BAB 41

97 2 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu keadaan Keyzia semakin membaik. Kini, wanita berparas cantik dengan rambut panjang sebahu itu telah menunjukkan progres setelah di rawat selama satu Minggu pasca insiden penyerangan di lapas.

"Baiklah nona Keyzia, setelah merujuk pada berkas perkara anda. Kami nyatakan anda dibebaskan dari hukuman. Selamat ya, karena penuntut telah mencabut berkas perkara anda," jelas komandan polisi yang baru saja menyatakan bahwa Nadia telah mencabut tuntutannya.

Baru saja Keyzia melangkahkan kakinya keluar lapas, sudah ada Nadia, Aariz, Gian, Fany dan Fathan yang menyambut kedatangannya. Ada rasa malu yang kini menyelimuti hatinya mengingat kesalahan yang telah ia perbuat tapi walau bagaimanapun juga Keyzia harus bisa berbesar hati. Ia melangkahkan hati menghampiri mereka.

Nadia menyambutnya dengan mengulurkan kedua tangannya pada Keyzia dan wanita muda itu langsung berhambur ke pelukan Nadia.

"Maafin aku Nad, aku benar-benar menyesal karena selalu menyusahkanmu. Aku bahkan menyakiti semua orang demi semua obsesiku," ujar Keyzia sambil mempererat pelukannya dan terisak. Sungguh Keyzia benar-benar sangat malu pada Nadia.

"Sudah, jangan ingat lagi peristiwa kemarin. Anggaplah itu sebagai pelajaran berharga bagi kita semua. Aku sudah memaafkanmu sebelum kamu meminta maaf," Nadia merenggangkan pelukannya dan menyeka air mata Keyzia. Ia benar-benar merasa iba pada wanita muda itu.

"Aariz, Fany, Fathan, aku minta maaf pada kalian. Aku sudah banyak menyusahkan kalian semua," ucap wanita itu lagi pada semua yang ada di sana.

"Kami juga sudah memaafkanmu Keyzia," ujar Aariz yang disambut dengan anggukan serta senyuman tulus dari Fany dan juga Fathan.

"Sekarang kamu sudah siap sayang?" tanya Gian yang tidak lagi ragu untuk memanggil sayang pada akeyzia dihadapan semua orang. Sontak saja semua yang ada di sana merasa terperanjat oleh sikap Gian.

"Apa? Lo panggil apa ke sepupu gue?" tanya Fany penasaran pada Gian.

"Emang ada yang salah ya sama ucapan gue?" Gian menunjukkan wajah datarnya. Meskipun dalam keadaan seperti sekarang ini, ia tetap saja suka bercanda.

"Ga salah juga sich. Emangnya sejak kapan Lo jadian sama sepupu gue? kok kami ga pernah tahu?" tanya Fany lagi.

"Apaan sich Fan, malah nanya-nanya kayak gitu? Lo sendiri kapan tuch nikah sama pak Fathan?" Cheryl yang merasa tidak terima Fany terlalu kepo padanya langsung mengalihkan pembicaraan pada hubungan Fany dan Fathan.

"Wah benar banget nich. Kayaknya akhir-akhir ini kalian udah sering terlihat bersama. Apa kalian memang sudah menjalin hubungan serius?" Aariz yang sudah melihat kedekatan Fany dan Fathan merasa curiga, karena tidak sekali atau dua kali ia memergoki keduanya bersama-sama tapi sudah terlalu sering. Hanya saja Aariz belum sempat menanyakan langsung pada mereka.

Fany hanya menatap ke arah Fathan, ia tidak berani mengatakan yang sebenarnya, masih merasa canggung. Namun, tangannya tampak memberikan isyarat pada Fathan.

"Ya, sebenarnya kami memang sudah berencana untuk meresmikan hubungan kami, tapi aku harus menemui orang tua Fany dulu," jelas Fathan sambil menggenggam tangan Fany.

"Wah kalau begitu selamat ya, akhirnya kalian jadian juga. Kamu tahu ga Fathan, sebenarnya Fany itu udah dari lama suka sama kamu. Dari semenjak kita kuliah dulu," jelas Nadia, yang sontak saja membuat wajah Fany memerah.

"Eh, ga kok. Itu ga benar. Nadia bohong, mana mungkin gue suka sama orang yang kaku dan super cuek. Susah didekatin," olok Fany pada Fathan. Ia sengaja bicara seperti itu menutupi perasaannya. Nadia dan Aariz tersenyum memperhatikan wajah Fany yang bersemu merah.

"Jadi kamu ga pernah suka sama aku? ya sudah kalau begitu Lo dan gue end," ucap Fathan sambil mengarahkan telapak tangannya ke leher.

Semua orang terkekeh melihat kelakuan Fathan. Entah sejak kapan lelaki dingin sepertinya mulai pandai bercanda seperti itu? mungkin efek kedekatannya dengan Fany membuatnya tidak kaki lagi.

"Eh.... awas ya kalau kamu berani. Aku aduin kamu ke Tante Meylani," ucap Fany sambil mengerucutkan bibirnya kesal. Fathan hanya tersenyum sambil mengusap kepala Fany.

Semenjak kejadian kecelakaan Gian waktu itu, ternyata Fany mulai dekat dengan orang tua Fathan karena Fathan telah mengenalkan Fany pada ibunya dan Meylani ibu dari Fathan juga menyukainya.

"Wah kayaknya udah pada pedekate ni kalian. Fany udah tahu nama calon mertuanya," canda Aariz pada Fany yang keceplosan menyebutkan nama ibunya Fathan. Fany hanya tersenyum memperhatikan Fathan.

"Jadi kapan ni undangan pernikahan kalian akan disebar?" canda Gian lagi pada Fany dan Fathan.

"Kalian tunggu aja tanggal mainnya. Nanti juga bakalan diundang kok," ucap Fathan sambil melirik ke arah Fany yang tampak malu-malu. Semenjak mulai dekat dengan Fathan sifat tomboy Fany mulai berkurang dan sekarang gadis itu tampak lebih feminim dari sebelumnya.

"Selamat ya, akhirnya kalian jadian juga," ujar Cheryl meluapkan kebahagiaannya pada Fany dan Fathan.

***

Setelah menjemput kepulangan Keyzia, Gian mengajak bicara empat mata dengan Cheryl mengenai pernikahan mereka. Seperti yang telah mereka bicarakan sebelumnya, kalau mereka berencana untuk menikah.

"Sayang, aku mau mengajakmu menemui orang tuaku. Aku ingin kita membahas tentang pernikahan kita. Bagaimana menurutmu?" tanya Keyzia yang baru saja duduk di dekat Gian.

Saat ini Keyzia berada di apartemen Gian. Ia sengaja menginap di sana untuk menemani Gian, karena mereka berencana untuk menemui orang tua Kezia guna membahas pernikahan mereka.

"Ahm, iya sayang. Sebenarnya aku juga ingin membicarakan hal itu padamu, tapi ada keraguan yang masih mengganjal dihatiku," lirih Gian pada Keyziq.

"Memangnya apa yang kamu pikirkan? coba bilang padaku," tatap Keyzia serius pada Gian.

"Sebenarnya, aku merasa minder dengan keadaanku sekarang. Aku dengan keadaanku yang seperti sekarang ini, apa pantas bersamamu?" tanya Gian yang merasa tidak percaya diri. Ia cukup sadar diri dengan kondisinya yang masih harus bergantung dengan kursi roda dan keterbatasan gerak-geriknya membuat Gian merasa rendah diri.

"Jangan berkata seperti itu. Kita sudah sepakat kalau kita akan membesarkan anak kita bersama. Kenapa kamu ragu?" raut wajah Keyzia yang tadinya terlihat bahagia kini tampak muram. Ia takut kalau Gian akan membatalkan pernikahan mereka.

"Tidak sayang, aku tidak ragu untuk menikahimu. Malahan aku sangat menantikan pernikahan ini, tapi kamu tahu bagaimana kondisiku saat ini? apa orang tuamu mau menerima menantu cacat sepertiku?" Gian tampak gugup dan ragu.

"Ssstt... jangan berkata seperti itu. Aku akan menjelaskan semuanya. Kamu harus yakin kalau kita akan menjalaninya bersama-sama. Kamu tidak perlu takut, aku akan menjelaskan semuanya pada orang tuaku. Tolong berikan kepercayaan padaku agar semuanya bisa berjalan dengan lancar," imbuh Keyzia padanya.

Perkataan Keyzia cukup membesarkan hati Gian, tapi sebagai laki-laki ia juga tidak ingin menyusahkan Keyzia. Gian hanya ingin pernikahannya dengan Keyzia berjalan dengan lancar.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang