sakit rasanya, tapi aku bisa apa?
Bab 10
***
VOP FATHAN
Setelah bertemu dengan Nadia. Hatiku semakin tidak karuan aku berharap bisa bertemu Nadia sekali lagi untuk mengungkapkan isi hatiku padanya. Entah mengapa setelah sekian lama tidak bertemu kerinduanku semakin dalam padanya. Sungguh aku jatuh hati padanya.
Tadinya aku berniat untuk mengajaknya makan malam bersamaku, tapi belum sempat aku menyampaikan niatku, Nadia tampak terburu-buru untuk segera pergi. Sepertinya dia sedang ditunggu seseorang. Akupun mengurungkan niatku. Mungkin esok hari aku bisa bertemu dengannya lagi.
***
Aku menuju ke rumah orang tuaku untuk beristirahat. Hari ini aku ada kunjungan untuk bertemu klien di Jakarta dan aku memilih rumah orang tuaku untuk beristirahat.
Dalam perjalanan pulang, wajah Nadia selalu terbayang-bayang dalam pelupuk mataku. Entah mengapa dia terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Aku benar-benar tak sabar untuk bertemu dengannya lagi.
Aku berinisiatif untuk menghubunginya melalui nomor yang pernah ku miliki dulu, tapi tidak ada tanda-tanda ia akan mengangkat ponselnya. Aku kira Nadia pasti sedang beristirahat. Akupun memutuskan tidak menghubunginya lagi malam itu.
Saat pagi menyapa, pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Aku bergegas membukakan pintu.
"Fany?" sapaku pada wanita cantik berambut sebatas dada. Aku terkejut ketika melihatnya berada di depan pintu rumahku."Sorry gue ganggu Lo pagi-pagi buta begini. Gue mau kasih undangan buat Lo," ucapnya padaku sambil menunjukkan sebuah kartu undangan.
Ku ambil kartu undangan itu dan ku buka lalu ku baca perlahan isinya. Betapa terkejutnya aku saat melihat nama sipemilik kartu undangan itu adalah Aariz dan Nadia.
"Ini pernikahannya Nadia?" tanyaku pada Fany yang masih menunggu reaksiku.
"Iya, Nadia akan menikah Minggu depan. Gue kan udah bilang kalau Nadia akan menikah," jelas Fany kembali padaku.
"Ah, gue pikir belum ditentukan tanggal pernikahannya, tapi kenala terburu-buru seperti ini?" aku masih belum terima dengan kenyataan bahwa Nadia akan menjadi istri orang lain.
"Itu karena mas Aariz merasa tidak enak hati pada Nadia. Diakan udah lama tinggal di rumah mas Aariz semenjak kak Zuraya meninggal,"
"Apa? kak Zuraya sudah meninggal?" aku terperangah mendengar penjelasan Fany.
"Iya, kak Zuraya udah meninggal setelah melahirkan Ezhar kak Zuraya mengalami pendarahan hebat sehingga membuatnya tidak mampu bertahan. Kak Zuraya berpesan pada Nadia untuk menikah dengan mas Aariz tapi waktu itu Nadia belum menyetujuinya. Sampai pada suatu ketika mas Aariz mendengarkan banyak gunjingan tentang Nadia dari para tetangga. Akhirnya mas Aariz memutuskan untuk menikahi Nadia," jelas Fany panjang lebar padaku.
DEG!!!
Hatiku terasa bagai ditusuk belati mendengar semua perkataan Fany. Aku tidak pernah mengira Nadia mau menerima pernikahan itu. Padahal seingatku dia tidak pernah mau membuka hatinya untuk pria manapun, tapi kali ini hanya dengan kehadiran sosok bayi mungil itu, Nadia mau menikah dan menjadi ibu pengganti.
Rasanya aku ingin sekali marah dan menggagalkan pernikahan itu tapi ketika aku mengingat bayi mungil yang di gendong Nadia malam itu aku mengurungkan niat burukku.
"Fathan Lo dengerin gue ga? dari tadi gue ngomong kayak radio rusak aja ga ada jawaban dari Lo," omel gadis itu padaku.
Aku tidak bermaksud mengabaikannya tapi hatiku terasa begitu sesak ketika mendengarkan Nadia menikahi mantan kakak iparnya.
"Iya gue dengar Fan, tapi ini dadakan banget. Gue hampir ga percaya kalau dia bakal menikah secepat ini," lirihku padanya. Rasanya aku tidak sanggup untuk berdiri saat ini. Tubuh terasa lemah tak berdaya, tapi aku tidak mungkin menunjukkan kesedihanku padanya.
"Mungkin udah begitu jalan takdirnya. Lo pasti patah hati ya. Jangan sedih Than, masih banyak cewe yang lebih baik dari Nadia. Gue yakin kok, Lo bakal dapatkan wanita yang jauh lebih baik," ucap Fany memberikan dukungan padaku.
"Iya Fan. Makasih ya, udah mengantarkan undangan inj buat gue," aku hanya tersenyum getir menjawabnya.
"Janji ya, Lo datang ke pernikahan itu jangan sampai ga datang," Fany memastikan kembali padaku dan aku menjawab dengan anggukan.
Setelahnya Fany beranjak dari rumahku.***
Malam harinya aku hanya terjaga, mata ini tidak mau berkompromi. Aku membolak-balikkan tubuhku untuk mencari posisi nyaman saat tidur tapi aku tidak bisa memejamkan mata sedikitpun.
Pikiranku kembali pada Nadia. Ingin sekali aku mengatakan padanya untuk menghentikan pernikahan itu tapi aku sendiri tidak mempunyai ikatan apapun dengannya. Aku bangkit dan menatap jam dinding.
Kulihat jam menunjukkan pukul dua belas malam. Aku membuka layar ponselku. Masih sama seperti yang dulu. Aku menggunakan foto selfi bersama Nadia saat kuliah dulu sebagai walpaperku.
Jantungku berdegup kencang saat menatap wajah indah milik Nadia. Aku sungguh sangat mencintainya tapi sekarang semuanya sudah terlambat. Harapan yang kupupuk untuknya kini pupus sudah.
Aku usap wajah yang terlihat diponselku. Tanpa terasa air mataku pun berlinang menatap wajah itu. Sungguh hatiku hancur saat ini tapi aku tidak boleh cengeng aku harus kuat dan aku harus menunjukkan pada Nadia kalau aku akan datang saat hari pernikahannya nanti.
Aku segera mempersiapkan mental dan hati untuk menghadiri acara pernikahan Nadia. Aku harus bisa menjadi teman yang baik untuknya.
Ketika sampai di acara akad nikah Nadia, aku melihat Fany telah sampai terlebih dahulu. Gadis itu nampak sedang mempersiapkan acara untuk pernikahan Nadia. Aku menghampiri mereka.
Aku menatap wajah Nadia yang terlihat cantik dengan balutan gaun pengantin.
"Nad, bisa kita bicara sebentar?" pintaku pada gadis itu.
"Kamu mau bicara apa Fathan?" Nadia merasa heran memperhatikanku.
"Hanya sebentar Nad, aku mau bicara empat mata denganmu," pintaku lagi.Fany yang mengerti keadaanku langsung pergi meninggalkan kami berdua. Nadia tampak gugup tapi aku langsung mendekatinya.
"Aku hanya ingin bilang kalau sebenarnya aku menyukaimu Nad, tapi mungkin sudah terlambat untuk menyatakan perasaanku disaat seperti ini. Aku cuma mau kamu tahu aku akan selalu mendukung apapun yang kamu lakukan," ungkapku meluapkan isi hatiku padanya. Nadia hanya mengangguk dan menatap sendu padaku.
Setelah mengungkapkan perasaanku akupun pergi. Aku tidak ingin menunjukkan rasa sedihku padanya aku takut Nadia akan menganggap aku tidak bisa menerima bahwa ia akan menikah. Aku tidak mau menjadi penghalang untuk kebahagiaannya.
Judul: Menjadi Istri Pengganti
Penulis: Dina 0505Link:
https://read.kbm.id/book/read/a23a19a2-22a3-4f06-b993-51685ae7a993/c7734674-c886-4608-8100-95f618784b34
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Istri Pengganti (Tamat)
Romansa"Berjanjilah kau akan menikah dengan Aariz dan menjadi ibu dari putraku Ezhar, setelah aku tiada. aku sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit ini," pinta Zuraya saat ia baru saja melahirkan putra satu-satunya. Zuraya mengalami plasenta previa, a...