BAB 28

125 2 0
                                    

Ancaman Keyzia bagaikan sebuah hantaman yang cukup menyakitkan dan menyesakkan dalam kepala Gian. Ia masih mencari cara untuk membuat gadis itu tidak mengusik kehidupan Aariz dan Nadia.

Sebegitu gilanya Keyzia mencintai Aariz hingga ia harus melibatkan bayi tak berdosa dalam kandungannya?

Gian yang merasa kecewa kini mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi ia meluapkan semua emosinya dengan mengendarai mobil sekencang mungkin, hingga pada satu arah yang berlawanan sebuah truk menabrak mobil yang dikemudikan Gian.

"Pak ... pak, apa anda baik-baik saja?" tanya seseorang menghampiri mobil Gian sembari mengetuk kaca mobil Gian, tapi orang yang berada didalam mobil tak menyahut hanya terlihat wajah yang dipenuhi dengan darah segar.

Mobil yang dikendarai Gian tampak ringsek tak berbentuk. Masyarakat di sekitar jalan raya berhamburan melihat kecelakaan maut yang mengeluarkan bunyi dentuman sangat keras.

"Dia tidak bergerak sama sekali, sepertinya orang itu terjepit di dalam sana," ujar warga yang lainnya.

Disela-sela kekacauan itu, seorang pria yang sedang mengendarai mobil muncul. Melihat kerumunan dijalanan, membuat pria itu merasa terpanggil untuk mengetahui apakah gerangan yang sedang terjadi. Iapun segera menepikan mobinya, dan turun dari mobil.

"Pak apa yang terjadi?" tanya pria itu pada salah satu warga yang berada disekitar tempat kejadian.

"Baru saja terjadi kecelakaan mas, sepertinya lelaki yang mengendarai mobil itu tidak sadarkan diri dan ia terjepit didalam," pungkas orang itu.

"Boleh saya lihat?" tanya lelaki itu lagi. Ia merasa seakan mengenali mobil itu.

"Silahkan pak," sahut warga itu lagi.

Lelaki itu segera memeriksa plat mobil itu, seketika hatinya bergetar ia semakin yakin kalau mobil itu adalah milik seseorang yang sangat ia kenal.

"Pak apa pintu mobilnya bisa di buka?" tanya pria itu lagi.

"Tidak pak, mobilnya terkunci dari dalam,"

"Kalau begitu izinkan saya mengambil tindakan, sepertinya saya mengenali orang yang berada di dalam mobil itu, " pinta lelaki itu. Setelah mendapatkan persetujuan dari warga iapun langsung mengambil sebuah batu besar yang berada di sekitaran jalanan lalu memecahkan kaca mobil.

"Gian!" teriak pria itu. Ternyata benar dugaannya, lelaki di dalam mobil itu adalah kliennya. 

Terjadi sedikit kesulitan saat mengeluarkan Gian dari dalam mobil, karena kakinya terjepit dengan bagian kemudi. Para warga ikut membantu, dengan sangat pelan mereka mengeluarkan kaki Gian yang terjepit, nampak darah membanjiri kaki pria muda yang kini sedang tak sadarkan diri.

Si penyelamat langsung membawa Gian ke rumah sakit, sementara itu si pengemudi truck tidak mengalami luka yang parah, tapi tetap saja ia harus dibawa ke rumah sakit, dan warga membawanya ke rumah sakit dengan ambulance.

***

Sesampainya di rumah sakit, Gian langsung di bawa ke UGD, ia mendapatkan penanganan yang sangat serius. Pria itu tampak kebingungan karena apa yang terjadi pada Gian saat ini. Ia mondar-mandir menunggu dokter yang memeriksa Gian.

Setelah setengah jam berlalu, dokter keluar dari UGD dan menghampirinya, "Pak, apa anda yang mengantarkan pasien yang mengalami kecelakaan tadi?"

"Benar dok, bagaimana keadaan teman saya?" tanya lelaki itu penasaran.

"Pasien mengalami patah tulang kaki, sepertinya kami harus mengoperasinya secepatnya. Apa ada pihak keluarga yang bisa dihubungi untuk melakukan proses administrasinya?" ujar dokter memberikan penjelasan.

Lelaki itu berpikir keras. Ia bingung harus menghubungi siapa. Akhirnya ia mendapatkan ide untuk menghubungi Aariz, pada awal menghubungi Aariz, nomor Aariz tidak aktif karena saat ini Aariz sedang berlibur ke luar negeri.

Namun tidak putus asa, ia mencoba beberapa kali hingga akhirnya tersambung.
"Ya halo, siapa ini malam-malam menelpon?" sahut seseorang di seberang sana.

"Maaf pak Aariz, saya mengganggu istirahat anda. Saya Fathan,  saat ini saya berada di rumah sakit, pak Gian mengalami kecelakaan,"

DEGG!!!

Aariz terkesiap dengan ucapan Fathan. Ia tidak menduga sahabatnya akan mengalami kecelakaan.

"A ... apa? kecelakaan? bagaimana bisa?" tanya Aariz dari kejauhan.

"Saya tidak tahu pasti kronologis kecelakaannya. Saat saya berada ditempat kejadian, pak Gian sudah dalam keadaan terluka parah. Saat ini dokter memerlukan persetujuan keluarga untuk menandatangani berkas operasinya. Apa anda bisa menghubungi keluarganya?"

Aariz ingat, Gian tidak memiliki keluarga di Jakarta. Ia tinggal sendirian.

"Gian sudah tidak memiliki keluarga. Orang tuanya sudah lama meninggal dan adiknya juga sudah tiada. Hanya saya keluarga satu-satunya tapi saya sedang berlibur ke luar negeri saat ini.  Bagaimana untuk sementara anda saja yang membantunya? besok saya akan kembali ke Indonesia dan mengurus semua pengobatan Gian," pinta Aariz pada Fathan dengan sangat memohon. Aariz benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya.

"Baiklah kalau begitu saya akan mengurusnya,"

Setelah menyetujui pengurusan operasi Gian, akhirnya Gian segera di operasi.

***

Malam itu Fathan memutuskan untuk menandatangani berkas operasi Gian dan menunggu hingga operasi Gian selesai.

"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Gian yang merasa sangat khawatir akan keadaan Gian.

"Teman anda sudah melewati masa kritisnya. Hanya saja ia belum mendapatkan kesadarannya karena masih terpengaruh obat bius," jelas dokter muda itu pada Fathan.

Setelah operasi selesai, tampak brankar yang terdapat Gian diatasnya akan segera di pindahkan ke ruang ICU, Gian harus mendapatkan perawatan yang intensif. Fathan memperhatikan Gian yang begitu menyedihkan. Entah apa yang terjadi hingga lelaki yang selalu terlihat ceria itu harus mengalami hal buruk ini. Hati Fathan bermonolog sendiri.

"Lalu bagaimana dengan kakinya dok?" ingat Fatan akan kecelakaan tadi. Ia melihat bagaimana kaki Gian yang terjepit dengan bagian depan mobil.

"Kecelakaan itu cukup parah, terjadi kerusakan pada tulang panggul hingga bagian kaki tuan Gian, dan ia harus mengenakan kursi roda," pungkas dokter itu.

"Apa? maksud anda Gian mengalami kelumpuhan?" Fathan terkejut mendengar ucapan dokter barusan.

Meskipun ia tidak begitu mengenal Gian, tapi rasa kemanusiaan yang berada dalam dirinya terpanggil begitu saja. Saat ia mengetahui Gian mengalami kelumpuhan hatinya merasa miris dan iba pada Gian.

"Benar, kelumpuhan yang dialami tuan Gian cukup serius dan kami tidak bisa memastikan apakah ia bisa kembali berjalan seperti semula atau akan mengalami kelumpuhan seumur hidup, tapi kami akan berusaha semampunya kami memberikan pengobatan terbaik," jelas dokter itu lagi pada Fathan.

"Baiklah dok, kalau begitu lakukan yang terbaik untuk teman saya," pinta Fathan dengan penuh permohonan.

Bagaimana aku akan menyampaikan pada Aariz tentang keadaan Gian. Ini pasti sangat menejutkannya, gumam Fathan dalam hatinya. Ia menyuar kasar rambutnya. Merasa bingung harus berbuat apa lagi.

Fathan butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri. Iapun segera pergi ke luar rumah sakit untuk membeli minuman dan makanan. Mungkin dengan cara seperti itu bisa mengurangi sedikit rasa panik dalam dirinya.

Menjadi Istri Pengganti (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang